Puisi

Sudut Jalan Kota

Sudut jalan kota sering lebih menjanjikan untuk hadapi sepinya manusia.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Restu Almalita

Dalam gegap gempita yang diburu mimpi

Kota ini simpan harmoni

Tersimpul dalam ambisi

Berpacu sang waktu tiap hari


Tepianku dalam sampul keberagaman

Pusat peradaban

Penuh pertanyaan dan keraguan


Terhadap yang pergi dan tinggal

Dibuktikan masa tiap jengkal


Melangkah jauh dari rumah

Tepian yakinkan harap yang merekah

Kota yang sama buat ragu jadi tak punya sekatnya

Bertekuk, bersemoga, bersenandung, bercengkrama, berdoa di hadapan pencipta

Menuju amin atas nasib baik manusia


Malam merangkak lebih cepat


Tak beri ruang untuk mereka yang masih cemas karena nasib malang

Siap hadapi petang

Dan korbankan yang disayang


Sudut kota tampak lebih bersahabat


Buyarkan lamunan

Refleksikan kemauan

Terhadap hari yang dijalani makin hilang makna


Oh Tuhanku!

Bukan sudut kota ini yang kucemaskan

Bukan pula nasib malang yang kuprihatinkan

Namun diri yang dipaksa jadi penghasil tanpa pernah berpikir pulang ke pangkuan yang nyaman


Pulang, dan menghela nafas di sela ambisi setara gedung pencakar langit

Lihatlah! Jiwa yang damai atas hari hari dan semoga yang telah diutarakan pada Tuhan

Damai atas syukur yang ditulis di buku harian


Sudut kota, tampak lebih menjanjikan dalam sepinya manusia.


Ditulis oleh Restu Almalita, mahasiswi FISIP Ilmu Komunikasi 2018.



Kolom Komentar

Share this article