Sumber Gambar: Gramedia.com
SKETSA - Kompetisi tahunan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) oleh Kemendikbud-Ristek secara rutin diikuti oleh Unmul dari tahun ke tahun. Sejumlah proposal dikirimkan oleh Unmul usai melalui evaluasi dari rewiewer internal Unmul. Sejalan dengan meningkatnya peringkat universitas, pada 2020 sendiri Unmul masuk ke dalam klaster kedua yang mendapatkan jatah kuota pengajuaan lebih dari 600 proposal. (baca: https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/sambut-pkm-unmul-siap-cetak-mahasiswa-berprestasi/baca.) Sementara pada 2021, Unmul berhasil mengirimkan 518 proposal.
Jumlah tersebut tentu masih menyisakan banyak kuota yang tersedia. Dinamika jumlah proposal itu bagi Encik Ahmad Syaifudin selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, tidak dapat dipastikan dari tahun ke tahun. Dalam upaya peningkatan, pihak rektorat turut mengomunikasikan kepada pimpinan fakultas untuk dapat mengirimkan perwakilan mahasiswa.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, PKM 2022 ini turut ditujukan untuk mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang memungkinkan untuk dilakukan pertukaran Satuan Kredit Semester (SKS). Terkait aturannya dapat dilihat dalam pedoman PKM masing-masing bidang. Ini juga akan berdampak pada Indikator Kerja Utama (IKU) yang menjadi acuan pengukuran kinerja perguruan tinggi.
“Harapan kami semakin banyak yang mengirim proposal dan mendapat pendanaan,” tulis Encik saat ditanya soal target Unmul dalam ajang PKM kali ini, Selasa (15/3).
Octarisma Handayani Hutagalung, mahasiswi Pendidikan Kimia 2017, berhasil mengikuti PKM 2021 lalu, hingga lolos pendanaan. Lewat penuturannya, ia akui kurangnya jumlah proposal PKM yang dikirimkan itu disebabkan sosialisasi yang minim di setiap fakultas.
Ia menyayangkan lantaran PKM merupakan wahana untuk menumbuhkembangkan kreatifitas, sikap ilmiah, profesionalitas, kepedulian, serta kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
"Mahasiswa sering bilang ‘PKM itu apa?’ banyak sekali yang tidak mengetahui hal tersebut, bahkan itu kali pertama dia mendengarnya," kisahnya pada Senin (14/3).
Octarisma menilai kampus semestinya meningkatkan sosialisai dan tidak sekadar memberikan info dasar soal PKM. Namun, disertai dengan pendalaman setiap bidangnya. Itu, bagi Octarisma, akan membantu mahasiswa paham dan fokus pada bidang yang diminatinya. Sebab proses yang cukup lama dalam menggarap PKM, pelibatan mahasiswa dalam penelitian dosen dianggap sebagai langkah yang baik.
"Saya menekankan bahwa kunci keberhasilan mengikuti PKM adalah karena adanya komitmen yang tinggi dari dosen dan mahasiswa."
Selain Octarisma, Maharani Putri mahasiswi Psikologi 2018 juga memiliki pengalaman yang sama dalam PKM 2021. Dihubungi Sketsa pada Rabu (16/3), Maharani menyebut ketimpangan jumlah proposal yang diajukan setiap fakultas dipengaruhi oleh perbedaan animo fakultas dan Prodi itu sendiri.
“Fokusan fakultas masing-masing itu kan beda, ada yang lebih ke lulus cepat ada yang lebih ke prestasi akademik, dan ada yang ke non-akademik.”
Menurutnya mahasiswa perlu pro aktif dalam mencari informasi terkait PKM ketika kurangnya informasi dari kampus. Meski begitu, pengoptimalisasi media sosial, utamanya PKM Center turut diharapkan agar lebih masif sebagai wadah mahasiswa dalam mengenal PKM. Terlebih menurut Maharani, PKM merupakan ajang unjuk diri mahasiswa sebagai calon penerus bangsa.
“Inikan calon-calon pemimpin masa depan juga ya harusnya Unmul bisa memfasilitasi mahasiswa dengan lingkungan yang bagus,” kuncinya. (vyn/sya/ash/khn)