Sosok

FIB Berduka, Kehilangan Salah Satu Dosen Terbaiknya

Kabar duka datang dari Fakultas Ilmu Budaya, dosen sekaligus kepala program studi Etnomusikologi Erna Wati wafat pada Kamis (27/04). (Sumber foto: www.facebook.com/ernawatiaziz)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA - Kabar duka datang dari Fakultas Ilmu Budaya, dosen sekaligus kepala program studi Etnomusikologi Erna Wati wafat pada Kamis (27/04) sekitar pukul 02.50 Wita di Rumah Sakit Medika Citra Samarinda. Erna Wati wafat usai melahirkan putri keduanya melalui operasi Caesar.

Erna Wati lahir di Samarinda 26 November 1983. Menempuh pendidikan S1 pada FKIP Bahasa Inggris Unmul (2001-2005) dan melanjutkan studi S2 berbekal beasiswa dari Ford Foundation di The Australian National University jurusan Master of Studies with Research on Popular Culture (2011-2012).

Rintik hujan yang turun kemarin menemani prosesi pemakaman Erna Wati. Erna Wati dimakamkan di Pemakaman Muslim Pramuka. Dosen yang dikenal baik oleh dosen, staff dan mahasiswa FIB Unmul meninggalkan suami dan dua orang anak.

Selain aktif sebagai Pembina Pusdima Unmul, Erna Wati juga aktif dalam Forum Lingkar Pena (FLP) selama lebih dari 10 tahun. Terakhir menjabat sebagai ketua FLP Wilayah Australia periode 2010-2012, serta ketua FLP Wilayah Kalimantan Timur 2015-2017. Dikenal sebagai seseorang yang hebat dan ibu yang luar biasa.

“Almarhumah banyak jadi panutan baik di lingkungan sekitar maupun di kampus,” ucap Akmal Farhan, mahasiswa Sastra Inggris 2015 yang juga sepupu Erna Wati.

Di lingkungan kampus FIB, Erna Wati dikenal baik oleh rekan-rekannya. Singgih Daru Kuncara, Kepala Program Studi Sastra Inggris mengungkapkan, sesuatu yang spesial dari Erna Wati adalah jika bercanda, candaannya tidak sampai membuat lawan bicaranya tersinggung. Singgih mengakui jika ia melontarkan candaan, mungkin saja lawan bicaranya tersinggung, akan tetapi berbeda dengan Erna Wati. Sekalipun menegur mahasiswanya, mahasiswa tentu tidak akan merasa tersinggung.

“Kami semua merasa kehilangan, terutama saya pribadi,” tambah Singgih.

Selain dikenal dekat dengan rekan-rekan kerjanya, Erna Wati juga menjalin hubungan baik dengan mahasiswa-mahasiswanya dan alumni. Azzizatur Rahma Liari, salah satu alumni menyatakan bahwa Erna Wati adalah dosen yang sangat penyabar. Dulu saat hendak sidang skripsi, semua dosen pembimbing sudah menyetujui skripsinya, Erna Wati juga sudah setuju, namun dengan sabar membimbing Azziza lagi sampai tiga kali agar benar-benar tidak ada celah dalam skripsinya, bahkan hingga di waktu weekend.

“Saya sebagai mahasiswa biasa merasa, ibunya care banget, padahal weekend dan kalau beliau tidak berdedikasi toh nanti dibaiki dosen penguji, tapi engga, beliau membimbing sampai akhir,” katanya.

Erna Wati telah menerbitkan Novel “Astro Lover 21” (LPPH-2004), “Tarian Sang Hudoq” (Asy-Syaamil-2001), “Matahari Tak Pernah Sendiri” (LPPH-2004), “Miss Right Where Are You?” (LPPH-2005), “Gara-gara Jilbabku” (LPPH-2006), “Galz Please Don’t Cry” (LPPH-2006), “Antologi Puisi Penyair Perempuan Indonesia 2005” (Risalah Badai-2006), “TTM- In the Name of Friendship” (LPPH-2007),“Samarinda Kota Tercinta” (Bentang-2008), “Suka Duka Hidup di Australia” (Indiva Media Kreasi-2011).

Erna Wati juga pernah diundang mengikuti Workshop Menulis Novel oleh Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) tahun 2006, serta MEP pada tahun yang sama. Selain itu, menjadi peserta pada Writing Australia workshop for EAL writers How to sell your book to an Australian publisher oleh ACT Writers Center, Australia, awal tahun 2012.

“Mrs. Erna itu seorang wanita yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” tutur Jane Ashari, mahasiswi Sastra Inggris 2014. (els/wal)



Kolom Komentar

Share this article