Anggota Diduga Mesum, Ketua Kelompok: Saya Lihat Mereka Pelukan

Anggota Diduga Mesum, Ketua Kelompok: Saya Lihat Mereka Pelukan

Sumber: Tribunsumsel.com

SKETSA - Kasus dugaan perbuatan tak senonoh mahasiswa KKN 45 di desa Purnasari Jaya menuai banyak pelik. (baca sebelumnya, https://sketsaunmul.co/berita-kampus/dugaan-perbuatan-mesum-mahasiswa-kkn/baca & https://sketsaunmul.co/berita-kampus/kades-itu-fatal-bagi-saya/baca)

Sketsa  mencoba menelusuri kasus ini ke berbagai pihak. Jumat lalu (30/8), awak media berhasil menemui teman-teman sekelompoknya. Di pelataran perpustakaan Unmul telah hadir ketua kelompok, FA dan juga anggotanya, IP. Mereka saling sahut-menyahut merangkai kronologis. FA memulai cerita dengan memberikan kesaksian terhadap apa yang dilihatnya.

"Kalau dari yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri mereka cuman sampai pelukan, dan saya sering lihat mereka sekamar berdua, tapi wallahualam enggak tahu sih kelanjutannya gimana," ucap FA membuka cerita.

Berawal dari Kedekatan yang Intens

WJ dan MZA awalnya tidak saling kenal. Hubungan keduanya dikabarkan semakin intens setelah pekan kedua pelaksanaan KKN. Beralasan mengerjakan laporan pada tengah malam, menurut keterangan FA dan IP, keduanya pernah dipergoki tengah berbuat mesum. Dikabarkan pula, sebelum tampak indikasi perbuatan mesum, didahului dengan suatu waktu MZA diganggu oleh makhluk tak kasat mata hingga kesurupan sebanyak dua kali selama berlangsungnya KKN.

"Tengah malam gitu mereka berdua (mengerjakan laporan), perempuannya ini dirasukin sama hantu posko itu, perempuannya ini kerasukannya kayak menggoda yang laki-laki. Baru yang keduanya itu yang parah yang sampai hantunya itu marah sama mereka berdua, bahkan waktu si perempuan kesurupan, hantu di dalam tubuhnya ini bilang kata kasar ke pelaku laki-laki itu," ungkap IP.

“Hantu itu di posko marah sama yang laki-laki. Kalau hantu itu marah pasti ada sebabnya gitu nah,” tuturnya lagi meyakinkan.

Kurangnya Komunikasi Menjadi Penyebab 

IP mengakui bahwa permasalahan kelompok dimulai dari kurangnya komunikasi. Konon, sebelum WJ dan MZA semakin dekat, mereka sering melakukan rapat dan evaluasi terkait program kerja KKN.

“Sebenarnya kami bermasalah karena kurangnya komunikasi kelompok, dua minggu awal itu sebelum mereka dekat, kami selalu rapat kelompok dan evaluasi tentang proker kita. Tapi setelah mereka dekat kami enggak pernah evaluasi lagi, mereka berdua jadi malas-malasan,” ucap IP.

Sebab merasa tak enak jika harus menegur MZA, FA dan IP mengaku hanya sering menegur WJ. Dengan harapan mereka tak mengulang perbuatan itu, rupanya FA dan IP harus menelan kekecewa karena harus melihat WJ dan MZA seringkali melakukan hal yang sama setelah ditegur. Sadar sebagai ketua kelompok, awalnya FA mencoba untuk menyembunyikan kasus itu, hingga pada akhirnya FA dan IP putus asa dan mulai tak perhatian yang menyebabkan kelompok menjadi terpecah. FA, IP dan satu temannya pergi kemana-mana selalu bertiga tanpa WJ dan MZA.

“Habis ketahuan. Sudah aku tegur, masih mau ku jaga lah itu mereka berdua, mau kututup-tutupi lah biar enggak kesebar. Tapi mereka tetap saja. Dan dari situ sikapku berubah, mulai masa bodoh,” ucap FA.

“Saya sampai bilang ke WJ, ‘kalau sampai nanti kamu ketahuan warga, kami lepas tangan, itu urusanmu’. Dia cuma bilang ‘iya iya’ aja, tapi diulang terus, sampai warga yang mendapati (melihat dugaan perbuatan mesum),” timpal IP.

Kendati begitu, beberapa pihak juga menyayangkan sikap anggota kelompok yang tidak segera melapor ke Kades atau pihak LP2M agar permasalahan itu bisa diselesaikan dengan baik. Hal ini ditanggapi IP dengan mengatakan ada kekhawatiran jika harus dipulangkan karena isu ini.

