Aroma Plagiasi dan Permohonan Maaf BEM FIB

Aroma Plagiasi dan Permohonan Maaf BEM FIB

SKETSA – Budaya meniru bahkan hingga berujung dengan plagiarisme masih dengan mudah ditemukan, bahkan terkadang terkesan disepelekan. Fenomena ini dapat terjadi di mana saja, tak terkecuali di lingkup akademisi. Setelah sebelumnya Unmul sempat dibuat heboh dengan kasus dugaan plagiat yang dilakukan oleh dosen FISIP (https://sketsaunmul.co/berita-kampus/dekan-fisip-diduga-plagiat-skripsi-mahasiswa-mpm-fisip-ini-memalukan/baca), baru-baru ini di kampus Fakultas Ilmu Budaya (FIB) terkuak bentuk plagiat lainnya. Aroma dugaan pelanggaran ini ini tercium saat mahasiswa FIB menyadari BEM FIB tak mencantumkan sumber tulisan yang merupakan saduran dari internet dalam unggahannya di media sosial.

Sama seperti organisasi pada umumnya yang turut memperingati hari besar dengan mengunggah ucapan di media sosial, BEM FIB juga turut melakukan hal yang sama. Namun di salah satu postingannya, tepatnya saat mengucapkan Hari Pahlawan 10 November lalu, terdapat komentar yang menilai adanya kesamaan tulisan dalam caption tersebut dengan tulisan yang beredar bebas di internet.

“Paragraf pembuka luar biasa sekali sampai-sampai lupa bahwa yang ditulis bersumber dari Wikipedia. Jika begini, pantas disebut melakukan PLAGIASI/PLAGIAT,” tulis akun panji.aswan.

Tak hanya memberikan komentar di media sosial, mahasiswa FIB lainnya menuliskan esai dengan memberikan bukti berupa tangkapan layar hingga surat terbuka yang disebarluaskan pada 29 November sebagai bentuk keseriusan dalam menanggapi dugaan plagiat ini. Surat terbuka atas nama Irwan Syamsir tersebut menuliskan detail kronologi penemuannya terkait tindakan plagiat yang dilakukan oleh pihak BEM FIB.

Irwan yang selalu mengikuti update BEM FIB Unmul mulanya hanya merasa janggal dengan bahasa yang digunakan dalam tiap postingan ucapan hari besar dari BEM FIB. Hingga akhirnya ia mencoba untuk mengeceknya sesaat diunggahnya ucapan untuk Hari Pahlawan, dan ternyata dugaannya memang benar. Kalimat yang digunakan dalam caption tersebut dicatut dari internet tanpa mencantumkan sumber. Irwan sempat menghubungi pihak BEM terkait penemuannya tersebut. Tak lama, tulisan tersebut telah diubah dengan menambahkan sumber.

“Saya kontak anak BEM FIB secara personal, untuk sampaikan ke yang bagian yang mengurus ini kalau ini plagiat,” tulisnya melalui pesan WhatsApp.

Kecurigaan Irwan tak cukup sampai di situ, ia mengecek postingan lainnya. Dan ternyata benar, ada banyak postingan ucapan hari besar tak menuliskan sumber tulisan yang dicatut. Namun saat itu menurutnya masalah sudah selesai karena setelah ia menghubungi pihak BEM FIB, postingan tersebut itu telah mencantumkan sumber. Meski dalam surat terbuka tersebut Irwan mengatakan ada ketidaksesuaian antara tulisan dengan alamat sumber.

Tetapi, dalam kurun waktu singkat, hal yang sama kembali terulang. Dalam ucapan Hari Guru 25 November lalu, BEM FIB kembali memposting tulisan dari laman internet tanpa mencantumkan sumbernya. Melihat hal ini, Irwan dengan beberapa rekan lainnya geram dan memutuskan untuk membuat dan menyebarkan surat terbuka.

Menurt Irwan kejadian ini berdampak pula terhadap fakultasnya. “Citra FIB sebagai kampus anti plagiat harus dibersihkan oleh yang mencorengnya sendiri biar jadi pembelajaran bagi yang lain dan tidak melakukan hal yang sama. Apalagi menyepelekan kasus seperti ini,” katanya.

Menanggapi ini, pihak BEM FIB Unmul akhirnya mengambil sikap dengan merilis surat permohonan maaf atas tindakan yang diakui sebagai bentuk plagiasi pada tanggal 6 Desember lalu. Dalam surat tersebut, tertulis permohonan maaf dan pengakuan kelalaian dalam mengutip kalimat yang dijadikan caption dalam postingan tanpa mencantumkan sumber.

Irwan menilai surat permohonan maaf yang dikeluarkan FIB ini terlambat dan harusnya sebagai lembaga besar, mestinya BEM FIB belajar dari kecolongan pertama. Namun bagaimana pun, Irwan mengapresiasi surat permohonan maaf tersebut karena itu adalah tindakan yang gentle dan bijak.

“Setidaknya dari BEM FIB akan menjadi contoh untuk semua agar lebih berhati-hati, jujur dan bijak,” ujarnya.

Diwawancarai secara terpisah, Mardiana selaku Kepala Biro Media Informatif (Medifo) memberikan keterangan. Ia mengakui jika ini adalah kelalaian pihaknya dengan tidak mencantumkan sumber. Diketahui dari 325 postingan, 30 diantaranya tidak tercantum sumber tulisan.

Postingan untuk memperingati hari bersejarah ini merupakan bagian dari kegiatan program kerja Social Media Working dari Biro Medifo BEM FIB. Postingan-postingan sebagai bentuk apresiasi yang di share melalui halaman media sosial.

“Dan untuk caption di postingan-postingan tersebut biasanya kami mencantumkan sejarah kenapa hari-hari besar itu ada sampai sekarang. Tentu tidak semua sejarahnya kami ketahui makanya kami searching di internet,” tulis Mardiana saat diwawancarai via LINE.

Pihaknya diketahui sudah meminta maaf secara terbuka ke seluruh civitas akademika dalam bentuk surat permintaan maaf yang disebarkan. Sejauh ini dikatakannya seluruh postingan di Instagram telah mencantumkan sumber, disusul di media sosial lainnya, yakni LINE dan Facebook.

“Untuk ke depannya kami berkomitmen untuk tidak mengulang kesalahan yang sama,” ujar mahasiswi angkatan 2015 ini. (asr/ajy/adl)