Akreditasi Unggul Unmul: Sudah Terasa Nyata atau Hanya Predikat Semata?

Akreditasi Unggul Unmul: Sudah Terasa Nyata atau Hanya Predikat Semata?

Sumber Gambar: Instagram @unmul

SKETSA – Di penghujung tahun, Unmul mengumumkan pencapaian Akreditasi “Unggul” dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang menjadi angin segar bagi civitas akademika. Informasi tersebut diumumkan langsung melalui akun Instagram resmi Unmul pada Selasa (2/12) lalu. 

Pencapaian peringkat tertinggi tersebut tentu memerlukan bukti nyata yang dilihat dari lingkungan akademik. Apakah akreditasi ini sesuai dengan kondisi di lingkungan akademik Unmul?

Untuk meraih akreditasi tersebut, perguruan tinggi harus memenuhi beberapa syarat. Di antaranya terdapat bukti sah terkait praktik yang baik pada pengembangan budaya mutu, perolehan status akreditasi program studi, terjadinya efektivitas pelaksanaan, dan jumlah publikasi jurnal yang sesuai dalam tiga tahun terakhir. 

Salah seorang alumni Program Studi Sastra Inggris FIB, Sri Suryanti menyampaikan rasa bangga dan syukur karena lulus setelah pencapaian akreditasi tersebut. Menurutnya, Unmul telah mencoba berbenah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Ia juga menyebut beberapa pelayanan akademik memudahkannya mengejar kelulusan. Ia sendiri lulus lebih awal, yakni dalam waktu tiga tahun empat bulan.

“Sudah berkeinginan mengejar 3,5 tahun. Tidak sampai empat tahun itu saya rasakan lewat bantuan-bantuan dan alur akademik, proses pemberkasan yang sangat cepat dan tidak bertele-tele,” sebut Sri melalui telepon, Rabu (17/12).

Meskipun pantas mendapatkan akreditasi tersebut, Sri juga menyebut Unmul perlu melakukan pembenahan agar menjadi lebih baik lagi. 

Sementara itu mahasiswa Program Studi Kehutanan FKTL 2023, Ravino Indraya Anwar justru menyebut bahwa ia merasa Unmul sendiri belum “Unggul” sepenuhnya. 

“Kalau secara keseluruhan, Unmul sendiri sebenarnya belum Unggul sepenuhnya,” sebut mahasiswa yang kerap disapa Anwar itu, Jumat (19/12).

Anwar menyoroti kekurangan fasilitas-fasilitas dalam praktik akademik di Unmul. Salah satunya alat praktikum yang menurutnya masih kurang memadai.  Selain itu, ia juga kerap mendengar website perkuliahan seperti Academic Integrated System (AIS) dan Sistem Aplikasi Belajar (STAR) sering gangguan. Saat melaporkan gangguan tersebut, pihak akademik hanya berjanji akan menindaklanjuti.

“Tindakan lebih lanjut itu lambat,” lanjut Anwar.

Meskipun begitu, dari segi penerbitan jurnal, Anwar merasa dosen dan mahasiswa S1 dan S2 Unmul sudah banyak menyumbang tenaga sehingga Unmul berhasil meraih predikat tersebut.

Baik Sri maupun Anwar, berharap yang terbaik bagi Unmul ke depannya. Akreditasi “Unggul” bukan hanya predikat semata, melainkan peran nyata kampus sebagai institusi unggul di lingkungan akademik.

“Saya berharap Unmul dapat memperkuat fasilitas secara menyeluruh, juga dari sistem akademik, layanan, dan ruang partisipasi mahasiswa,” harap Sri saat menutup wawancara.

Sementara itu, Anwar berharap akreditasi “Unggul” yang diraih Unmul bukan hanya sandangan predikat saja. Akan tetapi, juga dibenahi dari segala sisi agar menjadi “unggul” secara menyeluruh.

“Menyandang Akreditasi Unggul bukan sekedar menyandang saja, tetapi kita lihat juga dari (keunggulan) segi-segi yang lain,” pungkasnya. (mou/vpr/myy/aya)