Cekcok yang Menandai Akhir Kegelapan di Gedung Student Center

Cekcok yang Menandai Akhir Kegelapan di Gedung Student Center

SKETSA - Kegelapan di kawasan kampus Gunung Kelua bukan sesuatu yang baru, ia sudah jadi lagu lama. Sejumlah titik gelap tersebar, salah satunya terjadi di Gedung Student Center (SC), tempat berpusatnya aktivitas lembaga maupun unit kegiatan mahasiswa (UKM). Penerangan pun menjadi hal yang urgent manakala kegiatan berlangsung di malam hari.

(Baca: http://sketsaunmul.co/berita-kampus/gunung-kelua-masih-dipenuhi-titik-gelap/baca)

Setelah lebih satu bulan lamanya mahasiswa berkegiatan bersama kegelapan, pada Senin, 20 Februari lalu lampu-lampu baru dipasang. Lalu pada malam harinya cahaya berpendar dan penerangan kembali baik. Sejumlah UKM yang beraktivitas pada malam hari pun kembali tersenyum.

Tarung Derajat sebagai UKM yang beraktivitas di malam hari memaparkan bahwa pasca penerangan di SC, sekretariat semakin ramai pengunjung oleh anggota. Pun dengan penerangan itu dirasa akan lebih meningkatkan keamanan.

"Emang seharusnya seperti ini dengan pencahayaan yang lengkap. Selain menghindari ‘kenakalan', kita selaku UKM di SC ya bisa menjalankan kegiatan dengan lancar," ungkap Teger Adiatha, ketua Tarung Derajat.

Sebelumnya, Teger sempat menanyakan kepada pihak perlengkapan rektorat perihal tak pernah nampaknya lampu yang terpasang di SC. Yang kemudian ditanggapi dengan pernyataan bahwa setiap lampu yang dipasang oleh rektorat, entah kenapa, selalu berakhir hilang dan tak diketahui siapa pelakunya.

Karena SC tanpa penerangan ini jadi perkara pula. Menurut Teger, keadaan ini berpengaruh terhadap minat anggota yang kian berkurang karena lokasi gedung yang gelap. Meskipun begitu, mereka tetap saja bisa melaksanakan latihan dengan membawa lampu milik pribadi.

"Sebelum dipasangi lampu di aula, kami sediakan lampu sendiri dan kami pasang pas waktu latihan, ya bongkar pasang gitu," ujar mahasiswa Pendidikan Matematika itu.

Usut punya usut, ada orang-orang berjasa di balik penerangan SC, salah satunya UKM Teater Yupa. Hadi Cahyo sebagai Humas mengatakan Yupa akan melaksanakan Festival Teater Mahasiswa Nasional (Festamasio) dan akan berangkat pada 27 Maret mendatang. Kegiatan itu menuntut Yupa untuk lebih sering latihan. Namun, apa daya saat pencahayaan yang harusnya menemani tiap latihan mereka di malam hari justru tak ada.

"Hari Rabu (15/2) lalu lampu di dalam mati, nah besoknya ke rektorat ke bagian rumah tangga nanyakan kenapa mati, terus disuruh hubungi Pak Syaiful (staf bagian rumah tangga rektorat)," katanya.

Setelah dihubungi, Syaiful mengatakan akan memperbaikinya esok hari. Tapi keesokan harinya itu tak langsung jadi, karena setelah ditunggu hingga sore lampu tak kunjung dipasang. Hadi akhirnya mencekcoki Syaiful yang hari itu sibuk dengan rapat dan ia anggap tak menepati janji.

"Nah saya desak supaya Sabtu langsung dibaikin malah saya kena marah, katanya jam libur kok malah disuruh baikin," ujar mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik itu.

Terhitung sejak Kamis hingga Senin latihan Yupa yang seharusnya maksimal dengan penerangan, ditambal cuma lewat penerangan seadanya. "Latihan tetap, tapi ya pakai lampu halogen dan sampai putus lampunya," imbuhnya.

Maksud hati ingin mendesak pihak rektorat agar memperbaiki lampu ruang tempat latihan Yupa saja, pada Senin (20/2) itu dilakukan perbaikan penerangan untuk sejumlah titik Gedung SC. "Itu enggak sengaja, kami minta baikin lampu dalam, tapi dikasih lampu luar juga. Alhamdulillah ya, kan," tukasnya.

Sekarang lampu di bagian depan Gedung SC mulai menyala dan terang. Meskipun begitu, pemasangan lampu ini tak seketika resmi membasmi kegelapan di SC—sebagai kasus gedung bagian belakang masih tampak gelap gulita. Terang sedikit ini memang patut disyukuri, tetapi Rektorat perlu tahu bahwa kegelapan itu masih ada. (snh/bru/wal)