Resensi

Soul: Petualangan Jiwa yang Tersesat Demi Mencari Tujuan Hidup

Soul, animasi terbaru Disney Pixar yang sarat akan makna kehidupan.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Pinterest

SKETSA – Sempat direncanakan tayang pada pada pertengahan 2020 lalu, akhirnya platform streaming baru Disney+ Hotstar baru-baru ini meluncurkan tayangan barunya berjudul Soul pada 25 Desember 2020 lalu. Tepat pada perayaan Natal 2020, kita disajikan dengan film animasi terbaru Disney Pixar ini.

Film yang dibintangi oleh Jamie Foxx sebagai Joe Gardner ini menceritakan tentang seorang guru band sekolah menengah dengan hasrat yang serius untuk meniti kariernya di bidang musik jaz. Walaupun ia telah dinyatakan diterima sebagai guru musik tetap di sekolah tersebut, Joe masih merasa belum bisa menyalurkan hasrat musiknya.

Animasi yang diarahkan Pete Docter ini diawali dengan karakter utama yang memiliki nasib sial, yang seolah selalu mengelilinginya dan membuat putus asa. Pasalnya, keberuntungan tak kunjung berada dipihaknya meski telah puluhan tahun mencoba mewujudkan cita-citanya itu.

Berlatar di kota New York sebagai tempat tinggal dan bekerja, pada akhirnya Joe tiba-tiba mendapatkan panggilan dari murid lamanya untuk tampil di atas panggung dengan salah satu musisi jaz ternama. Joe yang sudah bermimpi untuk menjadi seorang musisi jaz sejak kecil tentu saja antusias dengan tawaran tersebut dan tidak ada pikiran untuk menolaknya.

Sayangnya, setelah mendapatkan tawaran bagus untuk kariernya, Joe memutuskan untuk pulang ke rumahnya, namun kejadian tak diduga terjadi. Joe tidak sengaja jatuh ke dalam lubang. Jiwa dari Joe kemudian berada di sebuah jembatan akhirat. Ia kemudian menemukan dirinya sebagai jiwa yang pergi menuju Great Beyond yang menandakan bahwa dia harusnya tewas setelah kecelakaan tersebut.

Tak ingin mati begitu saja, Joe mencoba melarikan diri, tetapi ia malah menemukan dirinya di Great Before. Tempat ini bisa dibilang merupakan jiwa-jiwa baru dari manusia untuk mendapatkan sifat, kepribadian serta minat dan keterampilan sebelum akhirnya mereka lahir ke Bumi. Di sana pula Joe bertemu dengan konselor jiwa, yang semuanya bernama Jerry. Mereka bertugas untuk mengatur dan mempersiapkan jiwa-jiwa muda untuk hidup di Bumi.

Ia kemudian ditugaskan menjadi mentor untuk sebuah jiwa muda bernama 22 (Tina Fey), yang tidak berminat untuk menjalani kehidupan di dunia serta ribuan kali mencoba menemukan minat untuk hidup. Ia ogah untuk lahir sebagai manusia. Tidak seperti Joe yang baru saja akan memulai petualangannya, 22 mengaku tak bisa ke Bumi karena tidak lulus dalam pencarian spark, sebuah percikan atau semangat hidup.

Joe pun harus melatih 22 untuk mencari spark atau minat hidupnya agar dia bisa kembali lagi ke Bumi sebelum benar-benar meninggal dunia. Joe mencoba segala cara agar 22 dapat menemukan sesuatu yang menarik, tetapi tidak berhasil. Pada akhirnya mereka berhasil turun ke Bumi. Namun, dengan jiwa yang tertukar. 22 yang semula tak ingin merasakan kehidupan di dunia, secara tidak sengaja berada di tubuh Joe. Sementara Joe sendiri kembali ke kehidupannya namun berada di tubuh yang berbeda, bahkan dirinya berada di tubuh yang salah, yakni seekor kucing.

Sadar mereka telah berada di tubuh yang berbeda tak lantas menghentikan perjalanan mereka. Petualangan mereka pun dimulai. Keduanya sama-sama menemukan berbagai makna kehidupan yang sebelumnya tidak mereka ketahui. Bahkan, bagi Joe yang sudah hidup di Bumi selama puluhan tahun saja, dirinya masih menemukan sejumlah pelajaran hidup.

Disutradarai oleh Pete Docter, Soul terasa lebih dari sekadar film yang ditonton di musim liburan. Dengan premis menarik yang berfokus pada kehidupan di bumi dan kehidupan setelahnya, Docter sukses membawa penonton berkelana dan mencari jati diri serta spark, seperti yang dilakukan Joe dan 22. Soul juga mampu menyentuh perasaan lewat serangkaian dialog cepat dengan alur yang terus maju.

Tak heran jika film dengan konsep animasi modern ini nantinya mampu menyabet piala “Film Animasi Terbaik” di ajang Oscar mendatang. Selain alur cerita yang mampu menyeret penonton ke dalamnya, kita juga akan disuguhkan dengan alunan musik khas genre jaz, lengkap dengan piano dan juga saksofon mengiringi beberapa adegan di dalam film ini. Bahkan, ketika adegan-adegan sedih pun musik jaz yang menjadi instrumen utama di film ini berubah dan memiliki ritme yang lamban sehingga menambah kesan melankolis.

Bukan hanya sekadar menghadirkan adegan konyol dan lucu yang mampu membuat gelak tawa bagi penontonnya. Juga terdapat sebuah adegan yang menunjukkan kolase kehidupan setiap orang. Kehidupan Joe dinilai 22 merupakan kehidupan yang biasa saja dan cenderung suram. Namun, bagi penonton adegan-adegan seperti itu yang mengandung sejumlah momen dengan nilai moral.

Secara keseluruhan film ini menyuguhkan genre film humor. Tak pelak juga memiliki sisi emosional di dalamnya. Sangat cocok dijadikan referensi tontonan di kala libur atau pada saat berkumpul menikmati hari. Terlebih bersantai bersama keluarga. Bagaimana, tertarik menontonnya? (fzn/rst)



Kolom Komentar

Share this article