Sumber Gambar: Istimewa
SKETSA - Pelaksanaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) FKIP Unmul yang dimulai pada (12/8) lalu sempat menuai kritik keras dari berbagai pihak, termasuk sejumlah lembaga dan mahasiswa baru. Menanggapi hal tersebut, pihak fakultas akhirnya angkat suara.
(Baca: Lokasi Dinilai Kurang Memadai, PKKMB FKIP Unmul 2024 Tuai Banyak Protes)
Diakui oleh Bibit Suhatmady, selaku Wakil Dekan III FKIP, PKKMB fakultas sebelumnya selalu diadakan di Gelanggang Olahraga (GOR) 27 September. Tetapi, tahun ini kegiatan tersebut dipindahkan ke Gedung Auditorium Unmul dengan alasan GOR tersebut sudah terjadwal untuk kegiatan lain.
“Dalam rentetan itu, ada kegiatan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) Nasional, dan ada beberapa kegiatan menggunakan GOR yang sudah di-booking duluan dan kegiatan upacara juga. Jadi, akhirnya GOR itu di-clean. Nggak bisa kita gunakan,” jelasnya saat ditemui langsung Selasa (27/8).
Ada pun Arif, anggota Badan Pengurus Harian (BPH) BEM FKIP Unmul, menjelaskan bahwa pihaknya telah mencari opsi lain, seperti menggunakan Lapangan FKIP. Namun, penggunaan lokasi tersebut memerlukan biaya tinggi untuk menyewa tenda, yang membuat anggaran tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi.
“Opsi kedua adalah menggunakan Auditorium, yang memerlukan biaya lebih rendah dan memungkinkan anggaran dialokasikan untuk keperluan lainnya,” ujarnya saat ditemui pada Rabu (28/9) lalu.
Dalam penentuan lokasi PKKMB, Arif mengaku telah menemukan berbagai organisasi mahasiswa FKIP. Dalam pertemuan tersebut pun sudah disampaikan bahwa PKKMB akan dilaksanakan di Gedung Auditorium.
“Nah (penentuan lokasi) itu tidak ada kata tidak setuju, mereka malah mempertanyakan mungkin bagaimana nanti kondisi di saat dalam ruangan Auditorium, apakah disediakan kipas atau bagaimana, terus bagaimana dengan yang di luar disediakan tenda atau bagaimana atau dibiarkan saja atau bagaimana.”
Hari pertama, Bibit menyebut acara berjalan cukup kondusif. Namun PKKMB hari kedua diwarnai sejumlah kejadian yang akhirnya membuat beberapa maba mesti dievakuasi ke ruang medis. Disinyalir hal ini salah satunya terjadi sebab lokasi yang terlalu padat.
Bibit yang saat itu berada di lokasi kejadian menyebut hal itu bermula saat maba saling menunjukkan yel-yel. Saat itu kondisi sedang hujan, hingga saran untuk memulangkan para maba pun dikeluarkan. Mengingat para maba dibagi dalam dua tempat, di dalam Gedung Auditorium dan di luar gedung tersebut.
Namun, kata Bibit, saran tersebut tidak diindahkan oleh para bina damping (bindam) maba FKIP tersebut. Dengan alasan, yel-yel mereka sudah dipersiapkan sejak berbulan lamanya. Sehingga acara pun diteruskan dan berlanjut hingga penyampaian orasi dari para lembaga.
Ia pun menyebut sempat mengajak beberapa ketua aliansi mahasiswa untuk berdiskusi dan negosiasi sebab kondisi sudah semakin kisruh.
“Tidak bisa kita kendalikan karena kondisinya sudah chaos. Nah kondisi (PKKMB) itu, karena posisi mahasiswa itu ada yang duduk, hampir semua duduk ya, mahasiswa barunya semua duduk. Dan ini berhambur menempati panggung, dan loncat-loncat di antara mahasiswa ini, ini lah yang potensi ya mungkin beritanya ada yang terinjak. Dan langsung dievakuasi ke kesehatan,” terangnya saat diwawancarai langsung di kantor Dekanat FKIP.
Menyoal keadaan PKKMB kemarin, Arif turut menyayangkan aksi lembaga mahasiswa FKIP tersebut. Ia mengatakan, agenda PKKMB fakultas mestinya jadi ajang para mahasiswa baru untuk bersuka ria. Namun, sebaliknya justru acara tersebut malah berakhir kisruh.
Ada pun terkait konsumsi basi yang diberikan untuk para maba, Arif mengakui hal tersebut merupakan kelalaian dari pihak pelaksana. Ia menyebut, mestinya pengecekan konsumsi dilakukan sesaat pengambilan dari vendor.
Arif pun mengatakan telah melakukan evaluasi terkait agenda tersebut. Evaluasi yang dilaksanakan pun hanya mengundang pihak internal, baik BEM maupun panitia pelaksana PKKMB FKIP.
“Terkait evaluasi ini ya (tempat). Evaluasi setelah kegiatan kenapa kegiatan kita di Auditorium ya? Itu tidak ada kita bahas sih. Lebih kita bahas dari temen-temen BPH saja yang dapat dibilang harusnya lebih cepat lah kita harus masukin untuk suratnya gitu, tidak harus menunggu terkait tanggal pastinya dari PKKMB universitas.”
Dalam upaya menyelesaikan konflik antara BEM dan Himpunan Mahasiswa (Hima), Bibit berharap agar semua pihak dapat mencapai perdamaian.
“Harapannya sih BEM dan Hima bisa damai, meskipun masing-masing Hima memiliki karakter yang berbeda, seperti Hima Bahasa, Hima IPS, Hima IP, dan Hima MIPA, yang semuanya unik,” ungkapnya.
Bibit juga menekankan pentingnya BEM dalam mengayomi dan memfasilitasi komunikasi dan koordinasi yang lebih baik di antara lembaga-lembaga kemahasiswaan.
“BEM diharapkan dapat menjadi jembatan dalam memperbaiki komunikasi dan koordinasi,” tambahnya.
Sketsa juga sempat menghubungi Tapdal, selaku presiden BEM FKIP Unmul untuk dimintai keterangan mengenai PKKMB FKIP kemarin. Namun hingga hari ini, belum ada respons yang awak Sketsa terima. (man/jaz/yra/rla/ali/mar)