Sumber Gambar: Aisyah/Sketsa
SKETSA – Sempat tertunda, FIB akhirnya melaksanakan Pemira untuk periode 2022/2023. Setelah melangsungkan rapat dengan sejumlah dosen dan organisasi mahasiswa (Ormawa) pada 16 Februari lalu, Pemira yang direncanakan akan dilangsungkan secara daring, akhirnya dapat dilaksanakan secara luring. Berbagai persiapan dan tata cara pelaksanaan sudah disiapkan oleh kepanitian yang bertugas. (baca: https://www.sketsaunmul.co/berita-kampus/meski-sempat-lakukan-sistem-tunjuk-fib-siap-adakan-pemira-2022/baca)
Binti Nurkhasanah mahasiswi prodi Sastra Indonesia, ketika Sketsa temui secara langsung pada Rabu (13/4). Ia menyampaikan antusias teman-temannya terkait pelaksanaan Pemira di FIB tahun ini. Hal ini terlihat dari dukungan dan keikutsertaan teman-temannya dalam menyukseskan agenda tersebut.
"Sejauh yang saya tahu, Pemira FIB ini sudah lama tidak berjalan, dan yang saya ketahui terakhir kali dipimpin oleh periode 2020," ungkapnya.
Esterlina, mahasiswi Sastra Inggris 2021 mengaku civitas academica menyambut positif Pemira tahun ini, meski dirinya belum melihat secara penuh bagaimana euforia Pemira FIB. Di sisi lain, ia baru mengetahui dinamika demokrasi di kampusnya itu.
“Setelah membaca salah satu artikel dari Sketsa Unmul, dari situ saya baru tahu akan adanya permasalahan tersebut di waktu yang lalu. Saya kurang bisa memberi tanggapan yang objektif karena belum terlalu melihat reaksi warga FIB secara luas akan Pemira ini.”
Berseberangan, Andi Aisyah Mahasiswi Sastra Inggris 2021, menyatakan tak semua pihak memiliki antusias menyambut Pemira kali ini.
”Enggak semua warga FIB antusias, kebanyakan malah ketika dimintai bukti registrasi atau KTM ada yang ogah-ogahan. Kayak mikir, ini buat apa?," ungkapnya ketika diwawancarai Sketsa pada Rabu (13/4) lalu.
Pemira akhirnya dilaksanakan pada Senin (18/4) dengan calon tunggal yang lolos verifikasi berkas. Ditemui Sketsa pada (18/4) Rensiana Yudista Ketua Komisi Penyelenggaraan Pemilihan Raya (KPPR) menjelaskan sebelum berakhir dengan calon tunggal, terdapat tiga calon yang mengajukan diri dalam kontestasi Pemira kali ini.
“Terkait itu banyak faktor yang menyebabkan kegagalan dari Paslon sendiri, seperti berkas-berkasnya tidak lengkap pada saat sidang verifikasi kemarin. Jadi, kami dari panitia menyesuaikan dengan ADRT," jelas Rensi.
Lebih lanjut, Rensi menjelaskan sidang verifikasi diadakan dua kali, yaitu pada Rabu hingga Kamis tanggal 13 dan 14 April 2022. Dengan persetujuan presidium, tim panitia memberikan kelonggaran waktu kepada tiga Paslon untuk melengkapi kembali berkas-berkasnya.
“Karena batas waktu yang diberikan itu hanya sampai jam 09.00 sudah terkumpul, dan jam 10.00 dilaksanakannya sidang verifikasi, maka hasilnya calon tunggal, yaitu satu Paslon,” imbuhnya.
Roda Kepemimpinan FIB
Lova Daniel, Presiden BEM FIB 2020, menyampaikan terkait roda kepemimpinan BEM di fakultasnya tersebut. Ada berbagai faktor yang menyebabkan Pemira tidak berjalan pada 2021.
“Tahun lalu itu kita aklamasi karena ada satu lain hal permasalahan, tidak ada calon yang mendaftar, dua sampai tiga kali diperpanjang masa Pemira di tahun 2021 itu, yang seharusnya saya demis,” ucap Lova saat diwawancarai Sketsa Selasa (19/4).
Saat Presiden BEM FIB 2020 demisioner, terdapat kekosongan di BEM FIB dan kongres tetap dilaksanakan. Keluarga Mahasiswa (KM) FIB sepakat tugas BEM dilimpahkan kepada tiga himpunan mahasiswa (Hima), yaitu Sastra Inggris, Sastra Indonesia, dan Etnomusikologi.
Diakui olehnya, FIB masih kurang peminat dalam menyuarakan demokrasi. “Mungkin terpengaruh dari kultur dan demokrasi dari sejarah-sejarah tahun lalu dan sampai berdirinya KM FIB. Karena sebagian besar sejarah di FIB banyak yang aklamasi, dan puncaknya di tahun 2020 ada dua calon, lalu semakin merosot dan terjadi lagi di tahun ini.”
Adanya campur tangan pendidik dalam penyelenggaraan Pemira 2022, dinilai Lova sebagai hal yang sangat disayangkan. Pasalnya baru saat ini, baik birokrat maupun dosen, ikut dalam penyelenggaraan Pemira.
“Sebenarnya kita tahu untuk penyelenggaraan Pemira, tidak ada campur tangan seharusnya dari birokrat maupun dari dosen. Namun, di tahun ini ada terjadi intervensi dan ada campur tangan pendidik dan birokrat akademik. Harusnya KM FIB itu dengan tegas menolak intervensi bahkan campur tangan dari dosen dan birokrat. Kalau sepengetahuan saya sih seperti itu, karena kan ini demokrasi KM FIB.” tutupnya. (sya/tha/afr/mar/wuu/nkh)