Opini

Menuju Kartini 4.0

Selamat Hari Kartini 2019.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber ilustrasi: depoktren.com

Siapa yang tidak mengenal sosok Kartini, perempuan tangguh yang berusaha bebas dari kungkungan dan memperjuangkan pendidikan. 21 April diperingati sebagai hari Kartini yang pada hari tersebut seolah motivasi para perempuan dibangkitkan kembali, ini adalah suplemen kekuatan yang para perempuan harus ingat bahwa perempuan harus bisa memilih kehidupannya sendiri.

"Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri." Itulah kutipan perkataan Kartini yang bisa kita pakai dan kita tanamkan di dalam hati. Sebagai seorang perempuan yang tangguh kita harus punya sikap yang unggul. Dalam beberapa cerita, jika kita membaca dapat kita jumpai beberapa tokoh wanitanya sangat memiliki pengaruh di dalam kemajuan suatu bangsa bahkan kesuksesan seorang pria. Perempuan harus sadar akan peran penting yang dimilikinya.

Menjadi seorang Kartini pada masa kini tidak harus berkonde dan berkebaya. Para perempuan tidak harus menjadi Kartini jika ingin seperti Kartini cukup mengambil semangat dan keberaniannya. Terlepas dari persoalan pro dan kontra mengenai Kartini yang perlu kita ingat adalah bahwa beliau telah memberi terang dalam gelap, beliau lentera bagi kegelapan perempuan pada masanya.

Masa kini dengan perkembangan zaman dan teknologi yang canggih seharusnya kita lebih bisa menciptakan suatu hal yang sama manfaatnya bahkan lebih dibandingkan apa yang Kartini lakukan. Seorang ibu harus bisa menjadi teman dan guru bagi anak-anaknya, seorang guru harus bisa menjadi teman dan ibu bagi murid-muridnya dan seorang kakak harus bisa menjadi contoh untuk adik-adiknya. Semangat Kartini mesti ditularkan dari berbagai sisi tidak melulu dari sekolah. Membaca sejarah Kartini dan merayakan hari Kartini saja tidak cukup untuk bisa menjadi Kartini masa kini.

Melihat apa yang terjadi di negeri ini bahwa perempuan hampir tidak memiliki batasan yang jelas dengan pria maka ini adalah salah satu jalan agar perempuan bisa mengabdi dan menyalurkan segala ilmu dan keinginannya. Tentunya jalan yang ditempuh adalah pada kebenaran tidak melanggar hukum dan norma yang berlaku. Dapat kita ambil contoh dari seorang gadis muda yang bernama Tety Sianipar, yang telah berhasil membantu penyandang disabilitas agar dapat menemukan pekerjaan yang cocok untuk mereka. Melalui apa yang dilakukan Tety kita bisa mengambil pelajaran bahwa kepekaan dan rasa simpati kitalah yang dapat membuat kita menjadi orang kuat dan hebat. Jika saja banyak perempuan di negeri ini yang bisa melakukan hal serupa maka bisa diyakini dua puluh tahun yang akan datang Indonesia tidak akan miskin sumber daya manusia dan tidak perlu mendatangkan warga asing untuk bekerja di negeri kita ini.

Apa yang dilakukan Tety adalah contoh kecil dari semangat Kartini yang perlu kita ambil. Selain pemanfaatan teknologi yang menandakan generasi milinial perempuan juga dapat menjadi Kartini dengan mempertahankan semangat belajar dari Kartini itu sendiri. Seorang perempuan harus menjadi cerdas dan berpengetahuan yang luas. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Psychology Spot menemukan bahwa orang-orang yang dilahirkan gen kecerdasannya diturunkan dari ibunya. Ini dikarenakan perempuan menurunkan kromoson yang lebih banyak ketimbang pria untuk anak-anaknya.

Maka dari itu, tidak ada alasan perempuan tidak bersekolah dan minim pengetahuan, masa depan bangsa ada pada para ibu. Menjadi perempuan yang seberani dan sekuat Kartini merupakan keharusan bagi perempuan masa kini, siapa pun berhak menjadi sosok Kartini di masanya, lingkungan dan keluarganya. Berdiam di rumah tidaklah selalu menjadi hal yang baik bagi perempuan, apalagi tidak melakukan apa-apa. Keluar dan mencari hal baru akan menambah pengetahuan dan semangat baru. Terus semangat dan kuat bagi perempuan yang berlawan.

Ditulis oleh Aulia Agustini, mahasiswi Sastra Indonesia FIB 2016.



Kolom Komentar

Share this article