Sumber Gambar: Istimewa
SKETSA – Publik sempat diramaikan dengan beredarnya video berisikan seorang pemuda yang diduga menjadi korban pemukulan oleh oknum Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Peristiwa tersebut terjadi saat acara pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional di Samarinda, yang dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Minggu (8/9) lalu.
Kepada Sketsa, Yulianus Agung, pemuda yang juga seorang mahasiswa di FH Unmul tersebut menceritakan pengalaman pahitnya saat itu. Dengan nada pilu, ia mengungkapkan bagaimana niatnya yang murni untuk berfoto bersama Presiden justru berujung pada tindakan pemukulan di luar dugaannya.
Agung bilang, ia menghadiri acara tersebut bersama dengan rekannya. Antusiasmenya pun tersulut sebab kehadiran Presiden Joko Widodo dalam acara tersebut, yang ia anggap sebagai suatu kesempatan yang tak boleh dilewatkannya.
"Saya hanya ingin mengabadikan momen bersejarah bersama Bapak Presiden," kata Agung saat ditemui langsung, Senin (23/9) lalu.
Saat itu, masyarakat memang tengah ramai berkerumun. Lalu, ia kemudian menerobos kerumunan masyarakat dari arah belakang.
“... jadi Paspampres di bagian depan itu kan malah membantu saya untuk ke sana gitu ke arah Presiden untuk foto-foto gitu kan, saliman.”
Agung lalu berhasil berswafoto dengan Presiden saat itu. Namun, setelah berhasil mendapatkan fotonya bersama presiden, ia kemudian ditarik dan dipukul sebanyak dua kali oleh oknum Paspampres tersebut.
Hematnya, setelah terkena pukulan pertama yang melayang di bagian dadanya itu, ia kemudian ditarik kembali oleh Paspampres yang sama.
“... saya ditarik ke belakang dan saya dieksekusi di situ, dia (Paspampres) ngeliat gak ada kamera, dan Pak Presiden gak ngeliat ke arah dia, dia hantam saya di situ. Kan saya bukan pelaku kejahatan, dan juga bukan koruptor, kriminal gitu, yang harus mendapatkan konsekuensi seperti itu.”
Ihwal pemukulan tersebut pun lantas viral di media sosial dan memicu beragam reaksi dari masyarakat. Banyak yang mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum Paspampres tersebut. Mereka menilai, tindakan itu tidak mencerminkan sikap seorang aparat keamanan negara yang seharusnya melindungi masyarakat.
Yang dilakukan Agung pasca kejadian
Esoknya tepat setelah video tersebut ramai, Agung mendapatkan telepon dari pihak yang mengaku sebagai Paspampres. Kata Agung, orang tersebut memintanya bertemu langsung, namun Agung saat itu masih belum siap untuk bertemu dengan siapapun terkait pembahasan pemukulan itu.
“Jadi ya, banyak sekali yang menelpon. Ya, yang menelpon ngajak ngopi, yang itu ya gak tahu juga mau diajak untuk ngopi beneran atau gak,” ungkapnya saat ditemui malam hari (23/9) lalu.
Menyoal kejadian ini, pihak Komando Distrik Militer (Kodim) Samarinda telah mengakui adanya kesalahan dan meminta maaf kepada Agung melalui saluran telepon. Agung pun menghargai usaha tersebut, setelah beberapa kali dirinya belum berani untuk menerima telepon dari pihak yang tidak dikenalnya.
Berbanding terbalik, Agung sangat menyayangkan respons dari pihak Istana serta Paspampres yang belum menunjukan iktikad baik secara langsung kepadanya.
“Cuma yang saya sangat sayangkan pihak Istana tidak mengakui (pemukulan) itu ya kan. Padahal memang betul terjadi pemukulan gitu, lo,” lanjutnya.
Adapun pasca komunikasi dengan Dandim Samarinda, Agung kemudian menandatangani sebuah klausul yang berisi bahwa pihak mereka akan bertanggung jawab atas kesehatan, serta kejadian yang menimpanya beberapa waktu lalu tersebut.
Ia juga menyebut bahwa akan ada press release yang dijanjikan. Namun, hingga saat wawancara bersama Sketsa saat itu, Agung mengungkap bahwa rilis tersebut tak juga kunjung terbit.
Agung berharap kasus ini dapat segera diselesaikan dan pihak yang bersangkutan mengakui kesalahannya.
“Intinya itu, Paspampres mengakui (kesalahannya) gitu kan, membuat press release, atau apalah sejenisnya buat mengakui dan minta maaf gitu. saya gak mau meneruskan ke proses yang lebih lanjut gitu kan, tindak lanjut proses hukum. Cukup permintaan maaf dan pengakuan bahwa mereka sudah memukul dan melanggar aturan tapi tidak ada respons baik.”
Respons Pihak Istana
Melansir dari liputan6.com Pihak Istana membantah soal adanya Paspampres memukul mahasiswa.
(Baca: Istana Bantah Paspampres Pukul Mahasiswa yang Terobos Pengamanan Jokowi)
"Kami telah koordinasi dengan teman-teman Paspampres bahwa tidak ada pemukulan oleh Paspampres," tutur Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana kepada wartawan, Selasa (10/9) lalu.
Yusuf menjelaskan, bahwa sistem pengamanan Presiden Jokowi melibatkan beberapa unsur. Di mana Paspampres bertugas di Ring 1, sementara penjagaan di Ring 2 dan 3 dilakukan oleh aparat TNI-Polri setempat.
Ia turut menuturkan, Paspampres dituntut waspada dan humanis saat bertugas menjaga Presiden Jokowi. Hal itu, hematnya, sesuai dengan permintaan Jokowi terhadap Paspampres.
"Kami mohon maaf kepada masyarakat atas kejadian tersebut, dan mengucapkan terima kasih dan sangat menghargai antusias masyarakat yang ingin menyambut Bapak Presiden. Hal ini akan menjadi pembelajaran dan evaluasi kami," jelas Yusuf. (emf/zwg/wan/tha/ali)