Sumber Gambar: Panitia
SKETSA - Sabtu (14/3) lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran (FK) bekerja sama dengan Badan Eksekustif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Unmul gelar sosialisasi untuk mengedukasi civitas academica mengenai virus corona (Covid-19).
Mengangkat tema “Ancaman Covid-19 dan Strategi Menghadapinya”, sosialisasi kali ini menghadirkan dua pemateri yang juga merupakan dosen di FK Unmul. Di antaranya adalah Yadi, dosen mikrobiologi dan Nataniel Tandirogang yang juga merupakan dosen mikrobiologi serta Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Timur.
Materi pertama yang disampaikan oleh Yadi membahas mengenai virus secara garis besar, struktur-struktur yang ada dalam sebuah virus, dan menjelaskan Covid-19 secara garis besar. Pemaparan lebih detail mengenai virus ini kemudian dibawakan oleh Nataniel.
Nataniel menyebutkan bahwa virus ini lebih banyak menyerang masyarakat dengan usia yang lebih dari 50 tahun dan lebih rentan menyerang laki-laki. Sedangkan, penyebab pasien virus corona meninggal adalah karena terdapat penyakit penyerta yang dialami oleh pasien. Seperti diabetes mellitus, asma, bronkitis, dan penyakit lainnya.
Ia juga memaparkan bahwa terdapat kurang lebih 200 spesies virus corona yang tersebar di seluruh bagian dunia ini. Namun, hanya 7 spesies yang teridentifikasi bisa menginfeksi manusia, salah satunya adalah Covid-19. Terdapat juga virus SARS-Cov dan MERS-Cov yang pernah menghebohkan dunia beberapa tahun yang lalu.
Covid-19 disebutkan memiliki susunan materi genetik yang sangat mirip dengan SARS-Cov. Karena itu, virus ini juga disebut sebagai SARS-Cov 2. Selain itu, ketika dikelompokkan lagi, ternyata Covid-19 ini memiliki susunan RNA yang hampir sama dengan susunan RNA yang dimiliki oleh kelelawar.
“Barangkali memang awalnya hidup di kelelawar, dan menggunakan sebagian rantai RNA kelelawar untuk melakukan fungsi-fungsinya. Contohnya seperti menggunakan materi genetik dari host (inang) untuk membuat kapsid (kulit protein dari suatu virus),” ungkap ketua IDI Kaltim ini.
Gejala yang Dialami Pasien Virus Corona
Kedua pemateri juga menjelaskan mengenai gejala klinis yang timbul apabila seseorang terinfeksi oleh virus Covid-19 ini. Gejala yang paling umum adalah demam. Demam ini awalnya hanya berupa demam ringan dengan suhu antara 37,5 sampai dengan 38 celsius kemudian diikuti dengan batuk kering, kelelahan, hingga terasa ngilu pada sekujur tubuh. Ini adalah gejala awal.
Gejala akan bertambah parah pada hari ke-5 hingga ke-8 pasca terinfeksi. Pada hari-hari inilah mulai timbul gejala gangguan pernapasan seperti sesak napas. Puncaknya terdapat pada hari ke-10. Di mana virus dapat menimbulkan distress respiratory syndrome pada pasien.
Masa inkubasi virus ini adalah sekitar 2-14 hari pasca terinfeksi. Meskipun ada sebagian kecil kasus di mana pasien baru menunjukan gejala setelah 27 hari pasca infeksi.
Pengobatan untuk virus ini sendiri belum ditemukan hingga saat ini sehingga yang bisa menangkal perkembangan virus ini adalah pertahanan tubuh kita sendiri. Oleh karena itu, pertahanan tubuh yang kuat sangat membantu dalam memerangi virus ini untuk masuk ke tubuh kita dan membuat efek yang sangat merugikan kedepannya.
Tindak Pencegahan Terhadap Virus Corona
Karena belum adanya terapi atau obat untuk menangani virus corona, maka hal yang harus dilakukan adalah mencegah agar tidak terinfeksi virus ini. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari dan mencegah infeksi.
Pertama, melakukan anjuran dari Departemen Kesehatan yaitu GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat) dengan melakukan pola hidup sehat dan memakan makanan bergizi.
Kedua, kebersihan juga harus dijaga. Baik kebersihan di lingkungan sekitar maupun kebersihan diri sendiri dengan cara rajin mencuci tangan apabila sudah menyentuh benda-benda sekitar.
Virus corona memiliki kapsid yang terdiri dari glikoprotein yang mudah larut dengan deterjen atau pun dengan cairan disinfektan lainnya. Dengan mencuci tangan di air mengalir, kita dapat menghambat transmisi dari Covid-19.
