Pertamina Persilakan Mahasiswa Lakukan Aksi, Namun Menyayangkan Saat Aksinya di TBBM
Didi Andrian Indra Kusuma, staf bagian Communication and Relation (Comrel) Pertamina. (Sumber: Istimewa)
- 26 Apr 2018
- Komentar
- 2107 Kali
SKETSA – Rizaldo mengkau sempat dihubungi oleh Alicia Irzanova, Head Section Communication and Relation (Comrel) agar mahasiswa tidak melakukan aksi demonstrasi terkait kenaikan harga BBM. Telepon itu diakui oleh Didi Andrian Indra Kusuma, staf bagian Comrel.
Didi tidak bisa memberi jawaban gamblang mengenai hal itu karena memang bukan ia yang menelepon. Namun bagi Didi, harus ada perspektif yang disamakan terlebih dahulu oleh kedua pihak.
“Jadi perspektifnya harus dibenahi dulu. Harus disamakan antara batasan larangannya pihak Rizaldo dengan batasan larangan pihak kami (Pertamina),” katanya.
Lebih lanjut, Didi mengatakan Pertamina tidak melarang adanya aksi massa yang dilakukan mahasiswa, termasuk yang dilakukan oleh Aliansi Garuda Mulawarman. Ia menganggap mahasiswa memang punya andil dalam menyampaikan aspirasi yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
Meski tak melarang aksi, Didi tetap mengomentari aksi massa kedua tanggal 4 April lalu yang dilakukan Aliansi Garuda Mulawarman di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Samarinda di Jalan Cendana. Ia agak menyayangkan aksi tersebut karena tidak memikirkan hal-hal yang lebih besar seperti keamanan dari aktivitas di TBBM.
“Kami agak menyayangkan bahwa aksi yang digelar kemarin agak memblokade, kemudian juga ada aksi bakar-bakaran di depan (TBBM). Daerah tersebut rawan bencana, apalagi kebakaran. Karena ada aksi bakar-bakaran tersebut bisa saja ada mata-mata api mental ke tangki, dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi,” katanya.
Selengkapnya: https://sketsaunmul.co/berita-kampus/pertemuan-dengan-pertamina-rizaldo-menggantung-pgtc-dan-tekad-menjalankan-aksi/baca
Kala Pertamina Bertemu Dua Eksekutif Mahasiswa
Ketika ditanya perihal pertemuan Pertamina dengan Pije dan dua stafnya di D’Orange Café, Didi mengungkapkan bahwa pihaknya tidak membuat janji secara khusus dengan Pije. Melainkan Pertamina memiliki janji temu dengan panitia Eco Summit guna membahas sponsorship. Didi mengatakan pertemuan dengan BEM FEB sebagian besar berkutat di pembahasan Eco Summit.
“Saat itu kami mengajak Yasmin (nama samaran) bertemu guna membahas lebih lanjut mengenai event-event-nya yang cukup sesuai dengan program Pertamina. Kami tidak menyangka bahwa ada gubernur BEM FEB saat itu. Berhubung sudah ada (Pije), maka kami ajak pula (berdiskusi),” terangnya.
Pasca bertemu Pije, esok harinya pihaknya bertemu dengan Rizaldo dan dua rekannya. Pertemuan dilakukan di El Barilto Resto and Café. Pertemuan itu ditujukan untuk Pertamina Goes to Campus (PGTC). Ketika PGTC rampung dibahas, obrolan ternyata melebar ke pembahasan terkait BBM.
“Ketika diskusi (PGTC) selesai, kami masuk ke diskusi yang lebih serius. Rizaldo membawa tema diskusi tentang harga Pertalite yang naik,” jelasnya.
Pertamina Tak Pedulikan Indikasi “Politik Dua Kaki” Pije
Selain menanggapi terkait Stadium General & Field Trip (SGFT) yang diajukan BEM FEB, Pertamina pun menanyai bahasan lain yang ingin didiskusikan. Saat itulah bahasan mengenai peluang memberi bantuan terkait Eco Summit muncul.
“Sebenarnya kami hanya membahas itu saja (SGFT). Tapi gubernur BEM FEB Unmul membuka peluang ketika kami tanya mengenai apa yang dibutuhkan. Karena surat yang diajukan hanya terkait dengan SGFT,” ujarnya.
Didi tak tertarik menanggapi sikap Pije yang terkesan melakukan ‘politik dua kaki’. Di satu sisi melakukan aksi menuntut terkait BBM, namun di satu sisi lain juga meminta bantuan untuk SGFT dan Eco Summit.
“Niat kami murni untuk mendukung gerakan mahasiswa. Jadi kami melihat event yang digelar (Eco Summit) memiliki tujuan yang jelas dan programnya pas dengan kami. Jadi kami tidak memandang Pije sebagai Gubernur BEM FEB Unmul lagi, namun kami memandang event ini sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kegiatan kita,” pungkasnya. (len/dan/erp/nhh/sut/alm/wal)