Sumber Gambar: Luthfi/Sketsa
SKETSA - Selain rawannya banjir di area kampus Gunung Kelua, curah hujan yang tinggi juga mengancam rentannya longsor di area parkir FISIP Unmul.
Ancaman longsor ini bukan kali pertama. Muhammad Noor, Dekan FISIP, menyebut longsor mulai terjadi sejak tiga tahun silam. Puncaknya pada Maret 2021 lalu, longsor besar terjadi. (Baca: Kampus FISIP longsor)
Sejumlah upaya telah dilakukan. Dalam penuturannya, Selasa (11/10) lalu, langkah yang diambil antara lain: menghubungi rektor, mengajak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) saat kunjungan ke Unmul untuk memantau lokasi, hingga mengajukan kepada Kemendikbudristek agar dapat menggunakan saldo awal (dana sisa universitas) untuk renovasi.
Pada 2021 telah dianggarkan dana sebesar 1,1 miliar rupiah untuk merenovasi longsor, tetapi terdapat kendala teknis pada tata kelola keuangan, yang membuat waktu pengerjaan hanya tersisa 27 hari dan memaksa proyek itu harus ditunda.
“Akhirnya setelah mempertimbangkan berbagai hal, saya dengan Pak Jauhar selaku PPK universitas memutuskan untuk mengerjakannya pada tahun 2022,” beber Noor.
Namun, hingga menjelang berakhirnya tahun 2022 pun hasilnya nihil. FISIP masih berkutat di kendala yang sama. Upaya selanjutnya dengan menggunakan dana pagu (batas tertinggi anggaran). Meski seharusnya dana tersebut dialokasikan untuk perkembangan, pembangunan, dan operasional FISIP.
“Untuk 2023 kita coba dialokasikan dari dana Pagu kita sendiri, artinya universitas memberi pagu untuk fakultas, berapapun besarnya (nanti), kita alokasikan sekitar 1 milyar.”
Upaya Advokasi
Longsor ini juga menjadi perhatian Muhammad Ilham Maulana, Menteri Kajian Strategis BEM FISIP dalam mengadvokasi perbaikan kepada jajaran dekan. Beberapa waktu lalu, sebut Ilham, pihak BEM FISIP kembali mempertanyakan kejelasan. Jawaban yang sama yakni perihal dana.
“Berarti fakultas masih membutuhkan donatur yang cukup besar. Itu sebenarnya mulai ditindaklanjuti sejak awal. Pertimbangannya juga berada pada ruang kelas yang ingin dibangun juga dengan longsor yang ada di FISIP,” terang Ilham, Rabu (12/10).
Hal itu diamini oleh Paijan selaku Ketua Sub Bagian Barang Milik Negara (BMN) FISIP Unmul. Baginya renovasi longsor di FISIP memakan dana yang besar. Dirinya mencatat bahwa rencana perbaikan tersebut terdapat dua versi dengan anggaran yang tinggi.
"Ada yang kondisi bronjong kalau tidak salah tipenya itu, itu aja (anggarannya) sudah 5 miliar dan kemudian kita juga mencoba dengan sistem turap yang bagus, itu rencana anggarannya mencapai 10 sampai 11 miliar,” paparnya Selasa (11/10) lalu.
Kini upaya yang ditempuh selain mengusulkan perbaikan melalui badan publik seperti Unmul dan Pemerintah Provinsi Kaltim, longsor FISIP masih mengandalkan penanggulangan sementara. Hal tersebut sebagai tindakan preventif agar dampak longsor tak semakin parah. (lav/kya/khn)