Keadilan Telah Mati
Rintihan mereka yang tidak menikmati keadilan
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Keadilan telah mati
Bersama ratusan mayat yang terbunuh dalam kepulan asap gas air mata
Dentuman tembakan gas air mata, derap langkah serdadu
Memecah ratusan tangis ketakutan
Dalam hitungan menit kepulan asap memenuhi tempat itu dan menyesakkan dada yang tak berdosa
Di bawah langit merah
Ratusan jiwa berguguran di atas tanah lapang
Kami terlahir di zaman ketika uang menggantikan posisi Tuhan
Di mana para hakim dan jaksa
Disogok untuk membebaskan pelakunya
Siapakah yang bertanggung jawab?
Terhadap ribuan mayat dari zaman ke zaman
Yang dibunuh oleh aparat penegak hukum
Siapa!?
Kemerdekaan kami telah direnggut sejak dalam rahim Ibu
Keberanian dirampas
Kreativitas direbut
Nalar kritis kami dilumpuhkan
Dengan dalil persatuan
Sehingga perbedaan dijadikan sebagai dosa dan aib di negeri ini
Demokrasi hanyalah igauan pejabat yang tertidur pada saat rapat paripurna
Membuat gaduh negara ini
Dengan aturan-aturan yang mengancam para buruh dan petani
Begitulah! Hukum lahir hanya sebagai alat yang melindungi kepentingan penguasa
Di balik tembok istana yang menjulang
Para penguasa sibuk mempersiapkan rencana masa depan mereka
Terkadang saling bunuh demi merebut kuasa
Dan anak-anak kurang gizi tanpa pendidikan termangu menyaksikan peperangan yang mengatasnamakan pemilu atau pesta demokrasi
Mereka tak peduli pada ribuan mayat
Yang terbunuh oleh keberingasan iblis-iblis berseragam coklat bersenjata laras panjang
Keadilan telah mati berkali-kali
Bersama ribuan mayat yang dibuang dalam lubang di belakang halaman negeri ini
Sementara penguasa, hakim, jaksa, dan politikus beramai-ramai menutupi bau busuk mayat-mayat itu
Dan melenyapkan ingatan kami tentang dosa-dosa mereka
Puisi ditulis oleh Muh. Fajrul Karnivan, mahasiswa Ilmu Hukum, FH Unmul 2022.