SKETSA - Malam pertama salat tarawih di Masjid Al-Fatihah (MAF) Unmul kemarin (26/5) berlangsung khidmat. Ibadah di kampus yang diinisiasi oleh Pusdima itu memang rutin dilakukan setiap Ramadan.
Jama’ahnya pun tidak sedikit, tampak 12 saf terisi penuh, suasana yang jelas berbeda dengan malam-malam di luar bulan suci. Mayoritas jama’ah merupakan civitas Unmul, yakni mahasiswa, dosen, hingga Rektor Masjaya tak mau menyia-nyiakan kesempatan beribadah bersama di kampus. Beberapa warga sekitar Unmul pun tampak membaur malam itu.
Bukan kampus namanya jika tidak mencantumkan agenda seremonial. Malam itu, pra salat tarawih, ketua panitia Ramadan di Kampus Bersama (RDKB) Pusdima dan Ketua Umum Pusdima menyampaikan sambutannya. RDKB, ialah ajang perlombaan yang jadi satu rangkaian penyemarak Ramadan di kampus oleh Pusdima dan rutin dihelat bersama agenda lain di dalamnya.
Sambutan tersebut kemudian dilanjutkan tausiah Masjaya. Dalam penyamapiannya, ia menyebut salah satu keistimewaan Ramadan adalah diturunkannya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam. Di samping itu, Ramadan juga masa ketika amal baik akan mendulang pahala berlipat ganda. Mantan Wakil Dekan III FISIP itu juga mengurai fase-fase dalam Ramadan.
“Yang sering kita dengarkan di dalam bulan Ramadan ini dibagi dalam tiga fase keutamaan. Fase pertama adalah fase rahmat yaitu sepuluh hari pertama, fase kedua adalah fase ampunan dan fase ketiga adalah pembebasan dari api neraka," terangnya.
Bagi Masjaya, fase pertama hingga ketiga hendaknya dimanfaatkan baik-baik dengan berupaya mendapatkan rahmat dan ampunan Allah SWT yakni dengan melakukan aktivitas-aktivitas mulia seperti tarawih, medengarkan tausiah, memperbanyak membaca Al-Qur’an, dan mempelajari ilmu-ilmu keagamaan.
"Dalam sebuah hadis dikatakan barang siapa berpuasa dengan penuh keimanan dalam mendapatkan ridho Allah SWT, maka akan diampuni dosanya di masa lalu. Apabila kita telah melakukan berbagai aktivitas-aktivitas mulia insyaallah surga menanti kita," imbuhnya.
Seperti diketahui, Ramadan kali ini bertepatan dengan UAS. Tak sedikit mahasiswa yang menjalankan puasa pertama tidak bersama dengan keluarga. Mahbubin Nurul Ihsan, salah satunya. Kendati begitu, Ican, sapaan akrabnya mengaku tak ingin berlarut dalam sedih apalagi patah semangat.
“Orangtua sudah telepon untuk nyuruh pulang, tapi mau gimana lagi namanya juga UAS enggak bisa ditinggal. Rumah juga jaraknya jauh, enggak enak cuma dua hari di rumah baru balik lagi ke Samarinda," ucapnya. (iki/aml)