Rencana Persiapan Wisuda Daring Unmul

Rencana Persiapan Wisuda Daring Unmul

Sumber Gambar: ddpi.kaltimprov.go.id

SKETSA - Kondisi pandemi nampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat ini. Di beberapa daerah, peningkatan kasus positif Covid-19 semakin tinggi setiap harinya. Bahkan, tercatat 1.641 kasus di Samarinda berdasarkan infografik Dinas Kesehatan.

Pemerintah telah membuat langkah preventif untuk menangkal penularan virus corona dengan mengeluarkan protokol kesehatan. Hal tersebut tentunya menjadi kendala ketika hendak melaksanakan kegiatan yang melibatkan berkumpulnya massa.

Tak terkecuali Unmul yang dalam waktu dekat akan menyelenggarakan wisuda bagi mahasiswanya. Wakil Rektor I Bidang Akademik Unmul, Mustofa Agung Sardjono menyebutkan bahwa wisuda Unmul akan dilaksanakan secara daring. Ini disampaikan sesuai dengan rapat koordinasi pimpinan yang dilakukan pada Minggu (6/9) lalu.

"Karena setelah dievaluasi, rasanya tidak mungkin lagi untuk menunggu terlalu lama kondisi normal karena kita tidak tahu. Sedangkan kita tanggungannya makin lama makin banyak. Kan ini sudah ada sekitar 2.872-an yang harus segera kita wisuda," ungkap Mustofa saat dihubungi Sketsa, Rabu (16/9) kemarin.

Ia juga menjelaskan bahwa wisuda perlu sesegera mungkin dilaksanakan untuk memenuhi hak mahasiswa yang telah lulus. Mengingat banyak wisudawan Unmul yang sudah menuntut penerimaan ijazah mereka.

Karena belum ada pelaksanaan wisuda pada gelombang Maret, Juni, dan September, Mustofa mengatakan penyelenggaraan kegiatan akan dilakukan bertahap. Wisuda Gelombang I (Maret) akan dilaksanakan pada 19 September esok, bagian II (Juni) akan berlangsung pada 20 September lusa. Kemudian, Gelombang terakhir akan dilaksanakan 26 September, tepat sehari sebelum Dies Natalis Unmul.

Selain itu, Mustofa juga menanggapi munculnya petisi yang menuntut pihak Rektorat Unmul untuk menyelenggarakan wisuda secara luring atau tatap muka. Ia paham bahwa proses wisuda merupakan momen yang sakral, namun pihaknya lebih memilih keselamatan demi kepentingan bersama. Yaitu dengan melangsungkan wisuda sesuai protokol kesehatan Covid-19.

"Jangankan dengan jumlah orang yang 1.500 itu, jumlah orang yang katakanlah 100 orang saja itu apa yang akan terjadi? Itu belum lagi keluarganya, belum nanti pedagang datang, sekali lagi nanti Unmul dianggap ‘konyol’ banget. Bisakah mereka memberi jaminan tidak akan terjadi apa-apa meski seketat apapun juga protokol Covid-19-nya?" imbuhnya.

Ia menambahkan, tak masalah jika yang bersangkutan tidak bersedia untuk melakukan wisuda daring. Ijazah yang sudah ditanda-tangani oleh dekan dan rektor bisa diambil sewaktu-waktu. Namun, Mustofa menegaskan jika masih bersikeras wisudawan dipersilahkan untuk mengikuti wisuda luring selanjutnya. Walaupun ia sendiri belum bisa menjanjikan kapan hal tersebut dapat terlaksana.

Terkait survei wisuda yang dilakukan oleh Unmul pada Mei - April lalu, Mustofa tidak menampik bahwa mayoritas dari responden lebih condong dengan pelaksanaan wisuda secara luring.

"Saat itu, kita masih punya harapan untuk wisuda bisa langsung. Tapi faktanya tidak seperti itu. Makanya untuk membuat survei pun kami sudah membayangkan hasilnya masih akan tetap sama (secara langsung), cuma kita enggak punya daya. Saya paham, saya juga pernah jadi mahasiswa," jelasnya.

Mengingat saat ini Rektor Unmul Masjaya dikonfirmasi positif Covid-19 dan sedang menjalani isolasi mandiri, kemungkinan besar ia akan diwakilkan oleh salah satu wakil rektor atau ketua senat Unmul pada saat pelaksanaan wisuda nanti. (wil/pil/len)