“Kami nahan lapor ke Kades karena takut kami semua dipulangkan gara-gara perbuatan mereka. Awalnya kami diam, cukup satu kelompok lah yang tau mereka ngapain. Tapi sayangnya waktu DPL kami datang, yang tersebar itukan (isu) kamar mandi itu ketahuan sama warga mereka di dalam kamar mandi berdua,” paparnya

“Sebenarnya kami mau melindungi masalah internal kelompok, tapi sudah didepak warga, mereka kayak engga ada usaha mau memperbaiki diri nah, laporan dari warga rata-rata mereka ini kayak sombong kurang ramah,” lanjutnya.

Bukti Berupa Foto dan Rekaman Suara

Menanggapi soal foto tidur yang beredar, IP mengakui bahwa dirinya yang mengambil gambar tersebut. IP menceritakan bahwa hari itu setelah mereka pulang dari rumah warga mendapati pintu depan posko terkunci, hingga akhirnya mereka masuk melalui pintu belakang. Sesampainya di dalam mendapati pintu kamar terbuka lebar lengkap dengan pemandangan dua pasang kaki di atas kasur. Tersontak, IP segera mengambil ponsel dan mendekat ke arah kamar. Terlihat WJ dan MZA tengah tertidur pulas bersama. Meski begitu, IP dan teman-teman tak langsung menegur dan membangunkan.

“Kami diamkan aja sampai mereka sadar, terus mereka (setelah bangun) seolah-olah enggak berbuat dosa. Kami sengaja buat ribut duduk-duduk di depan baru dia bangun kayak sok asik gitu seakan-akan dia enggak melakukan apapun” ungkap IP dengan nada kesal.

Bukti lainnya yang dimiliki IP ialah rekaman suara WJ yang dilontari pertanyaan oleh IP ihwal apa saja yang telah mereka lakukan. IP merekamnya secara diam-diam dengan dalih agar ia punya pembelaan dan khawatir dianggap menuduh tanpa dasar. IP merasa bahwa WJ akan berkata lepas dengannya.

“Intinya saya yang lebih banyak mendapati mereka gitu nah dibanding teman-teman. Jadi si laki-laki ini lebih sering pujungan-nya ke saya kayak ngakunya bercanda, tapi saya lihat kayaknya enggak bercanda dan kenyataan itu enggak bercanda,”

“Tapi kalau emang itu omongan bercanda enggak mungkin langsung (berkata) selepas itu, nah, dia ngomong,” beber IP.

Warga Setempat Melapor ke Kades

Bukti-bukti yang diperoleh baru dilaporkan kepada Kades setelah pelaksanaan KKN usai. Di samping itu, dikatakan FA, pihak Kades tak hanya menerima bukti laporan dari anggota kelompok, melainkan juga mendapatkan laporan dari warga setempat. FA menilai bahwa tak mungkin warga setempat melakukan fitnah terhadap anak KKN, bahkan mereka disambut baik di lokasi KKN tersebut. Seiring dengan semakin beredarnya isu ini, FA dan IP sangat menyayangkan sikap WJ dan MZA yang tak mengakui perbuatannya.

“Sayangnya mereka berdua enggak mau ngaku, padahal bukan hanya saya saksinya, kesaksian warga juga enggak dianggap sama dia, dia bilang 'ah enggak ada buktinya,  orang cuma omongan aja' warga tuh banyak yang lihat, bahkan orang Karang Taruna waktu itu ke posko lihat mereka di kamar, tapi mereka menyangkal karena menurut mereka tidak ada bukti yang kuat,” akui IP.

Di Balik Tersebarnya Foto Lembar Penilaian Mahasiswa KKN

“Saya yang foto,” ungkap IP mengakui.

IP mengatakan hanya menyebarkan foto ke satu teman yang dipercaya. Anehnya, foto yang disebar itu adalah foto dengan lingkaran merah tepat di tulisan tangan Kades. Selebihnya, IP mengaku tak tahu-menahu bagaimana bisa foto yang tersebar adalah foto asli tanpa ada lingkaran merah.

Sebelumnya, Kades tak terima jika lembar penilaian mahasiswa KKN di desanya menjadi konsumsi publik. Bahkan lembaran itu harusnya dikumpul ke LP2M dalam keadaan tersegel, Kades pun telah mewanti-wanti agar segel itu tak dibuka rekannya. Namun bermotif rasa penasaran, akhirnya IP lah yang membuka segel itu. IP mengaku salah, bahkan ia siap menerima sanksi yang ditujukan padanya.

“Saya penasaran takutnya nilai mereka lebih tinggi gitu. Soalnya perempuan ini gimana, ya, dekat sama pak lurah juga, yang laki-laki ini juga. Takutnya kayak pilih kasih gitu,” tutupnya.(ira/snh/fqh)