Hangat Para Ibu di Tanah Rantau yang seperti Ibu Sendiri
Ilustrasi ibu (Sumber: tribunnews.com)
SKETSA – Hari ini--bahkan sejak pagi, lini masa memuat foto para ibu dan ucapan manis dari sang anak di aneka platform media sosial. Lebih nyata dari itu, di pusat keramaian, di lampu merah, sejumlah orang tampak membagi-bagikan bunga atau selebaran merayakan Hari Ibu yang jatuh hari ini, 22 Desember.
Kasih ibu sepanjang masa. Sosok ibu, siapapun dia, selalu menyimpan kehangatannya lewat berbagai cara. Bagi sebagian anak rantau dan hidup ngekost, sosok ibu kost adalah sosok pengganti ibu kandung. Sebagian yang lain menganggap ibu kost adalah sosok menyeramkan, apalagi kalau terlambat membayar tagihan bulanan.
Namun Pitriana, seorang ibu rumah tangga dengan empat orang anak itu bukan ibu kost biasa. Ia mengaku amat menyayangi anak-anak kostnya seperti anak sendiri. Karena itu Pitriana akrab dikenal sosok yang baik, ramah, dan perhatian di mata anak kost yang khusus muslimah itu.
Tak jarang ia membagi apa yang dimilikinya kepada anak-anak kost, biasanya makanan. Ia berkeyakinan, apa yang ia miliki hanya titipan dan ada hak orang lain dari yang Maha Kuasa. Ia pun mewajibkan anak-anak kostnya untuk mengaji setiap dua kali seminggu demi memperhatikan akhlak anak-anak.
Kost yang sudah berdiri sejak satu setengah tahun yang lalu itu membuat Pitriana cukup khatam soal karakter anak-anak kost. Pun suka duka menjadi ibu kost sudah dicecapnya banyak.
Kepada Sketsa, ia mengungkapkan selalu berusaha menjadi sosok ibu yang baik dan pengertian kepada penghuni kostnya, sebagai pengganti ibu kandung yang jauh di kampung halaman.
"Ibu berusaha mengakrabkan diri dengan cara rajin bercengkerama, mendatangi kamar mereka satu-satu kalau jarang terlihat keluar kamar. Karena orang tuanya kan menyerahkan ke ibu, jadi itu juga tanggung jawab yang berat buat ibu," tuturnya.
Menjadi ibu rumah tangga dan usaha kost-kostan, rupanya tak membatasi gerak Pitriana berorganisasi. Ia kini menjabat Ketua Umum Persaudaraan Muslimah (Salimah) wilayah Samarinda Utara. Kegiatannya meliputi perbaikan bacaan Al-quran hingga kajian keislaman rutin bulanan.
Di akhir perbincangan ia berpesan kepada semua ibu untuk memperhatikan aspek agama dalam diri anak-anak sebelum aspek lain.
“Sebagai ibu kita harus meningkatkan ilmu pengetahuan agama untuk mendidik anak-anak kita agar mereka saleh dan saleha. Selain ilmu pengetahuan, ilmu agama jangan sampai ditinggalkan” pungkasnya.
Kotijah, Dosen yang Membuka Rumah untuk Ditinggali Mahasiswa
Sudah sepuluh tahun Kotijah mengizinkan mahasiswanya yang kurang mampu untuk tinggal serumah. Sudah banyak dan silih berganti. Mahasiswa sudah dianggap seperti anak sendiri, layaknya Patriana kepada anak-anak kost.
“Seperti ibu dan bapak cuma bedanya saya tidak melahirkan gitu aja, cuma tidak bayar makan semua sama-sama dan berbagi,” ucap dosen Fakultas Hukum itu.
Oleh sebab belum dikaruniai anak, sementara sang suami yang bekerja di luar Kalimantan dan hanya bisa sesekali pulang saat musim libur tiba, menjadi sekian alasan Kotijah membuka pintu rumahnya.
“Kalau kamu jadi mahasiswa saya, kamu lulus pun sudah kami hitung kapan kamu harus lulus dan akan kami persiapkan dengan matang seperti bayi," tandasnya.
Baik Patriana maupun Kotijah, sama-sama menggambarkan betapa hangat kasih sayang seorang ibu kepada anak. Tentu saja ucapan atau kado yang diberikan dan upaya yang dilakukan tidak akan mampu membalas kasih dan perjuangan seorang ibu yang demikian. Dan tidak pula perjuangan ibu cukup diperingati sehari.
Akhirnya, Selamat Hari Ibu. Salam hangat dari kami, para anak-anak yang merantau untuk seluruh ibu dan perempuan Indonesia. (ubg/dor/aml)