Berita Kampus

Bagaimana Unmul Menunaikan Hak Disabilitas

Ilustrasi (Sumber: lensabanyuwangi.com)

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA – Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesbilitas pada bangunan gedung dan lingkungan, setiap bangunan dan gedung diharuskan memiliki fasilitas yang memadai bagi penyandang disabilitas dan lansia. Unmul, sebagai salah satu instansi pendidikan tak luput dari kewajiban untuk menerapkan peraturan ini.

Di lingkungan Unmul sendiri sudah ada beberapa gedung yang menerapkan fasilitas yang memudahkan para difabel untuk beraktivitas. Salah satunya Perpustakaan Unmul yang menyediakan jalan landai bagi pengguna kursi roda dan menyediakan ruang baca khusus difabel yang berada di lantai 1.

Supadi, Kepala Perpustakaan Unmul menjelaskan ruang khusus difabel dibentuk sejak tahun 2015. Menyusul setelah dikeluarkannya Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nomor 46 tahun 2014 untuk melakukan pendidikan, pelajaran, dan pelayanan khusus.

Menurut Supadi ada atau tidaknya peraturan tersebut, fasilitas khusus untuk difabel akan tetap dibangun karena ia melihat ini sebagai sebuah kebutuhan.

Sejak berdiri 3 tahun lalu, ruangan difabel kini telah mengalami perubahan. Ruang khusus yang berukuran 3x4 meter tersebut kini telah dilengkapi sofa, ac, dan komputer yang terhubung dengan internet. Penambahan korden berwarna krem membuat ruang ini lebih nyaman dari sebelumnya.

Supadi menjelaskan bahwa buku-buku yang tersedia di ruang khusus masih tergolong umum. Kalaupun buku yang diinginkan tidak terdapat pada rak, pengunjung disabilitas dapat memberitahu petugas untuk membantu mencarikan di tempat lain.

“Untuk sementara hanya bisa menyediakan buku dan komputer untuk menelusur. Kami juga ingin mendata terlebih dahulu ada berapa mahasiswa yang menyandang disabilitas. Apakah sudah perlu adanya koleksi-koleksi seperti braille, untuk sekarang belum ada. Harganya mahal kan itu, kalau enggak ada mahasiswanya tapi kita sediakan jadinya mubazir,’’ terang Supadi.

Penambahan fasilitas seperti lift dan lain-lain yang mana dibutuhkan bagi difabel saat ini masih dipertimbangkan. Karena harus melihat keadaan apakah sudah diperlukan atau tidak.

Menurutnya, hingga saat ini pengunjung disabilitas masih tergolong jarang terlihat. Kalaupun ada, umumnya mereka masih mampu untuk berjalan hingga lantai 2. Meski begitu, para petugas perpustakaan tetap siaga untuk membantu keperluan mereka. (ann/sii/gia/wal/aml)



Kolom Komentar

Share this article