Banjir di Samarinda: Bencana Tahunan yang Tak Kunjung Usai
Banjir Samarinda berulang karena tata ruang buruk dan rendahnya kepedulian lingkungan masyarakat
- 19 Nov 2025
- Komentar
- 74 Kali
Sumber Gambar: Pexels
Banjir merupakan masalah yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Di Samarinda banjir merupakan fenomena umum yang belum dapat diatasi sampai sekarang. Banjir sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat di Samarinda.
Sehingga masyarakat tidak kaget apabila banjir melanda, bahkan beberapa titik di Samarinda banjir dijadikan hiburan gratis oleh warga setempat bak wisata air di tengah-tengah musim panas. Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya, namun banjir tetap saja melanda Samarinda. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari kacamata penulis, apakah pemerintah berniat untuk mengatasi banjir atau hanya sekadar membuang-buang anggaran saja atau bahkan hanya sebagai formalitas agar terlihat kerja?
Opini ini akan memberikan sudut pandang kritis agar masyarakat lebih peduli terhadap banjir yang sering dirasakan.
Banjir di Samarinda sering terjadi di berbagai titik daerah. Daerah tersebut mencakup sebagian dari Jalan Juanda, Perumahan Bengkuring, Jalan P. Suryanata. Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi banjir seperti mendrainase aliran air di kota. Sayangnya, upaya tersebut belum tercapai, sehingga dinilai tidak efektif.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Samarinda, Darmadi mengungkapkan peningkatan sistem drainase Samarinda telah membawa dampak signifikan terhadap berkurangnya genangan di berbagai daerah. Tetapi faktanya masih banyak daerah yang terkena banjir dan ini menjadi bukti bahwa pemerintah belum mempunyai solusi terkait fenomena tersebut.
Penyebab utama banjir adalah buruknya sistem drainase, alih fungsi lahan, serta penebangan hutan di kawasan hulu yang mempercepat limpasan air. Ditambah lagi, pembangunan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan membuat kota semakin rentan.
Kalau bencana ini dibiarkan berulang tanpa tindakan nyata, Samarinda akan terus terjebak dalam siklus banjir yang melelahkan. Saatnya semua pihak hingga warga bersinergi membersihkan akar masalah, bukan hanya mengobati gejala. Solusi yang selama ini hanya berupa penanganan darurat sesaat tidak cukup.
Pemerintah harus berani membuat langkah strategis seperti rehabilitasi hutan dan pengawasan ketat soal tata ruang. Kesadaran masyarakat juga harus ditingkatkan agar tidak membuang sampah sembarangan yang memperparah penyumbatan saluran.
Banjir yang terjadi setiap tahun di Samarinda bukan semata-mata sebuah bencana alam yang tak terelakkan, melainkan sebuah indikator nyata kegagalan dalam pengelolaan lingkungan dan tata kota. Kondisi ini semakin diperparah dengan minimnya pengawasan dan ketegasan dalam penegakan tata ruang serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan.
Banjir bukan hanya soal air yang tergenang, tetapi juga tentang sikap dan kemauan kita bersama untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan tempat tinggal. Tanpa adanya sinergi nyata dan keberanian dalam mengambil tindakan, Samarinda akan terus terjebak dalam siklus bencana yang melelahkan.
Oleh karena itu, sudah saatnya semua pihak berkolaborasi untuk mewujudkan kota yang bebas banjir sekaligus nyaman dihuni, demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Samarinda ini memerlukan kesadaran dari masyarakat itu sendiri bukan hanya dari pemerintah, sebab masyarakat tidak bisa selalu menyalahkan pemerintah. Karna penyebab utama bukan hanya drainase yang kecil tetapi kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar seperti tidak membuang sampah di sungai maupun di saluran air yang dapat menyumbat aliran air dan menyebabkan banjir.
Opini ini ditulis oleh Sry Izzati, mahasiswi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP 2025