Kang Abik dan Napasnya untuk Berkarya
Sumber gambar: www.republika.co.id
SKETSA - Apakah Anda penggemar kisah cinta segitiga antara Fahri, Aisha dan Maria dalam novel dan film fenomenal Ayat-Ayat Cinta? Atau pengagum tokoh Khoirul Azzam dan Anna Althafunnisa dalam dwilogi Ketika Cinta Bertasbih? Jika ya, Anda tentu mengenal pencipta tokoh-tokoh tersebut.
Ya, dialah Habiburrahman El Shirazy atau yang akrab disapa Kang Abik. Pria kelahiran Semarang, 30 September 1976 ini memang penulis bertangan emas. Karya-karyanya tidak hanya laris manis di Indonesia, tetapi juga mancanegara seperti Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Pria 40 tahun itu bahkan dinobatkan sebagai novelis nomor wahid dalam INSANI Undip Award tahun 2008.
Selain dikenal sebagai penulis dan sastrawan, Kang Abik juga dikenal sebagai penyair, da’i, sutradara, dan aktif sebagai tenaga pengajar di Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta.
Tapi dibalik kesuksesannya, siapakah tokoh yang menginspirasi dari seorang Habiburrahman El Shirazy?
Ditemui pasca mengisi workshop menulis bersama mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unmul di Hotel Swiss Bell pada (8/9) lalu, Kang Abik menyebut beberapa tokoh dari kalangan penulis dan sastrawan dunia yang menginspirasi dirinya.
Di antaranya adalah sastrawan dan budayawan asal Yogyakarta Kuntowijoyo, penyair fenomenal Indonesia Chairil Anwar, sastrawan Mesir Najib Kailani dan Taufiq El Hakim, serta penulis sekaligus ulama besar Yusuf Qardhawi. Sedangkan dari kalangan penulis barat, Kang Abik mengaku pengagum karya-karya Ernest Hemingway.
Kepada Sketsa, Kang Abik mengaku hobi menulisnya dimulai sejak ia duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP). Namun, ia baru serius menulis ketika mahasiswa dan menjadi penerjemah buku-buku bahasa Arab. “Saat kecil dulu cita-cita selalu berubah, ya mau jadi pilot mau jadi dokter. Ketika mahasiswa baru serius mau jadi penulis,” akunya.
Bukti keseriusan Kang Abik di dunia kepenulisan adalah dengan mendirikan Forum Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Mesir. Selain serius menulis, Kang Abik juga kental dengan dunia organisasi semasa mahasiswa. Alumnus Jurusan Hadist Fakultas Ushuludin Universitas Al Azhar Mesir itu, tercatat pernah aktif di berbagai organisasi. Di antaranya Majelis Intensif Yurisprudens dan Kajian Pengetahuan Islam (MISYKATI) dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Kairo.
Ditanya tentang hambatannya dalam menulis, Kang Abik mengaku untuk saat ini adalah waktu. Ia harus bersiasat dengan waktu ditengah kesibukannya saat ini. “Tapi saya punya target minimal tiap tahun harus ada satu karya keluar,” ucapnya bersemangat.
Saat ini ia tengah disibukkan dengan proses pembuatan film untuk novel terbarunya Ayat-Ayat Cinta 2. Kang Abik menegaskan ia akan mengikuti seluruh persiapan pembuatan film demi menjaga agar film tersebut dekat dengan novelnya. Mengira-ngira waktu tayang film tersebut, Kang Abik menjawab, “Semoga 2017.” Mari kita tunggu saja, ya, akan seperti apa karya beliau selanjutnya. (krv/e2)