Berita Kampus

Kades: Itu Fatal bagi Saya

Laporan kegiatan kelompok yang terduga melakukan tindakan mesum.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Youtube KKN 45 Unmul

SKETSA – “Itu harusnya tidak tersebar kalau bukan dari anak KKN yang buka. Soalnya itu (lembar penilaian KKN) saya segel amplopnya. Sudah saya bilang jangan dibuka, kenapa malah dibuka?” ujar Sugiono, Kepala Desa Purnasari Jaya, Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau saat diwawancara via telepon, Kamis (29/8) lalu.

Ia tak terima lembar penilaian mahasiswa KKN di desanya menjadi konsumsi publik. Ia mencurigai rekan satu kelompok turut andil dalam menyebarkan, karena sebelumnya sudah mewanti-wanti untuk tidak membuka segel amplop yang berisi lembar penilaian terdapat catatan yang hanya boleh dibaca pihak kampus. Ia menyarankan untuk memanggil langsung mahasiswa yang membuka segel amplop tersebut.

Tidak memberi nilai untuk MZA serta WJ, dan menuliskan catatan di lembar penilaian menjadi langkah terakhir yang dilakukan Suryono. Terlebih saat pertemuan terakhir untuk pengambilan daftar nilai, dikatakannya WJ dan MZA tak hadir dan tak juga memberikan konfirmasi.

“Saya chat juga saat itu tidak dibalas,''ujarnya.

Dalam berita sebelumnya, Esti turut menyayangkan kabar ini baru diketahui saat masa KKN berakhir. (Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/dugaan-perbuatan-mesum-mahasiswa-kkn/baca)

Sugiono mengaku tidak pernah melihat langsung hal yang menjadi dugaan, namun ia menerima laporan dan bukti dari berbagai pihak yang memperkuat dugaan adanya tindakan mesum yang dilakukan MZA dan WJ. Bukti tersebut juga baru ia terima usai pelaksanaan KKN, sebab pemilik bukti sendiri takut dan merasa tidak enak untuk menyampaikan.

Di pertengahan masa KKN, isu terkait keduanya sebenarnya memang sudah mulai beredar. Sugiono menyebut ketika perwakilan dari pihak kampus datang, saat itu ia sudah melaporkan. Namun saat itu Sugiono belum memegang bukti yang kuat, karena itu ia hanya sering memberikan peringatan.

“Saya juga sering pesankan, kalau memang kalian (kelompok KKN) ada yang pacaran, gak masalah. Tapi akan saya pisah, tidak satu rumah,” katanya.

Salah satu bukti yang disebutkan ialah foto MZA dan WJ tidur bersama. Gambar tersebut diambil oleh anggota karang taruna yang saat itu berada di posko. Beberapa bukti lainnya berasal dari warga dan juga teman satu kelompok KKN.

“Seandainya ketahuan waktu mereka masih ada di sana, laporan itu cepat datang ke saya, pasti saya tempeleng dua-duanya karena berani begitu di tempat saya,” tegasnya.

Beberapa hari yang lalu, ia menerima telepon dari pihak LP2M yang mengonfirmasi kebenaran pesan yang ditulisnya. Ia pun membenarkan, bahwa itu berdasarkan bukti yang sudah ia lihat, sebab jika hanya berdasarkan dengar-dengar, Sugiono memilih tidak melakukan cara itu. Ia juga menerima telepon dari mahasiswa terkait. Dalam percakapan tersebut, mahasiswa itu mencoba menjelaskan terkait foto tidurnya bersama WJ yang dinilai fatal bagi Sugiono.

“Katanya ‘saya gak tau pak, waktu itu kecapaian, jadi enggak sadar’. Enggak masuk akal menurut saya.”

Ini tentunya menjadi evaluasi untuk pelaksanaan KKN ke depannya. Demi menjaga nama baik kampus, dan juga nama baik desa. Terlebih desa ini setiap tahunnya menjadi lokasi KKN. Selaku kepala desa, Sugiono menyatakan akan tetap menerima mahasiswa KKN jika desanya masih dipilih sebagai tempat pelaksanaan KKN. Namun sejak awal akan dipesankan jika ada yang dekat atau pacaran maka akan ditempatkan di posko terpisah.

“Karena ibaratnya mahasiswa KKN itu jadi contoh, mereka itu dinilai betul sama masyarakat,” pungkasnya.

Sketsa berupaya untuk mengonfirmasi mahasiswa bersangkutan, MZA dan WJ dengan melakukan wawancara. Namun hingga kini urung terlaksana karena keduanya masih belum dapat ditemui. (adl/vny/wil)



Kolom Komentar

Share this article