SKETSA – Beredarnya broadcast kontroversial yang disebar Denny Maulida ke grup ‘Ikhwan Muda 2015–grup WhatsApp LDF An-nur angkatan 2015–turut ditanggapi Ketua Tim Pengembangan KKN Esti Handayani Hardi. Melalui keterangannya pada Sketsa, Esti–sapaan akrabnya–menanggapi hal itu dengan santai.
“Ya gak papa sih, kami juga menerima masukan seperti itu. Silakan saja kami juga dievaluasi, tapi bagaimana mengevaluasi kalau programnya belum jalan?” ujarnya saat ditemui Rabu, (21/3) lalu.
Sebelumnya, pembenahan yang dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) melalui Tim Pengembangan KKN untuk menyongsong pelaksanaan KKN ke-44 tahun 2018 membuat sebagian mahasiswa kecewa.
Hingga Denny Maulida, salah satu mahasiswa yang akan mengikuti KKN tahun ini akhirnya nekat menyebar ‘Arahan Khusus’ ke grup LDF An-nur angkatan 2015 untuk mengisi kuesioner survei BEM KM Unmul dengan memilih ‘tidak setuju’ KKN Reguler Non Acak dan KKN Kompetensi dihapuskan.
Esti mengatakan, mungkin ada pihak-pihak yang merasa dirugikan, terutama mahasiswa yang ingin mengambil KKN Kompetensi di instansi. Ia menegaskan, jika mahasiswa ingin melaksanakan KKN di instansi, silakan untuk mengikut Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang disediakan oleh fakultas.
“Berikan kami alasan yang kuat, kenapa kamu (mahasiswa) harus KKN di instansi, di mana pengabdian masyarakatnya?” tegasnya.
Menurutnya, dari evaluasi dan koordinasi dengan berbagai pihak, program KKN yang akan diterapkan LP2M tahun ini adalah yang terbaik. Hal itu jika merunut pada pelaksanaan KKN tahun lalu yang membebaskan mahasiswa untuk membuat kelompok dan program kerjanya sendiri.
“Kami sejak Februari sudah roadshow ke kabupaten-kabupaten untuk menampung semua informasi tentang kompetensi desa, permasalahan desa, dan wujud peranan Unmul untuk membangun kemandirian desa itu bagaimana,” ujarnya.
Esti menyesalkan atas ketakutan-ketakutan mahasiswa yang berlebihan. Ia mengatakan, seharusnya mahasiswa fokus pada program KKN yang ditawarkan, ketimbang memikirkan sesuatu yang bahkan belum terjadi.
Ketika ditanya Sketsa terkait langkah yang akan diambil ketika terjadi hal serupa, Esti mengatakan hanya fokus pada pengembangan peranan Unmul untuk memajukan desa. Ia berharap mahasiswa dapat memilih informasi dengan lebih cermat.
“Saya lihat dulu bagaimana hasilnya, alasan-alasan yang mereka utarakan itu dapat diterima atau tidak. Diterima dalam arti (alasan) secara akademisi, bukan emosional,” tutupnya, saat ditanya tanggapan terkait hasil survei BEM KM Unmul kelak. (erp/dan/adl)