Di Balik Capaian Akreditasi Unggul, Dekan Fahutan: Proses Membutuhkan Waktu

Di Balik Capaian Akreditasi Unggul, Dekan Fahutan: Proses Membutuhkan Waktu

Sumber Gambar: fahutan.unmul.co.id

SKETSA –  “Buah Delima, buah Manggis, usai penantian lama, akhirnya berbuah manis.” 

Pantun ini terpampang dalam salah satu unggahan akun Instagram Unmul pada 16 Juni 2022. Setelah melihat takarir lebih lanjut, ternyata pantun ini sebagai bentuk apresiasi atas capaian akreditasi Unggul S-1 Kehutanan Unmul. Akreditasi unggul ini menempatkan posisi S-1 Kehutanan Unmul setara dengan perguruan tinggi papan atas, seperti Universitas Hasanuddin dan Universitas Gadjah Mada, sesuai dengan data PDDikti.

Label Unggul ini punya capaian lebih baik dari akreditasi A (baik sekali). Perubahan penamaan akreditasi diatur oleh Peraturan BAN-PT Nomor 1 Tahun 2020 yang menjelaskan akreditasi tidak lagi menggunakan nilai A, B, dan C. Melainkan diubah menjadi Unggul, Baik Sekali, Baik, dan Tidak Terakreditasi.

Proses akreditasi diurus dalam Instrumen Akreditasi Program Studi 4.0. Terdapat 9 kriteria untuk akreditasi program studi. Beberapa kriteria yang dimaksud meliputi sumber daya manusia dan juga visi, misi, dan strategi.

Beberapa persyaratan yang harus Fahutan ikuti hingga akhirnya program studi Kehutanan memperoleh akreditasi Unggul di Unmul. Mulai dari penilaian positif, data yang terukur untuk tata kelola, kerja sama, mempersiapkan sumber daya yang unggul, kemudian akreditas dosen tidak hanya lokal tapi secara nasional, serta kebijakan anggaran untuk sarana dan prasarana.

Dihubungi Sketsa pada (23/06) Dekan Fakultas Kehutanan Rudianto Amirta menyampaikan bahwa persyaratan yang diikuti umum seperti biasanya pada akreditasi program studi, hanya saja terdapat perubahan, yakni menggunakan pendekatan pengaturan terbaru. Rudi mengatakan, dalam hal kerja sama, pada dokumen yang dilaporkan terdapat lebih dari 70 kerja sama dalam 4 tahun terakhir, dalam kerja sama internasional terkhusus, yang mendapat penilaian positif. 

“Aktivitas kami dalam riset dan pengabdian, dari sisi jumlah kami juga bisa menampilkan luaran-luaran yang cukup besar, baik publikasi yang bersifat Nasional maupun Internasional."

"Kemudian peran dosen-dosen kami juga pernah mengajar di luar negeri, beberapa juga punya pengalaman sebagai pengajar, sebagai pembimbing perguruan tinggi ternama di luar. Hal-hal ini juga yang membuat pemeringkatan kami cukup terbantu dari simulasi di awal,” tambah Rudi melalui telepon kala itu. 

Rudi mengatakan secara umum seharusnya Kehutanan dari dulu sudah Unggul. Ini dilihat dari sisi guru besar, jumlah pengajar, kerja sama luar negeri, pengalaman, serta capaian-capaian yang berhasil diperoleh seperti sertifikasi ISO yang menunjukkan bahwa sebuah organisasi atau bisnis telah mendedikasikan sistem manajemennya berdasarkan kesadaran lingkungan.

“Setelah mendapatkan itu kemudian kami masuk ke unggul, karena sebelumnya layanannya sudah memperoleh sertifikat ISO, tidak menjadi suatu kesulitan buat kami untuk mendapatkan yang berikutnya."

Tak semulus yang terlihat, Rudi turut sampaikan berbagai kendala yang ia temui dalam proses panjang meraih akreditasi tersebut. Kendala yang utama adalah mengubah pola pikir dan budaya. Ini sebab banyak yang berpikir suatu pekerjaan tak perlu pakai rencana. Dalam mencapai prestasi itu, pihak Fahutan tentunya dituntut untuk mengerjakan banyak dokumen, serta keperluan seperti standar mutu.

Menurut Rudi capaian yang diperoleh saat ini cukup membantu setidaknya di lembaga institusi. Sebab akreditasi A yang saat ini dipegang Unmul bisa naik menjadi unggul tatkala dua program studinya terakreditasi unggul.

“Contoh akreditasi Unmul saat ini itu A ya. A itu bisa menjadi Unggul juga ketika ada dua program studinya Unggul. Ini kan baru satu program studi yang Unggul, jadi butuh satu program studi lagi agar Unmul yang terakreditasi A naik menjadi Unggul, jadi kami membantu lembaga di institusi.”

"Proses itu membutuhkan waktu dan percaya bahwa proses itu nggak akan pernah bohong dengan hasilnya, itu yang kami buktikan," pesan Rudi.

Kebahagiaan atas capaian Akreditasi Unggul ini juga turut dirasakan Ibrahim mahasiswa Kehutanan angkatan 2019. Diwawancarai Sketsa pada Jumat (24/6), Ia mengaku dirinya turut menjadi salah satu tim suksesor dalam Asesmen Daring Akreditasi Unggul Fahutan, sebab keterlibatan mahasiswa jadi salah satu poin penilaian yang berpengaruh.

“Tentu yang menjadi motivasi saya sebagai Tim Mahasiswa Asesmen Daring adalah Kualitas Prodi Kehutanan itu sendiri, dalam pandangan saya sudah sangat layak untuk mendapatkan akreditasi unggul, mulai dari sisi layanan, kemahasiswaan, perkuliahan hingga pada kompetensi SDM.”

Sebagai mahasiswa berprestasi Fahutan, Ibrahim berharap adanya peningkatan sumber daya manusia, terutama pada mahasiswa. Ia berharap fakultasnya tak berpuas diri dengan apa yang telah diperoleh untuk terus meningkatkan kualitas dari sisi mahasiswa hingga tenaga pengajar. 

Kini, diketahui Fahutan menjadikan capaian ini sebagai modal untuk pengembangan potensi akademik yang lebih besar di masa mendatang.(sya/lms/mar/nkh)