ALSA Unmul Sukses Gelar Konferensi Nasional, Puluhan Mahasiswa Hukum Bahas Perubahan Iklim dan Deforestasi
Krisis iklim dibahas serius oleh generasi hukum muda dalam konferensi berskala nasional
- 06 Aug 2025
- Komentar
- 390 Kali

Sumber Gambar: ALSA Unmul
SKETSA – Asian Law Students’ Association (ALSA) FK Unmul sukses menggelar ALSA National Conference (ANC) Tahun 2025 di Kota Samarinda. Acara ini mempertemukan puluhan mahasiswa Hukum dari berbagai daerah di Indonesia untuk membahas isu paling mendesak saat ini.
Mengusung tema “Social & Legal Transformation in National Climate Change & Deforestation”, konferensi ini menyoroti urgensi peran hukum dalam menjawab tantangan lingkungan. Pemilihan tema ini bukan tanpa alasan. Sebab, Samarinda sebagai kota yang berada di Kalimantan Timur, merasakan langsung dampak perubahan iklim seperti banjir, perubahan pola cuaca, hingga kerusakan ekosistem hutan.
“Kami memang fokus pada isu yang sedang hangat, terutama di Samarinda sendiri perubahan iklim cukup terasa. Kami mengangkat tema ini juga berdasarkan hasil diskusi dengan akademisi dan dosen-dosen kami di FH Unmul,” ujar Muhammad Alparezi, Project Officer ANC 2025.
Partisipasi dari Berbagai Daerah di Indonesia
Konferensi ini dihadiri oleh 98 delegasi dari 15 universitas yang tersebar di 8 provinsi. Kehadiran mereka menunjukkan tingginya kepedulian mahasiswa hukum terhadap isu lingkungan.
“Kepanitiaan ini berasal dari ALSA Local Chapter (LC) Unmul yang berjumlah sekitar 100-an orang karena proyeksi delegasi atau peserta berjumlah 225 delegasi,” ungkap Alparezi.
Selain delegasi nasional, konferensi ini juga dihadiri oleh perwakilan International Board ALSA, yakni Daniela dari Universitas Sam Ratulangi, yang ikut memberikan perspektif global terkait isu lingkungan.
Rangkaian Kegiatan dan Output Nyata
ANC 2025 tidak hanya sebatas forum diskusi. Sejak hari pertama, para peserta mengikuti seminar hukum lingkungan yang menghadirkan dosen-dosen FH Unmul sebagai pembicara. Hari kedua menjadi inti dari kegiatan dengan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD).
Dalam FGD, para delegasi dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diberikan kasus nyata untuk dianalisis. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan bersama, memunculkan berbagai sudut pandang dan solusi hukum terkait perubahan iklim dan kehutanan.
“Pada kegiatan hari kedua berupa Focus Group Discussion (FGD) yang memiliki output berupa jurnal. Dalam prosesnya, kami juga sudah berkoordinasi dengan Tim Editorial ALSA untuk publikasi jurnal,” jelas Alparezi.
Jurnal yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi referensi akademik sekaligus kontribusi nyata mahasiswa Hukum dalam memperkaya literatur Hukum Lingkungan di Indonesia.
Suara Delegasi: Seru, Insightful, dan Menantang
Salah satu peserta, Arnagya Akmaludin Aqsha, yang juga selaku Director ALSA LC Unpad mengaku mendapatkan banyak manfaat dari konferensi ini. Menurutnya, kegiatan ini sangat seru dan insightful. Karena setiap peserta dapat melihat diversitas dari banyaknya pandangan-pandangan oleh mahasiswa Hukum se-Indonesia terkait isu yang sedang diperbincangkan.
“Saya sendiri mendapatkan topik terkait bagaimana kita menganalisis keadaan di mana program atau kebijakan pemerintah itu harus berorientasi pada keadilan iklim dan bagaimana aturan-aturan hukum di Indonesia. Apakah sudah tepat dengan berbasis keadilan iklim? Karena melihat implementasinya, masih terdapat beberapa undang-undang yang tumpang tindih sehingga perlu dibahas dan dikaji lagi terkait hal tersebut,” tuturnya.
Ia pun mengapresiasi keberhasilan ALSA LC Unmul dalam menggelar ANC 2025 yang dinilai berjalan lancar dan memberikan standar tinggi bagi penyelenggaraan di tahun berikutnya.
Didukung oleh Pemprov Kaltim
Kesuksesan ANC 2025 tak lepas dari dukungan berbagai pihak, salah satunya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur yang menjadi sponsor utama kegiatan. Bentuk dukungan ini menjadi wujud nyata komitmen Pemprov Kaltim dalam mendorong peran generasi muda untuk terlibat aktif dalam isu lingkungan dan perubahan iklim.
Dukungan Pemprov Kaltim juga mempermudah tim penyelenggara dalam mempersiapkan rangkaian acara sejak enam bulan sebelumnya.
“Dalam tiga bulan terakhir, kegiatan ini sudah mulai digempur. Tetapi, kami sudah mempersiapkan sejak enam bulan sebelumnya untuk persiapan terutama terkait pendanaan dan segala macam,” pungkas Alparezi.
ANC 2025 di Samarinda diharapkan dapat menjadi pemantik kesadaran kolektif di kalangan mahasiswa Hukum untuk mengambil peran aktif dalam merespons perubahan iklim. (xel/dan)