Berita Kampus

Pertamina dan Gubernur BEM FEB Lakukan Pertemuan Terbatas, Apa yang Dibahas?

Ilustrasi. (Sumber: volkerballueder.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – “Saya tidak ngomong dan anak-anak (internal FEB) yang disuruh ngomong. Saya juga tidak ikut berfoto dengan Pertamina,” kata Gubernur FEB, Freijae Rakasiwi alias Pije usai aksi massa menyegel kantor Pertamina pada 4 April lalu.

Konteks pernyataan di atas sedang membicarakan kejadian satu pekan sebelumnya. Ada perbedaaan karena faktanya saat hari aksi Pije tidak bungkam. Jenderal Aliansi Garuda Mulawarman itu berorasi dan dengan lantang berkata mahasiswa telah “resmi menyegel Pertamina” ketika aksi.

Tetapi, sikap protes keras Pije berubah lain manakala acara Selasar Dedikasi saat terbuka ruang diskusi langsung bersama dengan Pertamina pada Rabu, 28 Maret. Pije yang biasanya getol, dalam diskusi itu justru tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Kendati belakangan ia menyebut bahwa bungkamnya adalah bentuk ekspresi kecewa terhadap Pertamina.

(Baca: https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/di-balik-bungkam-pentolan-garuda-mulawarman-dalam-selasar-dedikasi-bersama-pertamina/baca)

Ia mengganggap Pertamina dan Komisi II DPRD lambat menanggapi tuntutan aksi massa mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM non-subsidi dan kelangkaan Premium edisi pertama, 19 Maret silam di Kantor DPRD Kaltim. Setelah aksi pertama Pije tidak melihat perubahan signifikan terhadap SPBU di Samarinda. Ia menyebut hanya dua atau tiga SPBU yang menjual Premium dengan harga normal.

Pije juga menilai Pertamina tidak memiliki sikap atas penyikapan kenaikan harga bahan bakar di Kaltim. Sehingga seakan-akan Pertamina pasrah dengan keadaan dan tidak ada upaya signifikan untuk mengatasi masalah tersebut. Kekecewaan itu yang melatarbelakangi Pije akhirnya diam saat Selasar Dedikasi bersama Pertamina.

Tetapi, deretan kekecewaan itu kontradiktif kala Pije justru melakukan pertemuan terbatas bersama perwakilan Pertamina di D’Orange Café Samarinda pada Rabu malam, 28 Maret, tepat selepas berakhirnya Selasar Dedikasi bersama Pertamina.

Dalam pertemuan tersebut, Pije mengatakan bahwa ia sama sekali tidak membahas perihal kenaikan harga BBM non-subsidi, termasuk tidak pula dirinya mengutarakan setumpuk kekecewaan kepada pihak Pertamina. Jika bukan itu, lantas
apa yang dibahas?

“Cuma bahas Pertamina akan mengadakan kegiatan PGTC (Pertamina Goes to Campus) dan Blok Mahakam. Itu saja, selebihnya enggak ada,” kata Pije.

Yang Hilang dari Pernyataan Pije

Pije tidak datang sendiri. Ia datang sebagai Gubernur dari lembaga BEM FEB dan ditemani oleh dua orang anggota dari kabinetnya yakni, Yasmin dan Saiful (bukan nama sebenarnya).

Pernyataan Pije tentang pertemuan dengan Pertamina berbeda dengan pernyataan Saiful. Awalnya, Saiful enggan memberi keterangan terkait pertemuan itu dan lebih memilih berargumen yang aman-aman saja.

“Saya tidak bisa jawab ya. Silakan ditanyakan ke humasnya (Eco Summit) langsung,” katanya saat ditemui, Minggu (8/4).

Koordinator Humas Eco Summit, Anwar (nama samaran), enggan memberi keterangan karena ia sendiri tidak ikut dalam pertemuan itu. Akhirnya setelah berulang kali diburu pertanyaan sama, Saiful melunak dan mau menyebut lebih lebar isi bahasan pertemuan dengan Pertamina.

“Memang itu (Eco Summit) dibahas. Kak Pije bahas PGTC dan Blok Mahakam, aku bahas Eco Summit,” bongkarnya.

Yasmin, anggota lain yang bersama dengan Pije malam itu, mengatakan Pije tidak berbohong saat menyebut pembahasan yang digali adalah PGTC dan Blok Mahakam. Namun, sebenarnya ada satu topik yang tercecer dan sengaja tidak disebut oleh Pije.

“Bahas proposal Eco Summit. Temanya itu ‘Nasionalisasi Aset Blok Mahakam untuk Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Timur’.” (dan/erp/nhh/wal)



Kolom Komentar

Share this article