Drama Pije dalam Membahas Eco Summit Bersama Pertamina

Drama Pije dalam Membahas Eco Summit Bersama Pertamina

SKETSA – Pada malam 28 Maret di D’Orange Café, ada tujuh orang yang terlibat dalam pertemuan khusus antara BEM FEB dengan Pertamina. Freijae Rakasiwi selaku Gubernur BEM FEB ditemani oleh dua orang stafnya, sedangkan dari pihak Pertamina ada Alicia Irzanova yang merupakan Head Section Communication and Relation dan Didi Andrian Indra, staf bagian Communication and Relation. Dua orang lagi ialah yang magang di Pertamina.

Dalam pernyataannya, Pije mengatakan pertemuan khusus itu bertujuan untuk membahas Pertamina Goes to Campus (PGTC) dan Blok Mahakam saja. Di luar itu tidak ada lagi. Ia sama sekali tidak menyiratkan adanya kepentingan lain yang ikut dibahas di sana. Meski enggan berterus terang, Pije lupa bahwa ia sejatinya tidak sendirian di sana.

Raden Roro Mira Budiasih, mahasiswa FISIP angkatan 2013 termasuk di antara yang ikut dalam pertemuan terbatas malam itu. Roro diajak karena statusnya yang pernah magang di Pertamina. Malam itu Roro banyak menyimak jalan diskusi antara Pije yang ditemani dua stafnya dengan Alicia atau akrab disapa Alice.

Menurut Roro pembahasan terkait Blok Mahakam tidak banyak diulas, bahkan tidak sampai lima menit. Blok Mahakam lebih mirip sebagai bahasan yang diselipkan di tengah topik utama. Begitu pula dengan poin PGTC, Pertamina hanya meminta masukan untuk kegiatan acaranya. Dalam komunikasi itu Pertamina tidak hanya meminta masukan ke BEM FEB saja, tapi juga ke Roro.

Kerja sama PGTC niat awalnya direncanakan bersama BEM KM Unmul dan tidak diarahkan kepada BEM FEB. Pertemuan Pertamina dengan BEM KM Unmul baru berlangsung sehari selepas pertemuan dengan Pije. (Catatan: Sketsa juga menelusuri pokok pertemuan terbatas BEM KM Unmul dengan Pertamina di laporan berikutnya)

“Cuma cuap-cuap pengantar. Baru tanya soal proposal dan bagaimana kerja sama mereka terkait acara Eco Summit,” kata Roro.

Selengkapnya: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/pertamina-dan-gubernur-bem-feb-lakukan-pertemuan-terbatas-apa-yang-dibahas/baca

Lebih dalam lagi pertemuan terbatas itu membahas pengajuan proposal dari BEM FEB terkait education trip ke Pertamina sekaligus meminta bantuan sponsor untuk acara Eco Summit yang mulai dilangsungkan sejak April ini.

“Aku kesal dia bilang bahas PGTC dan Blok Mahakam. Jelas-jelas bahas Eco Summit dan minta ‘bantuan’ ke Pertamina,” cecar Roro.

Staf BEM FEB, Saiful, bukan nama sebenarnya, menyebut bahwasanya yang
membahas Eco Summit lebih banyak dilakukan oleh Saiful sementara Pije hanya
mengulas PGTC dan Blok Mahakam. Namun, Roro memberi keterangan sebaliknya.

“Yang vokal untuk minta bantuan sponsorship ke Pertamina itu Pije,” ujarnya.

Terkait pengajuan proposal dari BEM FEB untuk education trip, Pertamina mengaku terbuka bila ada yang ingin tahu tentang Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) dan Depot LPG di Balikpapan. Pije awalnya meminta trip ke Pertamina di satu hari yang telah dipatok, namun ditolak oleh Pertamina dan diminta untuk ganti hari.

Roro menyebut untuk trip ke Pertamina, Pije ingin membawa 150-an peserta. Namun, saat itu Alice merasa keberatan karena seragam keamanan untuk trip tidak mencukupi. Maksimalnya mentok hanya untuk orang 100 orang peserta saja. Jumlah 150-an peserta dianggap terlalu berlebihan.

Alice kemudian memberi solusi agar trip diganti di hari lain, disediakan kesempatan untuk education trip, dan makan siang serta makanan ringan juga ikut ditanggung. Namun setelah semua fasilitas yang ditawarkan itu, Pije saat pertemuan tersebut masih belum menyebut dengan jelas perihal timbal balik apa yang bisa didapatkan Pertamina jika memfasilitasi education trip yang diajukan.

