Sumber Gambar: Istimewa
SKETSA - Pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) FKIP Unmul atau “Pendidik” 2024 yang dilaksanakan mulai Senin (12/8) hingga (13/8) lalu, menuai kritik tajam. Para peserta, termasuk mahasiswa baru serta sejumlah lembaga FKIP, melontarkan ketidakpuasan terhadap kurangnya fasilitas dan komunikasi yang terjalin.
Fahman, selaku Ketua Himpunan Mahasiswa (Hima) Program Studi (Prodi) Pendidikan Masyarakat, menyebut Gedung Auditorium Unmul yang dijadikan sebagai lokasi pelaksanaan PKKMB terlalu kecil, dan tidak memadai untuk menampung mahasiswa baru FKIP yang jumlahnya tidak sedikit.
Fahman menyebut, bahwa informasi mengenai lokasi PKKMB dibagikan secara mendadak, dan mepet dengan waktu pelaksanaan PKKMB.
“Untuk dalam pemilihan lokasi (PKKMB), jujur kami (Hima) tidak dilibatkan karena di dalam sosialisasi yang diadakan oleh Wakil Dekan 3 sama staff BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) itu sudah menerangkan, bahwasanya lokasi tersebut sudah ada dan sudah difiksasi oleh mereka,” bebernya saat diwawancarai langsung di Gedung Auditorium (12/8) lalu.
Forum diskusi juga sudah sempat dilakukan sebelumnya. Fahman mengatakan, pihaknya sudah bertanya setelah mengetahui lokasi yang ditentukan tidak memungkinkan. Namun, hasilnya nihil.
“Dalam forum tersebut kami menanyakan beberapa pertanyaan yang harusnya bisa terjawab, akan tetapi pertanyaan tersebut tidak terjawab, dan itu menimbulkan miskomunikasi dengan pengurus himpunan, mahasiswa baru, dan juga staff BEM,” jelasnya.
Sejalan dengan Fahman, Ketua Hima Pendidikan Jasmani, Ilman juga turut kecewa dengan pelaksanaan Pendidik 2024 kali ini.
“Saya cukup kecewa karena bisa dilihat kita sebagai Fakultas Keguruan yang bisa dibilang fakultas terbesar di Unmul gagal menjadi eksekutor utama bagaimana caranya fakultas yang terbesar di Unmul ini mendapatkan fasilitas yang layak, dan seharusnya itu bisa diprioritaskan, dan saya rasa BEM gagal menjadi eksekutor tahun ini,” ujar Ilman yang diwawancarai langsung Senin (12/8) lalu.
Saat acara berlangsung, Maba FKIP sendiri dibagi dalam dua tempat, sebagian di dalam Gedung Auditorium, dan sisanya diarahkan ke luar gedung. Sehingga menurut Ilman, hal ini menunjukkan antisipasi massa yang kurang baik dari pihak BEM, yang juga menurutnya merupakan buntut dari mepetnya sosialisasi tempat pelaksanaan PKKMB.
“Nah, ini yang menjadi sumber kekecewaan kami, mungkin dari kita lihat fasilitas gedung pertama panas, terus yang di luar kalau kita amit-amit kena hujan, pasti hancur juga (maba) yang di luar. Itu yang mungkin bikin teman-teman lembaga itu kayak 'adik-adiknya masa diginikan' gitu.”
Sejumlah keresahan dari pelaksanaan Pendidik 2024 ini pun kemudian membuat beberapa lembaga di FKIP mendorong adanya perbaikan dari pihak BEM.
“Evaluasi terhadap Pendidik hari ini semoga lancar, tapi tetap kita hilangkan dan harus diindahkan keresahan teman-teman di sini terkait kecacatan Badan Eksekutif Mahasiswa sekarang,” harap Ilman.
Keresahan juga datang dari mahasiswa baru, mengingat PKKMB fakultas merupakan salah satu acara penyambutan dalam memasuki dunia perguruan tinggi.
Rayhan Zaky Athallah, maba dari Prodi Pendidikan Masyarakat turut menyuarakan keluhannya pada acara se-fakultas tersebut. Satu suara dengan Fahman juga Ilman, ia mengaku lokasi pilihan untuk PKKMB tersebut terbilang kecil.
“Lumayan mengecewakan karena ruangannya kecil banget, harusnya kan bisa di GOR kayak tahun-tahun sebelumnya. Mungkin untuk FKIP yang orangnya yang notabenenya ribuan, masa ditempatkan di tempat sekecil ini di mana keadilannya?” keluh Rayhan, saat ditanya langsung di lokasi PKKMB pada Senin (12/8) lalu.
Sebagai upaya dalam menyelesaikan masalah ini, lembaga-lembaga di FKIP memutuskan untuk melakukan aksi dengan memasuki Gedung Auditorium dan memasang spanduk bertuliskan sejumlah kritik terhadap pelaksanaan PKKMB tersebut.
Fahman mengaku bahwa tindakan ini dilakukan untuk memperjelas suara mereka terhadap pihak birokrat.
“Untuk prosedur kita masuk itu adalah bagian dari aksi kami dan kami rasa bersuara di hadapan birokrat lebih jelas tersampaikan dan tidak terjadi miskomunikasi,” beber Fahman lewat wawancara terpisah melalui obrolan WhatsApp (12/8) lalu.
Setelah bertemu dengan pihak birokrat, Fahman mengatakan bahwa respons yang didapat cukup baik dan mereka meminta diadakannya pertemuan seusai acara PKKMB dilaksanakan.
“...pihak birokrat menilai bahwa apa yang kami lakukan tidak salah, dan menerima tuntutan, lalu pihak birokrat berterima kasih karena adanya aksi sebab jika hal ini tidak terjadi, makan birokrat sendiri tidak mengetahui atas lambatnya kinerja BEM FKIP,” ujarnya.
Meskipun acara PKKMB di hari pertama menghadapi beberapa tantangan, mahasiswa baru FKIP berharap acara ini berjalan lancar. Mereka juga berharap bahwa di tahun-tahun mendatang, Pendidik akan lebih baik dan lebih memenuhi harapan mereka.
“...terima kasih untuk Pendidik 2024, semoga di tahun ke depannya akan lebih baik lagi daripada yang sekarang,” harap Rayhan, sebagai maba Prodi Pendidikan Masyarakat.
Hingga berita ini diterbitkan, Ketua BEM FKIP Unmul masih belum berkenan untuk diwawancarai. (yra/man/jaz/ali)