UKT Tetap Penuh, Mahasiswa Sebut Rektorat Tidak Adil

UKT Tetap Penuh, Mahasiswa Sebut Rektorat Tidak Adil

SKETSA – Rektorat mengecam imbauan BEM KM Unmul agar mahasiswa menunda bayar UKT. Hal itu dianggap bakal menganggu sistem pembayaran dan administrasi di bank maupun fakultas.

Menanggapi kecaman rektorat, Presiden BEM KM Unmul Norman Iswahyudi malah menanggapinya dengan santai. Norman bersikukuh tetap akan memperjuangkan UKT mahasiswa angkatan 2013 meski imbauannya dikecam rektorat.

“Santai saja. Sambil menunggu pertemuan resmi kami kembali bahas masalah itu,” jawabnya santai, Selasa (11/7) siang.

Saat disinggung jadwal audiensi berikutnya, Norman menyebut, belum bisa memberikan kepastian. Namun ia berjanji pertemuan itu bakal dilaksanakan dalam waktu dekat.

“Kalau mahasiswa merasa ini harus diperjuangkan, tentu mereka memiliki rasa yang sama. Mau ada himbauan dari rektorat pun saya rasa mahasiswa bisa memilih,” tutupnya.

Minta Keringanan

Mayoritas mahasiswa angkatan 2013 sepakat dengan langkah BEM KM Unmul. Mereka merasa keberatan dengan kebijakan rektorat yang menginginkan mahasiswa tetap membayar UKT penuh.

Hal itu diungkapkan mahasiswa Program Studi (Prodi) Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Rastina. Dia mengatakan, kebijakan rektorat sangat tidak adil. Sebab dirinya tidak lagi kuliah. Hanya menyelesaikan skripsi. Tapi tetap wajib bayar UKT seperti saat mengambil mata kuliah dengan beban maksimal 24 satuan kredit semester (SKS).

“Setidaknya cuma bayar 25 persen dari total UKT saya sekarang,” harap Rastina.

Disebutkannya, sejak awal dia berharap rektorat memberi keringanan. Pasalnya mayoritas mahasiswa semester sembilan tidak lagi menjalani perkuliahan. Sementara beban UKT terlampau tinggi. “Ada yang harus bayar UKT Rp 4 juta. Padahal enggak kuliah, cuma skripsi,” ungkapnya.

Senada, Iqbal mahasiswa Prodi Teknik Industri Fakultas Teknik memberikan tanggapan yang sama. Iqbal menganggap kebijakan rektorat saat ini sangat tidak adil. Apalagi, dirinya tinggal maju sidang pendadaran terpaksa ditunda karena harus membayar UKT penuh untuk semester sembilan.

“Tidak adil. Mestinya jangan bayar penuh. Bayarnya sesuai SKS yang masih tersisa, seperti sistem semester pendek,” seloroh Iqbal.

Ditegaskan Iqbal, dirinya bakal mengajukan pengurangan UKT. Orangtuanya tidak sanggup membayar penuh karena kesulitan ekonomi. Iqbal sendiri mesti membayar UKT sebesar RP 3,7 juta.

“Saya UKT golongan tiga. Saya tunggu hasil advokasi BEM sampai akhir Juli. Kalau tidak ada kejelasan terpaksa bayar. Tidak ada pilihan,” ungkapnya.

Tanggapan lain juga disampaikan Muhammad Ridho Amalu. Mahasiswa dari Prodi Pendidikan Jasmani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan itu bahkan blak-blakan menyebut rektorat berbohong. Banyak janji yang disampaikan rektorat tentang UKT tidak sesuai implementasinya.

“Kalau bayar setengah itu tetap saja dibohongi,” katanya. (els/im)