SKETSA - Sepanjang empat tahun terakhir, PKKMB Unmul memamg tak pernah diikuti lengkap 14 fakultas sejak awal hingga akhir acara. Ada saja peristiwa, ada saja fakultas pergi, mencuri atensi. Tak terkecuali PKKMB tahun ini.
Menurut Muhammad Miftahul Mubarok, ketua panitia PKKMB sekaligus Wakil Presiden BEM KM Unmul ada tiga fakultas yang melakukan walkout di awal, yakni FISIP, Teknik, dan Farmasi. Sementara yang bertahan hingga akhir ada FEB, FKIP (sebagian), FIB, FKTI, FKM, Faperta, Fahutan. Adapun, FH, FMIPA, FK, dan FPIK pergi pukul 17.00 Wita.
Beragam komentar mewarnai lini masa beberapa jam pasca PKKMB digelar. Realitas yang tak sesuai kesepakatan konsolidasi diklaim BEM FISIP dan BEM Teknik sebagai alasan kuat mereka walkout. Itu belum termasuk perlakuan panitia yang dirasa mereka tak mengenakkan.
Putri Wahyuningtyastiti, ketua panitia PKKMB Teknik mengatakan, Miftah sempat menjanjikan soal tenda untuk PKKMB. Ketika konsolidasi, kata Putri, Miftah memohon dengan membawa jabatannya sebagai wapres untuk dikabulkan fakultas agar mengikuti PKKMB hingga akhir. Miftah waktu itu juga menyilakan BEM fakultas menarik maba ketika jalannya PKKMB dirasa tidak sesuai kesepakatan konsolidasi.
"Saya sebagai wapres BEM KM Unmul memohon. Ini demi Unmul satu," ujar Putri menirukan Miftah.
Persoalan titik air pun rupanya dikeluhkan BEM Teknik. "Pas konsol dijanjikan akan ada 20 titik air, Miftah juga menjamin bersih. Tapi ketika kami survei subuh sebelum acara, hanya ada 2 titik air dengan 20 keran. Menurut kami anak Teknik, 20 titik air itu ya 20 sumber air dengan banyak keran. Bukan satu titik air satu keran," imbuh Putri.
Lebih lanjut Putri menyatakan kecewa karena tidak diperbolehkan membawa helm safety ke dalam Gor 27 September sedang Faperta masuk membawa caping. Ia menyayangkan panitia yang tidak tegas dan seolah pilih kasih.
"Pas konsol dibilang jam 8-10 sidang senat terbuka, resmi, formal, kami (panitia) punya SOP dan aturannya. Tapi yang kami temui, betapa kagetnya ketika kami masuk. Apakah ada privilise khusus mungkin karena fakultas sebelah itu membantu konfigurasi yang mengatur teknis itu dari mahasiswa sebelah sana," ungkapnya.
Aswin Suwardana, anggota Kajian Aksi BEM Teknik mengkritik karton konfigurasi yang sia-sia. Menurutnya, maba sangat diberatkan untuk mencari karton warna hijau sesuai dengan logo Unmul. "Ketupat mengarahkan maba disuruh deko sendiri gitu di sg. Masa maba-maba disuruh bayar dekonya lagi. Harga karton 5 itu Rp20 ribu, dikali 5431 maba sudah berapa uang terbuang?" keluhnya.
Belum lagi soal fakultas walkout yang tidak diberi jatah konsumsi. Sepengetahuan Aswin, perkaea ini tak ada dalam kesepakatan konsolidasi.
"Tidak ada kesepakatan begitu bagi kami yang walkout. Konsumsi basi ini juga. Organisasi eksternal yang masuk ke lingkungan Prasasti juga. Sampai ke masalah teknis seperti proyektor buram dan sound system yang kurang keras. Itu semua harus dievaluasi," tegas Aswin.
Aswin dan Putri berharap ada evaluasi mendalam dari panitia, mencari solusi bersama, ketimbang menyalahkan fakultas yang walkout. "Kami meyanyangkan panitia yang men-judge kami yang WO. Tapi kami apresiasi kerja keras panitia. Kami tahu ini tidak mudah," kata Putri.
"Memang harus ada persiapan matang biar maba enggak ngerasa jadi sampah aja. Harusnya ada latihan atau gimana. Mereka itu maunya pulang. Evaluasi diri masing-masing apakah sudah sesuai," timpal Aswin.
Sementara itu, Presiden BEM FISIP Andi Muhammad Akbar menginginkan perubahan konsep PKKMB tahun depan. Meski walkout sejak pukul 11 dan tidak sempat menyaksikan perkenalan UKM Unmul, Akbar tak merasa maba fakultasnya merugi. Ia punya rencana mengundang UKM Unmul untuk berkenalan langsung di FISIP, di hadapan maba FISIP.
"PKKMB ke depan harus diambil dari sudut lain. Selama ini yang ditampilkan cuma kemegahan semu, bukan sebenarnya. Unmul dengan akreditasi sangat baik, namun itu semua berbanding terbalik dengan situasi di fakultas. Kami sangat hargai teman-teman UKM universitas. Bjsa jadi akan kami undang untuk perkenalan di sini," tukasnya. (wil/aml)