Sosok

Mulai dari Turki Hingga Medali Emas PON

Astian Dana Ahadda

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


“Rasanya seperti bermain puzzle dan juga memecahkan sebuah teka-teki,” kata Astian Dana Ahadda, peraih medali emas PON XIX Jabar. Permainan asah otak seperti catur sudah menjadi kecintaannya.

Kali pertama Dana bermain catur sewaktu duduk di bangku kelas satu SD. Sang Ibu menjadi orang pertama yang mengajarkannya teknik bermain catur, meskipun saat itu hanya sebatas teknik dasar saja. Semenjak itu, Dana kerap bermain catur bersama tetangga disekitar rumahnya. Hingga akhirnya dia keluar menjadi juara kampung dalam sebuah pertandingan catur.

Tak berhenti sampai disitu, rasa tertariknya terhadap permainan asah otak terus berlanjut hingga ia kelas lima SD. Melihat bakat yang dimiliki putranya, orangtua Dana pun memutuskan untuk memasukan anaknya ke sekolah Catur Putra Samarinda. Di sana Dana memperoleh banyak ilmu. Celengan teknik dan cara bermain catur yang apik mulai dia kuasai. Karier profesionalnya mulai berjalan.

Mahasiswa jurusan Psikologi Unmul itu, mengisahkan pertandingannya yang paling berkesan.  Ajang besar yang tidak akan terlupakan.

“Pertandingan pertama saya Kejuaraan Daerah ketika masih berusia 12 tahun. Selain itu, pertandingan berkesan lainnya kejuaraan Catur Dunia Remaja di Istanbul, Turki pada tahun 2007,” ungkapnya kepada Sketsa.

Meskipun saat itu ia belum mampu menyabet gelar juara, tetapi ia bersyukur di usia mudanya telah memiliki pengalaman. Ilmunya pun semakin bertambah dan Dana semakin tahu karakteristik dalam permainan catur.

Dan, yang terbaru masih hangat dalam ingatan Dana pertandingan catur di PON XIX Jabar, di mana ia dan kawan satu regunya berhasil membawa pulang emas pertama untuk Kalimantan Timur. Padahal itu pengalaman pertamanya bermain catur regu.

“Tidak semudah bermain individu karena kita juga harus memikirkan kawan satu tim,” ungkap pria kelahiran Samarinda 6 Juni 1996.

Dana berangkat sebagai perwakilan Kalimantan Timur tepatnya dibawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kalimantan Timur. Sebelum mengikuti PON, pada tahun 2015, Dana juga mengikuti Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional di Provinsi Aceh. Di sana dia meraih medali perunggu.

Aspal karier Dana tak selamanya mulus. Ada kalanya ia mengalami kekalahan. Dalam  menghadapi kegagalan tersebut, ia memiliki beberapa kiat.

“Terus koreksi diri, dilihat langkah baiknya seperti apa, tingkatkan permainan dan bermain secara stabil,” jelasnya.

Menurut Dana, dalam bertanding catur, tak perlu minder dengan gelar yang dimiliki lawan. Karena bisa saja yang memiliki gelar tinggi dapat dikalahkan oleh jenis lawan yang berada dibawahnya.

“Catur bukan hanya sekadar gelar tapi yang terpenting adalah pertandingan di atas papan. Yang penting kita punya mental menang,”pungkasnya. (adl/e2)



Kolom Komentar

Share this article