Langkah Baru FIB Dalam Menyikapi Sistem PKL
Langkah FIB dalam memberlakukan PKL.
Sumber Gambar: Istimewa
SKETSA – Salah satu program pembelajaran bagi mahasiswa adalah Praktik Kerja Lapangan (PKL), yang umumnya dilakukan bagi mahasiswa yang telah menempuh semester ketujuh pada perkuliahan. PKL merupakan salah satu metode bagi mahasiswa untuk mendalami materi-materi yang telah diajarkan serta menerapkannya pada lingkungan sosial. Selama melakukan kegiatan PKL, mahasiswa akan mampu melatih diri ke tahap dunia kerja.
Sejak 2018 lalu, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) memberikan dua pilihan praktik tersebut kepada mahasiswanya, yakni PKL Instansi dan yang terbaru ialah PKL Pengkaryaan. Berbeda dengan praktik lapangan pada umumnya, PKL Pengkaryaan justru mewajibkan mahasiswanya untuk membuat suatu karya sesuai dengan minatnya.
Mahasiswa diharuskan mampu membuat karya berupa antologi cerpen, antologi puisi, hingga film dokumenter. Bagi mahasiswa sastra di FIB, PKL Pengkaryaan jauh lebih efektif dibandingkan praktik langsung ke instansi-instansi.
Pada Rabu (05/2), Dahri Dahlan selaku Ketua Program Studi (Kaprodi) Sastra Indonesia mengumumkan bahwa sejak tahun ini, mahasiswa hanya akan melakukan PKL Pengkaryaan.
Saat ditemui pada Senin (10/02) kemarin, Dahri memaparkan bahwa PKL Instansi dinilai kurang efektif untuk mahasiswa.
“Makanya sekarang kita usahakan pengkaryaan, bukan lagi instansi. Karena dulu kan ke instansi mana gitu, kurang efektiflah. Itu juga menanggapi keluhan dari mahasiswa juga,” paparnya.
Meski demikian, pada tahun 2019 tetap ada mahasiswa yang juga memilih PKL ke instansi, yakni angkatan 2015 dan 2016. Mahasiswa FIB yang memilih melaksanakan PKL ke instansi akan diarahkan ke lembaga-lembaga yang telah bekerja sama dengan fakultas seperti Balai Pelestari Cagar Budaya, Kantor Bahasa, dan Taman Budaya.
Berangkat dari berbagai pertimbangan serta evaluasi, maka FIB berencana akan fokus pada pengkaryaan sebagai pengganti PKL. Seperti pada kurikulum, maka pengkaryaan akan diterapkan mulai dari angkatan 2017 hingga angkatan seterusnya. Pihak kampus berencana akan melakukan sosialisasi kepada mahasiswa yang akan melakukan kegiatan pengkaryaan sebagai bentuk pembekalan.
Pengkaryaan sendiri nantinya akan dilakukan selama dua bulan secara berkelompok. Terdiri dari delapan hingga sembilan mahasiswa dalam satu kelompok dan berdasarkan bimbingan dosen selama pengerjaannya.
Karya yang telah selesai dikerjakan, selanjutnya akan sampai pada proses pemaparan yang disebut launching. Pada pemaparan tersebut, mahasiswa dianjurkan menjelaskan dan menceritakan proses kreatifnya selama membuat karya.
Hasil karya yang berhasil diterbitkan oleh mahasiswa akan disimpan sebagai arsip serta menjadi dokumen yang dapat membantu fakultas dalam proses akreditasi.
“Betul-betul diterbitkan, jadi kita dapat poin-poin pada saat akreditasi,” pungkasnya. (vny/arr/nhh/len)