Ketiga, kurangi menyentuh daerah wajah, baik itu hidung atau mata karena virus dapat masuk ke tubuh melalui jalur ini.
Selain itu, karena penularan virus ini melalui droplet atau percikan dahak, disarankan untuk menjaga jarak sekitar 1-2 meter ketika berkomunikasi dengan orang lain baik itu yang sedang sakit maupun sehat.
Hal ini dikarenakan droplet hanya mampu terlempar dengan jarak kurang dari 2 meter. Nataniel juga mengaris bawahi bahwa ketika sedang sakit harus menggunakan masker. Ia menekankan bahwa yang menggunakan masker adalah orang yang sedang sakit, bukan untuk orang sehat. Sebab partikel dari virus ini sangat kecil bahkan lebih kecil dari pori-pori masker itu sendiri,
“Karena virus ini besarnya kurang lebih 120 nanometer sedangkan masker tidak bisa menyaring partikel sekecil itu. Sehingga ketika memakai masker, tujuannya untuk menghalangi debu bukan virusnya,” jelas Nataniel
Ada beberapa hal lagi yang dapat dilakukan untuk mencegah, yaitu dengan menghindari pemakaian barang pribadi dengan orang lain. Contohnya seperti alat makan maupun alat mandi.
Memperbaiki ventilasi ruangan juga salah satu langkah untuk mencegah penularan virus ini. Ini dikarenakan virus corona tidak tahan dengan sinar UV yang dihasilkan oleh sinar matahari.
Istilah yang Digunakan Terkait Virus Corona
Selain menjelaskan mengenai pencegahannya, para pemateri juga menjelaskan dua istilah yang digunakan dalam dunia kesehatan. Yakni Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
ODP adalah orang yang kembali setelah bepergian ke daerah yang sudah terjangkit virus, baik menimbulkan gejala maupun tidak. Status ODP ini akan dicabut dari seseorang apabila setelah 14 tidak menimbulkan gejala umum dari Covid-19 ini.
Sedangkan, PDP adalah orang yang sudah punya gejala khas dari Covid-19 ataupun memiliki riwayat kontak dengan penderita. PDP pada umumnya telah di test, namun belum bisa dipastikan apakah pasien terindikasi positif atau negatif terinfeksi dikarenakan masih menunggu hasil tes tersebut.
Pemerintah sendiri sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menanggulangi virus ini. Telah banyak rumah sakit menjadi rujukan untuk menangani kasus Covid-19.
Terdapat 132 rumah sakit yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di Kalimantan Timur sendiri, terdapat 4 rumah sakit rujukan yang masing-masing terletak di Samarinda, Tenggarong, Balikpapan dan Paser.
Pemerintah juga menginstrusikan bahwa penanganan pasien dengan kasus Covid-19 akan dibiayai oleh pemerintah menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Sebagai penutup, Nataniel berpesan untuk selalu menjaga daya tahan tubuh dengan cara makan makanan bergizi, istirahat 7-8 jam, minum vitamin, menghindari faktor yang menyebabkan stres, olahraga yang rutin serta hindari asap rokok dan kurangi dahulu kebiasaan merokok.
Ketika diwawancarai Sketsa mengenai sosialisasi ini, Wanda Riskyna Harmawan selaku ketua panitia menjelaskan bahwa pelaksanaannya didasari karena banyaknya hoaks yang beredar di kalangan masyarakat, sehingga menimbulkan kepanikan.
“Kita pilih tindakan sosialisasi mahasiswa. Karena kita tahu bahwa mahasiswa adalah pihak yang paling sering memakai media sosial. Sehingga paling mungkin untuk menginspirasi masyarakat di sekitarnya,” jelas mahasiswi angkatan 2018 ini.
Tak hanya kegiatan sosialiasi, BEM FK yang kemudian bekerja sama dengan Aliansi Segitiga Kesehatan juga turun langsung ke masyarakat untuk mengedukasi bagaimana pencegahan dari virus corona. Kegiatan ini sendiri berlangsung pada keesokan harinya, yakni 15 Maret 2020 dan bertempat di GOR Sempaja Samarinda.
Wanda juga memaparkan hambatan yang dialami selama proses edukasi ini berlangsung. “Karena ini kan virus baru aja masuk ke Indonesia, jadi kita harus cari tahu gimana caranya agar bisa mengedukasi masyarakat."
"Secepat mungkin, agar tidak terlalu terlarut dalam hoaks dan juga dalam waktu di mana masyarakat bisa tertarik dengan topik ini,” tutupnya. (wuu/len)