Doa yang Pernah Dituang
Aku kembali ke sunyi, dengan tubuh yang tetap penuh arti

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
Ada yang tak kembali
sejak malam itu ditinggalkan begitu saja,
dalam gelas bening yang setia menampung
sisa hangat dari yang tak dihabiskan.
Aku, mungkin, hanya satu teguk
yang tak sempat kau jaga
ketika tanganmu mulai gemetar
oleh hal-hal yang lebih layak digenggam.
Tapi pernah aku mendekat ke batasmu,
seperti anggur yang tidak disucikan
namun tetap turut dalam nyala,
meski tidak diteguk
meski tidak dicatat
meski hanya jadi diam di pinggir harimu.
Ada sunyi yang kau pilih
dan aku tak bertanya apa-apa—
karena aku tahu,
hal pertama yang ditinggalkan
adalah yang paling mudah dimengerti
sebagai bukan keperluan.
Namun di ruang itu,
aku masih menata meja
dengan segala yang tak kau butuhkan,
seperti suster-suster senja
yang membereskan kapel
meski tak ada misa sore hari.
Aku tidak kecewa.
Aku hanya tahu diriku cukup ringan
untuk tidak mengganggu yang berat.
Dan seperti air suci
yang tak sempat disentuh jemari,
aku kembali ke sunyi
dengan tubuh yang tetap penuh arti
meski tidak dijamah.
Puisi ini ditulis oleh Davynalia Pratiwi Putri, mahasiswi Program Studi Sastra Indonesia, FIB Unmul 2021