Resensi

Parasite: Potret Simbiosis Keluarga Miskin dan Kaya

Parasite, sebuah film karya Bong Joon-ho yang mengisahkan kesenjangan sosial antara si Kaya dan si Miskin.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: kincir.com

Sutradara: Bong Joon-ho

Produser: Bong Joon-ho, Kwak Sin-ae, Jang Young-hwan

Penulis: Bong Joon-ho, Han Jin-won

Pemeran: Song Kang-ho, Lee Sun-kyun, Cho Yeo-jeong, Choi Woo-shik, Park So-dam

Musik: Jung Jae-il

Sinematografi: Hong Kyung-pyo

Durasi: 132 menit

Perusahaan Produksi: Barunson E&A Corp

Distributor: CJ Entertainment


SKETSA – Film bergenre drama atau misteri sempat meramaikan jagat perfilman di Indonesia. Tidak terkecuali Parasite yang memiliki cerita unik dan berbeda. Bong Joon-ho sebagai sutradara kembali menyuguhkan cerita yang segar dengan premis yang sederhana. Ia dapat membangun karakter yang sangat ciamik, suasana yang kental dengan kehidupan sehari-hari, serta pesan implisit yang begitu kuat.

Sutradara Snowpiercer (2013) ini kembali menampilkan latar belakang perbedaan ekonomi sosial pada karakternya. Dengan fokus pada upaya sekelompok manusia bertahan hidup di dunia sampai terpaksa masuk sebagai parasit dalam hubungan dengan manusia lain.

Dimulai dengan memperkenalkan keluarga Kim Ki-taek (Song Kang-ho) yang beranggotakan 4 orang yang menempati sebuah basement sebagai rumah mereka. Ruangan sempit, tak ada internet, toilet bertumpuk, penuh barang, dan ruang tengah menjadi satu-satunya ruangan untuk mereka berkumpul dan melihat dunia luar, melalui satu jendela yang menghadap ke atas yang menampilkan potret kemiskinan di Korea. Sebagai pengangguran, pekerjaan mereka pun hanya melipat kotak piza jika diminta oleh perusahaan piza tersebut.

Suatu hari, sang anak tertua Kim Ki-woo (Choi Woo-shik) mendapatkan rekomendasi oleh kawannya, Min-hyuk (Park Seo-joon) yang berasal dari universitas bergengsi di Korea untuk menjadi guru les privat bahasa inggris dengan bayaran besar.

Dengan dibantu sang adik, Kim Ki-jung (Park So-dam), ia  mempersiapkan semua berkas dan dokumen mahasiswa palsu yang diperlukan untuk melakukan wawancara. Keluarganya merestui dengan harapan besar terhadap Ki-woo agar terlepas dari garis kemiskinan.

Setibanya di rumah Tuan Park (Lee Sun-kyun), pemilik perusahaan IT global, Ki-woo bertemu dengan Yeon-kyo (Cho Yeo-jeong), nyonya muda di rumah itu. Setelah pertemuan mereka, serangkaian kejadian dimulai.

Diawali dengan rekomendasi Kevin (Ki-woo mengganti namanya di keluarga tersebut) terhadap adiknya, Ki-jeong sebagai psikolog anak. Kemudian ayahnya yang berhasil menggeser sopir pribadi sebelumnya, dan sang ibu yang direkomendasikan oleh Ki-taek sebagai asisten rumah tangga pribadi. Itu semua mereka lakukan dengan cara yang sangat 'kotor'.

Selama hampir separuh film, Joon-ho membawa penonton lebih dulu larut dan akrab dengan tiap karakter. Penonton juga diajak menikmati humor penuh satire yang ia sajikan dengan sangat mulus, lewat karakter serta gambar-gambar yang kontradiktif namun simpel.

Suatu ketika, keluarga Park ingin melakukan piknik di luar kota. Kemudian, keluarga Ki-taek menikmati rumah Tuan Park yang ditinggalkan. Mereka lagi-lagi menghadap ke jendela namun kali ini mereka tak lagi melihat kemiskinan. Kesenjangan sosial seperti ini yang sedang Joon-ho tampilkan di film ini.

Namun, ternyata harapan tak sesuai rencana, keluarga Park mengurungkan niat berpiknik karena cuaca buruk. Keluarga Ki-taek panik sehingga harus kabur. Ketika berhasil kabur, rumah mereka sudah tenggelam akibat guyuran hujan yang sangat deras, sebab lokasi rumah yang berada di bawah dan dekat dengan saluran pembuangan. Pada akhirnya, ia dan ratusan warga lain harus mengungsi di sebuah stadion olah raga.

Joon-ho berhasil pula membangun konflik dengan pelan, halus. Ia tak perlu membuat garis tegas hitam-putih, benar-salah atau jahat-baik. Keluarga Park memang kaya, tapi tak serta merta mereka menjadi jahat karenanya, hanya naif dan tak peduli. Sebaliknya, meski sudah menipu, keluarga Ki-taek digambarkan sangat manusiawi. Mereka kompak, ceria di tengah kemelaratan, dan saling cinta.

Laju cerita kian intens, mencekam, juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan akan nasib tiap karakter pada setiap scene. Seperti dibawa bermain roller coaster.

Bukan hanya dari kekuatan cerita, tapi Joon-ho dan tim produksi pun menyeimbangkan karya ini dengan sinematografi serta musik yang luar biasa.

Apresiasi patut diberikan juga kepada Hong Kyun-pyo selaku Director of Photography beserta Jung Jae-il, Choi Tar-young dan Kang Hye-young selaku tim pengarah musik dan penata efek.

Kehebatan film ini pun tak lepas dari akting dari semua para pemain yang sangat natural dan membuat penonton terkagum-kagum. Mungkin tanpa itu semua, Parasite tak akan mendapatkan penghargaan film tertinggi Palme d'Or di Festival Film Internasional Cannes 2019. (fqh/len)



Kolom Komentar

Share this article