Tepis Calon Boneka, Norman: Saya Kecewa!
Sumber ilustrasi: merdeka.com
SKETSA – Isu calon boneka, seolah senantiasa menghiasi gelaran Pemira Unmul sejak beberapa tahun belakangan. Tahun ini, isu tersebut kembali mencuat. Kali ini tuduhan tersebut menjurus ke pasangan Norman Iswahyudi-Bhakti Zuar. Mereka disebut-sebut sejumlah pihak sebagai pasangan yang dirancang sebagai calon boneka demi memuluskan Pemira 2016. Bagi sejumlah pihak, Norman-Bhakti hanyalah calon bayangan agar pasangan utama, Endra-Dicky memiliki petarung dan sukses memenangkan Pemira secara mutlak.
Tak sampai di situ, Norman-Bhakti pun diisukan sebagai pasangan boneka demi tetap menjaga langgengnya tampuk kekuasaan yang sejauh ini digenggam oleh kelompok tertentu. Menanggapi itu, Norman yang ditemui Sketsa hari ini (5/10), berang.
Tak terima dikatakan boneka, Norman mengurai penjelasan dan sudut pandangnya perihal isu tak mengenakkan yang menimpa dirinya itu. Kecewa, Norman juga membantah adanya dugaan terkait rancangan kepentingan golongan khusus yang menumpang dalam pencalonannya. Sebagaimana diketahui, Norman dan Endra sama-sama kader organisasi eksternal kampus: Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
“Fenomena ini selalu hadir. Tidak hanya di kampus, tapi juga di kancah perpolitikan yang lebih luas. Itu terjadi karena beberapa pihak melihat salah satu calon tidak kompeten, tidak pantas mencalonkan, dan alasan lainnya. Saya sangat kecewa dianggap seperti itu. Saya memang diusung dari KAMMI. Sekali pun saya dan Endra sama-sama kader KAMMI, kami berasal dari regional berbeda. Saya KAMMI Komsat Unmul, sedangkan Endra di KAMMI Kaltim,” papar Norman.
Lebih lanjut, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) itu mempertanyakan ihwal dirinya bersama Bhakti diisukan demikian. Norman menegaskan, dirinya maju secara resmi diusung oleh KAMMI Unmul setelah melalui serangkaian musyawarah. Prosesnya pun tidak singkat, tim pemilih memastikan kader yang diusung merupakan sosok terbaik. Meski mengaku syok, dia mengaku tak ingin ambil pusing dan memilih fokus memenangkan Pemira.
“Saya sudah minta izin dengan kedua orangtua saya untuk maju menjadi Presiden BEM KM Unmul 2016. Alhamdulillah saya diizinkan karena mereka percaya. Atas dasar itu, saya jadi lebih berani,” tukasnya.
Perihal kondisi perpolitikan di kampus, mahasiswa angkatan 2013 itu mengaku prihatin. Dia mengungkapkan kekecewaannya harus bertaruh melawan senior sendiri dari FEB. Kontribusi organisasi dalam pemilihan presiden dan wakil presiden BEM KM Unmul menurutnya patut dipertanyakan.
“Kenapa hanya KAMMI saja yang mengusung. Mana organisasi lain yang mengaku punya pengalaman dan pergerakan basis massa yang kuat. Mestinya kita bersama-sama berkontribusi untuk universitas. Jangan kalah sebelum bertanding,” pungkasnya. (aml/im)