Etno Art Festival 2025: Saat Seni Tradisi Bertemu Semesta Modern
Festival seni tradisi Etno Art 2025 dengan sentuhan modern menampilkan musik, tarian, dan energi kolaboratif
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Pada Sabtu (22/11) lalu di Tropical Studies Unmul, Etno Art Festival 2025 kembali membuktikan bahwa seni tradisi tidak pernah kehilangan tempatnya, hanya menunggu momen untuk kembali bersinar. Pada malam puncaknya, kita melihat panggung terbuka diterangi cahaya merah dan sorotan biru menembus langit malam. Rasa bangga perlahan muncul. Di sinilah budaya tidak hanya dipertontonkan, tetapi dirayakan.
Acara dari Program Studi Etnomusikologi FIB Unmul tahun ini terasa lebih hidup. Musik, tarian, dan instrumen tradisional berpadu dengan tata suara modern. Menciptakan suasana yang membuat siapa pun ingin duduk, menikmati, dan sesekali merenung.
Rasanya seperti melihat masa lalu dan masa kini saling menyapa tanpa canggung. Generasi muda terlibat penuh; ada yang tampil, menjadi panitia, maupun hanya datang untuk menikmati. Pada akhirnya semua menjadi bagian dari denyut yang sama, yaitu menjaga warisan tetap bernapas.
Menariknya adalah bukan hanya penampilan di panggung, tetapi energi yang tercipta di sekelilingnya. Diskusi-diskusi kecil, tenda komunitas, hingga teknisi yang bekerja di balik layar telah menjadi bukti bahwa acara budaya tidak pernah berdiri sendirian.
Semua hal tersebut adalah hasil kerja kolektif dan gotong royong dalam bentuk paling estetiknya. Etno Art Festival 2025 bukan hanya sebuah “great show”, tetapi pengingat bahwa budaya bukan benda mati. Ia terus tumbuh, berubah, dan menemukan bentuk barunya. Kita hanya perlu memberi ruang, dan tahun ini, ruang itu terasa benar-benar hidup.
Opini ini ditulis oleh M. Wibhy Adhilla Dyandrie, mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia FIB Unmul 2024.