Berita Kampus

Ramai Aklamasi, Demokrasi Masih Tetap Berjalan di FKM

Meski ada beberapa fakultas yang pemiranya berakhir dengan aklamasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat kemarin sukses melangsungkan pemira dengan demokrasi. (Sumber foto: instagram.com/dpmfkm_unmul)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Pada Minggu (9/10) lalu, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) mengumumkan pasangan calon yang berhasil maju sebagai calon presiden dan wakil presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKM.

Terpilihlah dua pasangan calon yang bakal maju di Pemira. Nomor urut pertama, Nurul Rohimah (Kesmas 2013) dan pasangannya Sekar Pratiwi (Kesmas 2014). Nomor urut kedua Muhammad Miftahul Mubarok (Kesmas 2014) didampingi Faradillah Rahmatul Umah (Kesmas 2014).

Dua minggu kemudian, DPM FKM mengumumkan hasil pemira pada Minggu (23/10) yang dimenangkan oleh pasangan Muhammad Miftahul Mubarok dan Faradillah Rahmatul Umah. Mereka memperoleh suara sebanyak 270. Sementara lawan mereka, mendapatkan hasil suara sebanyak 193.

Selanjutnya pada Minggu (13/11) kemarin, pasangan terpilih resmi dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden BEM FKM. Dengan mengusung visi, merajut asa dari FKM Unmul untuk Indonesia.

Adapun, misi yang mereka usung adalah aktif meningkatkan citra FKM melalui peran mahasiswa di bidang keilmuan, kajian, dan pengabdian. Semangat dan kritis terhadap isu advokasi yang proaktif, kreatif, dan komperehensif. Serta mengangkat solidaritas dalam kekeluargaan untuk menciptakan sumber daya mahasiswa FKM yang unggul dan profesional.

Kepada Sketsa, Mifta, begitu sapaan akrabnya mengutarakan harapannya untuk kemajuan FKM ke depan. Mifta berharap pemira FKM bisa lebih meningkatkan animo demokrasi karena masih banyak mahasiswa FKM yang antipati terhadap demokrasi kampus.

Mifta juga memberikan tanggapannya terkait pemira BEM fakultas lain yang berakhir dengan aklamasi. Menurutnya, iklim demokrasi di Unmul belum merata dengan baik dibuktikan masih ada fakultas yang pemiranya hanya diikuti oleh satu pasangan calon saja. Hal ini memang belum menjadi patokan demokrasi yang mundur, namun dapat menjadi awal di mana nanti kehidupan demokrasi kampus akan menurun.

“Ini menjadi peringatan besar untuk seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa Unmul kompetisi dalam politik kampus harus dipupuk karena ini akan menjadi sebuah pembelajaran besar untuk step kehidupan di luar kampus nantinya. Sehingga aklamasi seperti ini semoga di tahun depan tidak terjadi lagi karena kita butuh sebuah pesta demokrasi demi mengamalkan pancasila dan UUD 1945,” ucapnya.

Sementara menurut pendapat pasangannya, Faradillah Rahmatul Umah, setiap orang berhak untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin di tiap institusi. Dirinya menyayangkan aklamasi yang terjadi.

“Itu berarti mahasiswanya kurang memiliki keinginan untuk membangun institusinya sendiri. Kalau ngomongin aklamasi, saya langsung teringat dengan perkataan Walikota Bandung, Bapak Ridwan Kamil, Indonesia perlu pemuda pencari solusi bukan pencaci maki. Jadi saran saya ubahlah dengan gerakan dan solusi bukan dengan kritis dan caci maki,” ungkap gadis yang akrab disapa Umah itu.

Miftah ingin ke depannya bersama-sama beserta segenap elemen yang ada di FKM dapat mewujudkan citra dan performa FKM Unmul di tingkat universitas maupun nasional.

“Dan bagi setiap pasangan calon yang akan berlaga di tahun depan, pesan saya cuma satu: jujur dan benar. Jangan membuat hal-hal yang saling menjatuhkan, tapi buatlah suatu hal yang saling menguatkan,” pungkasnya. (els/wal)



Kolom Komentar

Share this article