Sosok

Dimas-Izzul: Sang Juara yang Pernah Gagal

Sumber: Laman Facebook Dimas Ronggo Gumilar Prabandaru

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


SKETSA –“Siapa sangka, mahasiswa tingkat akhir seperti kami ternyata masih dipercaya untuk mengikuti lomba.”

Sore yang cerah, menjadi lengkap dengan percakapan seru bersama dua orang mahasiswa Unmul yang baru saja menjuarai Lomba Diskusi dan Debat dalam Parade Cinta Tanah Air. Dua mahasiswa tingkat akhir itu, nantinya akan mewakili Kalimantan Timur ke Nasional.

Dimas Ronggo Gumilar Prabandaru dan Muhammad Izzul Islami, tergabung dalam satu tim melawan 14 tim lainnya. Walaupun sudah cukup lama tidak aktif dalam perlombaan, hal itu tidak menyurutkan niat mereka untuk berjuang bersama. Semangatnya tidak sia-sia, hingga keluar menjadi juara pertama.

Dibalik sosoknya sebagai Wakil Presiden BEM KM Unmul, pria yang akrab dipanggil Dimas itu rupanya pernah berambisi untuk bisa melanjutkan pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Namun, gagal saat seleksi penentuan akhir. “Saya sangat terpuruk waktu itu,” tandas pria bertubuh tinggi itu. Ia mengaku, sosok ibu menjadi salah satu alasan ia bangkit dari keterpurukannya.

Tak jauh berbeda dengan Dimas, Izzul pun pernah mengalami kegagalan yang hampir serupa. “Ilmu Pemerintahan itu sebenarnya hanya pelarian. Saya ingin menggeluti sastra, tapi gagal,” ucapnya.

Ia menambahkan, motivasi dari orangtua membuatnya bertahan hingga saat ini. Pria berkacamata itu mengaku telah menulis puluhan puisi, namun hanya belasan yang ia publikasikan dalam tumblr pribadinya.

Dimas merantau dari Pati, Jawa Tengah ke Kalimantan Timur sejak kelas dua Sekolah Menengah Atas. Walau berat, Dimas, anak terakhir dari tiga bersaudara itu mengatakan bahwa tekad dan semangat yang kuat datang dari kedua orangtuanya. Sadar dirinya tinggal jauh dari orangtua, Dimas membiasakan diri untuk hidup mandiri dengan berorganisasi. “Dengan berorganisasi, kita belajar untuk memanajemen waktu,” ujarnya. Sebagai mahasiswa dengan IPK terbaik, Dimas mendapat beasiswa prestasi hingga sempat mendapat tawaran kerja.

Lain halnya dengan Izzul yang berasal dari Sangatta, Kutai Timur. Sosok yang sempat dibuat kesal dengan hadirnya Ijul Fans Club itu menuturkan sudah biasa tinggal berjauhan dengan orangtua. “Sejak kelas dua SD, saya sudah ditinggal orangtua hijrah ke Kalimantan Timur. Tapi, semakin dewasa saya semakin paham kenapa orangtua melakukannya,” imbuh mahasiswa FISIPOL itu.

Dimas dan Izzul kini tengah disibukkan dengan Skripsi, di samping berorganisasi. Dimas dengan BEM KM-nya, sedangkan Izzul dengan Komunitas Tumblr (KITA). (bru/e2)




Kolom Komentar

Share this article