SKETSA - Beban Uang Kuliah Tunggal (UKT) telah dirasakan mahasiswa baru (maba) Unmul. Sisa dua hari lagi tenggat validasi usai. Hasilnya, ada yang keberatan dan mengajukan validasi ulang. Namun, adapula yang pasrah dengan keadaan.
Tak ingin menyudutkan pihak manapun, Ayu Wulan Dari, maba Farmasi mengklarifikasi pernyataannya tentang beban UKT yang diterimanya. Bahwa ia dibebankan Rp 10 juta dari hasil validasi dan merasa tak sanggup dengan besaran itu.
(Baca: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/ukt-mahal-maba-farmasi-terancam-gagal-kuliah/baca )
"Saya kan cuma kurang mampu bayar aja. Enggak lebih. Tapi di berita itu kesannya saya menyalahkan pihak Unmul-nya," balasnya melalui pesan Line pada awak Sketsa, Selasa (22/8).
Ayu juga mengaku ternyata belum bertatap muka dengan BEM Farmasi untuk mengeluhkan persoalannya. "Saya enggak tahu itu anak BEM apa bukan, intinya kakaknya anak farmasi," akunya.
Apa yang telah dikatakan sebelumnya merupakan kesalahpahaman, karena ia mengira kakak tingkatnya tersebut juga bagian dari BEM Farmasi.
Ayu yang kini berada di kampungnya di Kabupaten Paser itu, pasrah. "Percuma juga. Kan saya enggak kuliah juga ini. Toh sampai sekarang UKT-nya juga enggak bisa turun kan, sedangkan segala urusan harus selesai tanggal 25 ini," ucapnya pasrah.
Sayangnya, tak ada upaya komunikasi terjalin antara BEM Farmasi dan Ayu. Saat Sketsa menyambangi Posko Maba BEM Farmasi Selasa pagi (22/8), tak satu pun yang bersedia memberikan tanggapan. Beberapa staf BEM Farmasi meminta awak Sketsa untuk menghubungi langsung Gubernur BEM Farmasi Faqur Rahman atau Ketua Departemen (Kadept) Internal, Muhammad Satyo Pradana.
Sketsa mencoba mengonfirmasi sang gubernur, namun ia mengaku sedang sibuk sehingga belum bisa diwawancara. Sedang Dana, sapaan Kadept Internal itu tak membalas pesan WhatsApp yang dikirim awak Sketsa. (jdj/els/krv)