Sumber Gambar: Luthfi/Sketsa
SKETSA – Nuansa yang berbeda mewarnai kegiatan debat terbuka dan kampanye akbar Pemira FH tahun ini. Tiga pasangan calon (Paslon) saling beradu visi misi dan program unggulannya dalam debat yang berlangsung pada Senin (2/12) malam lalu.
Debat terbuka yang digelar di Aula FH ini membawa angin segar bagi dinamika perpolitikan di FH Unmul. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang didominasi aklamasi atau hanya satu paslon, kali ini mahasiswa disuguhkan pilihan dari tiga kandidat dengan latar belakang dan visi misi yang berbeda.
Ketua Badan Penyelenggara Pemilihan Umum Raya (BPPR) FH Unmul, Noval Akbar Ramadhan mengungkapkan rasa kagumnya atas antusiasme dari Keluarga Mahasiswa FH dalam Pemira tahun ini yang diikuti tiga paslon.
“Sebetulnya ada empat paslon, cuma satu paslonnya itu terkendala administrasi dan juga keterlambatan waktu dalam pengumpulan berkas,” ungkapnya saat ditanyai secara langsung pasca debat berlangsung, Senin (2/12) lalu.
Meski terdapat keterbatasan waktu, Noval menilai debat tersebut telah mencapai 80 persen target. Menurutnya antusiasme peserta tetap tinggi walaupun sesi tanya jawab dengan audiens tidak dapat dilaksanakan.
Paslon nomor urut 1, Muhammad Salman Al Farisy Khairurrijal bersama Amsal Boy Karto Siregar, tampil dengan semangat independensi. Mereka menegaskan tidak berasal dari struktur BEM sebelumnya.
"Kami mengusung tema non intervensi, inklusif, dan sebagainya. Karena kami merasa dan memang dari independen,” tegas Salman.
Lebih lanjut, Salman mengaku debat kali ini cukup intens dan menguras energi. Demikian pula Amsal. Ia mengungkap bahwa dinamika interaksi di antara pasangan calon sangatlah menarik.
“Memang tadi ada sikut-sikutan. Namun, pada akhirnya saling mendukung satu sama lain,” kata calon Wakil Presiden BEM FH nomor urut 1 itu saat diwawancarai langsung di waktu yang sama.
Selanjutnya, panelis debat yang merupakan mahasiswa FH 2021, Benidiktus Lasah melihat fenomena ini sebagai bukti nyata berkembangnya demokrasi di fakultas yang mengindikasikan pergeseran dari sistem aklamasi menuju proses pemilihan yang lebih terbuka dan kompetitif.
Mahasiswa yang akrab disapa Leo itu pun turut memberikan pandangannya terkait jalannya debat. Ia menilai jalannya debat sudah cukup baik, namun memberikan catatan kritis tentang pentingnya menjaga etika berdebat.
“Menurut saya (debatnya) sudah cukup baik. Meskipun memang ada beberapa koreksi yang harus disampaikan, seperti bagaimana ketika menyampaikan visi dan misi. Sebaiknya jangan terlalu menyerang personal dan membanding-bandingkan. Tetapi fokus pada substansi yang mau kita sampaikan,” ungkap Benidiktus saat diwawancarai pasca debat terbuka malam itu. (rla/ner)