Mengulik Prestasi Esti Handayani, Sang Pemenang LP2M Research Awards 2017

Mengulik Prestasi Esti Handayani, Sang Pemenang LP2M Research Awards 2017

SKETSA – Awal November 2017, Esti Handayani datang ke Grand Ballroom Hotel Aston di Samarinda. Tidak sendiri, dia merupakan adalah satu dari ratusan dosen yang sengaja datang ke lokasi itu. Mereka semua berniat menghadiri hajatan level internasional yang dihelat Unmul bertajuk International Conference on Tropical Studies and Its Application (Ictrops).

Selain untuk menghadiri Ictrops, dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) yang akrab disapa Esti ini juga ingin mendengar nominasi juara Research Award 2017 yang akan diumumkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M). Keinginan itu wajar dirasa Esti karena dua hal: dia satu dari banyak dosen yang masuk seleksi LP2M, serta nominasi juara memang disampaikan saat agenda Ictrops.

LP2M Research Award merupakan penghargaan tertinggi yang diberi Unmul bagi dosen terbaik berdasarkan banyaknya jumlah penelitian dalam tiga kategori: juara ilmu eksakta, sosial, dan dosen pemula. Walau saat itu dirinya tidak yakin juara, tapi singkat cerita, Esti justru pulang menggondol salah satu kategori: juara ilmu eksakta.

Esti adalah satu dari tiga dosen yang meraih penghargaan LP2M Research Awards. Kepada Sketsa, dia bercerita telah mulai melakukan penelitian sejak tahun 2011. Sampai tahun ini, dia konsisten melakukan penelitian setiap tahun. Hebatnya, setiap tahun pula penelitiannya selalu mendapat predikat grand dari Dikti.

Dosen kelahiran Lampung yang belum lagi menginjak usia 40 tahun ini sudah melakukan beragam penelitian. Bahkan, banyak penelitiannya yang telah diakui di skala nasional hingga internasional. Sehingga gelar juara yang dia dapat dari LP2M jadi salah satu penghargaan berlabel prestisius ke sekian yang pernah dia cicip.

( Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/research-award-langkah-lp2m-mendorong-peningkatan-penelitian-di-unmul/baca )

“Sampai tahun ini saya mempunyai tiga paten dan satu hak cipta. Untuk buku, ada dua yang sudah terbit dan publikasi internasional sekitar dua belas artikel,” ungkit perempuan yang berpakaian serba merah muda itu saat ditemui pada Rabu (17/1) lalu.

Khusus penghargaan LP2M Research Awards yang ia peroleh, dia berucap, award itu terbuka secara umum. Semua dosen di Unmul bisa mendaftar ke LP2M. Seleksi dimulai dengan mendaftar secara online dan penyerahan berkas. Ada beberapa komponen penilaian untuk berkas yang diserahkan, antara lain penelitian, pengabdian masyarakat dan inovasi yang dihasilkan seperti paten.

Bagi Esti, hadirnya LP2M Research Awards bisa menjadi motivasi agar para dosen di Unmul tidak hanya mengandalkan proyek kerja sama dengan dinas ataupun kabupaten. Jika dilihat dari segi finansial, proyek kerja sama memang cukup menjanjikan. Namun dari segi track record, itu tidak berarti apa-apa. Karena untuk menilai grade sebuah universitas yang dilihat adalah publikasi dan penelitian. Dengan kata lain, dosen Unmul sendiri yang dapat meningkatkan grade tersebut.

“Di tahun 2014 kemarin dapat award dari Riset Inovatif-Produktif (Rispro). Itu penelitian yang dibiayai oleh Menteri Keuangan, (nilainya) sebesar Rp1,5 miliar,” terang dosen yang kini aktif di UPT Layanan Internasional serta membantu LP2M dalam bidang Penguatan Kelembagaan dan Pengabdian Masyarakat ini.

Khusus di awal tahun 2018 ini, dia serta timnya diminta lagi untuk membantu mengelola program Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan 44. Hal itu tergolong wajar karena tahun 2017 lalu, dia beserta tim mengelola KKN Desa Sejahtera Mandiri (DSM) bekerjasama dengan Kementrian Sosial.  Hasilnya: meraih penghargaan KKN paling kreatif dan inovatif dari kementerian.

Untuk ruang lingkup penelitian, Esti konsisten di bidang budidaya perairan. Itu disiplin ilmu yang terbilang paralel saat dirinya menempuh S2 dan S3 di Institut Pertanian Bogor: Jurusan Perikanan konsentrasi Budidaya Perairan.

Banyak hal kemudian dirinya lakukan untuk menangani kegagalan sistem budidaya di Kalimantan.  Identifikasi yang ditemukan adalah bahwa ikan-ikan ini memiliki masalah kesehatan dan masalah lingkungan. Termasuk juga melakukan identifikasi dan pengamatan terhadap bakteri-bakteri yang ada di dalam tubuh ikan. Baru kemudian dirinya menghasilkan obat dan antibakteri alami.

Selain melakukan penelitian atau menulis jurnal internasional, perempuan yang mulai berkiprah menjadi dosen Unmul sejak 2006 ini juga menjadikan Desa Teluk Dalam di Tenggarong Seberang sebagai desa binaan untuk mengaplikasikan produk bionium, hasil penelitian yang dilakukannya.

Produk bioimun terbuat dari ekstrak tanaman yang berfungsi mengendalikan penyakit pada ikan. Bisa pula digunakan penduduk setempat agar ikannya tumbuh dengan cepat. Penelitian Esti tentang produk bioimun sendiri bahkan telah mendapat paten pada tahun 2015. Saat ini proses pengajuan sedang diupayakan untuk didanai sebagai perusahaan muda, agar kelak bisa dibantu dalam proses izin, distribusi, dan berbagai hal lainnya.

Konsisten melakukan penelitian setiap tahunnya merupakan sebuah motivasi tersendiri bagi Esti. Sebelum menjadi dosen di Unmul, dirinya lebih dulu menjadi dosen di Universitas Diponegoro (Undip). Baginya, mahasiswa Unmul tidak berbeda dari segi kualitas dan kemampuannya dengan mahasiswa Undip. Hanya saja, mahasiswa perlu panutan yang memotivasi diri mereka.

"Mereka harus tahu bahwa mereka memiliki dosen-dosen yang mempunyai kapasitas nasional maupun internasional,” sebutnya.

Selain untuk mahasiswa, dirinya juga memotivasi diri sendiri untuk membangun sistem yang lebih sehat di Unmul. Esti menambahkan, deretan penghargaan yang dirinya raih selama ini memang jadi sebuah reward baginya, tapi terpenting ialah mempertanggungjawabkan statusnya sebagai pendidik juga peneliti.

"Saatnya sekarang wake up. Bangun Unmul supaya bisa dikenal lebih luas. Harapan saya ke depan makin banyak lagi dosen Unmul yang berkiprah di nasional maupun internasional," tutupnya. (nhh/dan/adl)