Kalkulasi anggaran yang disodorkan BEM FEB untuk education trip di dalam
proposal berjumlah Rp4 juta, untuk makan siang dan makanan ringan bagi 150-an peserta pun disetujui Pertamina. Walau mungkin anggaran Rp4 juta itu tidak ada apa-apanya bagi Pertamina, menurut Roro, minimal harus ada timbal balik positif yang bisa diberikan oleh Pije dan BEM FEB.

“Pertamina juga ada kerjaan lain, edu trip itu sudah cukup memakan waktu kami,” kata Roro menirukan ucapan Didi Andrian Indra.

Antara Pije di Kafe dan Cetak Wajahnya di Koran

Selain Roro, ada juga Gita Widhani, anggota magang di bagian Comrel Pertamina yang turut duduk satu meja dengan Pije di D’Orange Café malam itu. Setali tiga uang dengan Roro, kesaksian Gita juga menerangkan bahwa poin pembahasan pertemuan itu ialah PGTC dan Eco Summit.

Gita mengatakan alasan pihak Pertamina berangkat menuju Samarinda–dari kantor Pertamina di Balikpapan-- bukan cuma untuk Selasar Dedikasi, menemui Pije cs, dan membahas Eco Summit. Tapi juga untuk bertemu pewakilan BEM KM Unmul dan BEM Polnes membahas PGTC, hingga follow up proposal oleh Pertamina terhadap kegiatan Pekan IT yang akan dilaksanakan FKTI Unmul.

Khusus untuk Pije, Gita heran dengan cara Gubernur BEM FEB itu bersikap. Di satu sisi meminta bantuan proposal ke Pertamina untuk kegiatan Eco Summit, namun di sisi yang lain justru ikut demo dan menuntut Pertamina atas kenaikan harga BBM
non-subsidi. 

Sebetulnya jika dipahami dalam perspektif politik, sifat Pije ini laksana sedang bermain ‘politik dua kaki’ terhadap dua lembaga: Pertamina dan Aliansi Garuda Mulawarman. Sebelah kakinya menapak ke Pertamina untuk meminta bantuan, sebelah kaki lainnya memijak ke Aliansi Garuda Mulawarman untuk meneriakkan tuntutan.

Aliansi Garuda Mulawarman sendiri adalah nama lain dari aliansi BEM se-Unmul. Fokus geraknya yakni mengawal isu di tataran eksternal kampus Unmul, baik isu skala Kaltim secara regional ataupun isu skala Indonesia secara nasional.

“Tapi kalau yang kita lihat dari Pije pas di D’Orange itu, dia kan memihak Pertamina ya. Dia memasukkan proposal, terus dia antusias sama PGTC juga,” kata Gita.

Sepekan berlalu setelah pertemuan tersebut, Gita melihat ada wajah Pije tercetak di surat kabar. Foto itu bersanding dengan berita yang mengangkat aksi Aliansi Garuda Mulawarman di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina pada Rabu, 4 April lalu. Tanpa perlu ada di lokasi aksi, pihak Pertamina yang hadir dalam pertemuan terbatas malam itu pun bisa mengetahui bahwa Pije hadir dalam barisan massa aksi.

Gita segera melaporkan itu kepada Didi. Didi membalas kepada Gita.

“Bagaimana ya, Git, cara enaknya ngomong?”

Sedangkan Pije setelah kembali dikonfirmasi ulang, masih belum mau mengakui bahwasanya Eco Summit adalah kepentingan yang ia bawa.

“Enggak ada,” tulis Pije singkat.

Namun, tampaknya itu tidak menjadi soal berlebihan bagi Pertamina. Sebab informasi yang diperoleh Sketsa dari internal BEM FEB mengatakan pihak Pertamina telah memberikan bantuan dana dengan nominal di atas Rp15 juta.

Ketika informasi itu hendak dikonfirmasi ke Pije pada Selasa (24/4), ia enggan memberitahukan nominal pasti yang diberikan pihak Pertamina. Begitu pun saat Sketsa mengonfirmasi Didi pada hari yang sama, ia juga enggan memberi bocoran terkait nominal bantuan.

“Kami support kegiatan Eco Summit, tapi untuk nominal kayaknya agak enggak etis ya kalau di-share. Ya intinya kami support ke event tersebut,” ujarnya. (dan/erp/nhh/wal)