SKETSA - 2018, Unmul harus siap terima mahasiswa baru lagi. Berdasarkan data 2017, Unmul menyiapkan sebanyak 5.331 kursi. Yang kemudian terbagi dalam perebutan tiga jalur, yakni Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMMPTN).
Untuk setiap jalur penerimaan masuk PTN, pemerintah telah menetapkan besaran alokasi daya tampung. Untuk SNMPTN dan SBMPTN masing-masing paling sedikit 30 persen dari alokasi PTN yang ada. Sedangkan SMMPTN paling banyak 30 persen.
Tahun ini, belum diketahui pasti berapa jumlah kursi yang disiapkan Unmul. Meski begitu, setiap tahunnya, Unmul tampak berupaya menurunkan angka penerimaan guna menyeimbangkan jumlah dosen dan mahasiswa, serta peningkatan mutu pembelajaran. Sejak 2016, Unmul menerima 5.509 pendaftar, kemudian 2017 turun menjadi 5.331. Untuk 2018, diprediksi juga akan turun.
Bagi sekolah dengan akreditasi A dan B memperoleh kuota 50-70 persen. Sedangkan, akreditasi C hanya memperoleh 20 persen. “Sekolah tanpa akreditasi hanya 10 persen, misalkan ada 100 yang daftar hanya diterima 10. Itu hanya daftar belum tentu lulus, beda dengan tahun lalu,” kata Muhammad Ihwan, Kepala Sub Bagian Humas dan Protokol Unmul, 1 Maret 2016.
Sementara itu, berdasarkan data Panitia Seleksi SNMPTN dan SBMPTN, dikutip dari Tirto.id, jumlah pendaftar SNMPTN pada 2018 tercatat sebanyak 590.830 siswa, naik 13 persen dari jumlah pendaftar tahun lalu yakni sebanyak 523.077 siswa.
Angka pendaftar SNMPTN dari data tersebut rupanya mengalami penurunan jika dibanding 2-3 tahun sebelumnya. Pada 2015, jumlah pendaftar menembus 852.093 siswa, dan 2016 sebanyak 645.202 siswa. Jumlah pendaftar sebanyak ini harus bersaing ketat, seperti pada tahun lalu hanya 101.906 siswa yang lulus SNMPTN.
Sedangkan untuk SBMPTN, tampak preferensi atau minat para lulusan SMA atau sederajat terhadap PTN. Tahun lalu, total daya tampung untuk SBMPTN mencapai 128.244 kursi, mencakup 63.685 kursi di ilmu sains teknologi dan 64.559 kursi untuk ilmu sosial humaniora.
Tren jumlah pendaftar SBMPTN pun terbilang fluktuatif. Pada tahun ajaran 2014-2015, dari total 1,43 juta lulusan SMA atau sederajat di Indonesia, sebanyak 53 persen (764.185 orang) tercatat mendaftar SBMPTN. Tahun ajaran berikutnya, jumlah peserta SBMPTN turun menjadi 51 persen (721.326 orang) dari total 1,42 juta lulusan SMA.
Namun, pada tahun ajaran 2016-2017, siswa yang tertarik mendatar studi ke PTN kembali meningkat. Hal itu tercermin dari jumlah peserta SBMPTN pada tahun lalu yang mencapai 63 persen (797.023 orang) dari total 1,26 juta lulusan SMA atau sederajat. Peningkatan ini memang lumrah karena studi menunjukkan minat pada PTN bagi siswa masih tinggi.
"Semakin hari kita harus mengarah ke kualitas. Penerimaan yang tanpa tes itu jalur undangan dibatasi berdasarkan akreditasi sekolah. Kalau dulu kan siswa kelas tiga berhak mendaftar semua. Sekarang enggak. Tahun ini kita upayakan lebih baik," tandas Ihwan. (aml/wil/adl)