Resensi

Sleepless in Seattle: Ketika Keyakinan Menjadi Nyata

Kehilangan orang tercinta nyatanya menjadi hal yang menyedihkan bagi sebagian orang.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Christnina

Sutradara: Nora Ephron

Produser: Gary Foster

Pemeran: Tom Hanks, Meg Ryan, Bill Pullman, Rosie O'Donnell, Rob Reiner, Ross Malinger

Distribusi: TriStar Pictures

Rilis: 25 Juni 1993

Durasi: 106 menit

SKETSA - Kehilangan orang tercinta merupakan salah satu peristiwa yang menyedihkan. Sam Baldwin (Tom Hanks), seorang arsitek asal Chicago harus rela melepas istrinya yang meninggal karena kanker. Dengan perasaan berat dan luka mendalam, ia memutuskan untuk pindah bersama putranya ke Seattle, demi menjauhkan diri dari segala kenangan antara ia dan istrinya.

Kemudian, penonton akan dibawa kepada kehidupan mereka, dua tahun setelah kepindahan. Pada malam natal, tanpa ia ketahui putranya Jonah (Ross Malinger) menelepon sebuah saluran radio yang dapat berbincang-bincang langsung dengan psikiater.

Jonah menceritakan bahwa ayahnya mengalami duka yang mendalam dan tak bisa move on dari istrinya. Ia pun menyatakan bahwa dirinya ingin mencarikan ayahnya seorang istri baru, agar dapat menemani Sam.

Ketika Sam menyadari bahwa Jonah sedang tersambung dengan radio, ia kesal dan mencoba untuk menutup telepon tersebut. Namun, sang psikiater di sambungan telepon mencoba untuk melakukan pendekatan agar Sam dapat menceritakan dan mencurahkan segala kerinduannya terhadap istrinya.

Larut dalam duka, ia mencoba untuk menceritakan istrinya dengan baik. Ia juga mengakui bahwa dirinya tak bisa tidur dengan tenang setiap malamnya. Karena kisahnya yang begitu mengharukan, Sam kemudian dijuluki Sleepless in Seattle.

Jauh dari Seattle, seorang jurnalis bernama Annie Reed (Meg Ryan) sedang bergembira karena dapat merayakan malam natal bersama keluarga dan tunangannya, Walter. Dalam perjalanan pulang, ia menyalakan radio dan kebetulan mendengarkan siaran bincang-bincang psikiater, di mana Sam sedang berbicara.

Annie yang sangat peka menjadi tertarik dan terharu dengan cerita Sam mengenai istrinya. Meski begitu, ia mencoba untuk menjauhkan pikirannya terhadap Sam dan fokus pada perjalanannya menuju rumah Walter.

Setelah kisahnya viral, Sam kemudian menerima banyak sekali surat dari berbagai wanita yang menyatakan ingin menjadi istri, pendamping, atau pacar yang dapat menemaninya. Namun, tak satu pun surat tersebut ia gubris.

Annie, yang juga mendengar kabar bahwa Sam menerima surat-surat dari para wanita, mencoba untuk berkonsultasi dengan sahabatnya. Ia mulai memiliki fantasi terhadap Sam yang belum ia temui. Akhirnya, ia memutuskan untuk menulis satu surat kepada Sam.

Suatu hari, Sam akhirnya mencoba untuk berkencan dengan rekan kerjanya. Saat itu, surat Annie akhirnya tiba dan dibaca oleh putranya. Jonah yang tertarik kepada surat tersebut membujuk Sam untuk bertemu dengan Annie di puncak Empire State Building, New York di hari valentine sesuai dengan yang tertulis di surat tersebut.

Sam hanya menghela napas dan menjelaskan pada Jonah, bahwa mereka yang berada di Seattle tidak mungkin pergi menemui Annie di Baltimore, apalagi New York. Ia kemudian meninggalkan Jonah untuk pergi berkencan.

Jonah yang tak putus asa dan yakin dengan sosok Annie, mendapat bantuan dari temannya, seorang anak pemilik travel agent. Ia diberangkatkan menuju New York seorang diri, tanpa ayahnya ketahui. Bermodalkan nekat, ia pergi menuju Empire State Building untuk menemui Annie.

Annie yang merasa putus asa sebab tak mendapatkan surat balasan serta mengetahui bahwa Sam memiliki teman kencan, mencoba mengacuhkan segala harapannya dan memilih pergi ke New York untuk makan malam bersama Walter.

Di Seattle, Sam yang baru saja pulang, panik karena Jonah tak ada di rumah. Ia kemudian mencoba untuk bertanya kepada teman putranya, dan semakin panik mengetahui bahwa Jonah telah berangkat ke New York untuk mengejar Annie.

Hingga malam hari tiba, Annie yang tak kunjung datang mulai membuat Jonah kehilangan harapan. Ia yang kebingungan akhirnya berhasil ditemui ayahnya. Sam merasa bersalah sebab ia tak bisa mengabulkan harapan anaknya untuk memiliki pendamping hidup. Dengan berat hati, mereka pergi meninggalkan puncak gedung tersebut.

Annie yang sedang makan malam bersama, tiba-tiba teringat akan Sam setelah melihat cahaya lampu berbentuk hati di puncak gedung Empire State Building. Ia mulai cemas, apabila Sam mungkin saja datang ke puncak gedung.

Akhirnya, Annie memilih mengaku dan jujur akan perasaannya terhadap Sam kepada Walter. Tak diduga, Walter menerima dengan tulus alasan Annie dan memintanya untuk mengejar kesempatannya.

Setelah melintasi macet dan berlari sekuat tenaga, Annie tiba di puncak gedung, namun tak menemui seorang pun. Kecuali sebuah tas kecil berisi boneka beruang. Tak disangka, Sam dan Jonah kembali naik untuk mencari tas Jonah yang hilang.

Akhirnya, Sam dan Annie bertemu secara langsung. Jonah merasa puas dan senang atas kebahagiaan ayahnya. Mereka pun turun dari gedung bersama dengan harapan akan diri masing-masing.

Konflik Keluarga yang Dikemas Dengan Hangat

Di satu sisi, penonton dihadapkan dengan segala kegalauan Sam, yang sangat berduka dan sedih atas kematian istri tercintanya. Namun, kita juga dapat melihat bagaimana Jonah sebagai putranya mencoba untuk bangkit dari kesedihan dan menolong ayahnya.

Pada film ini, penonton dibawa dengan konflik antar ayah dan anak terhadap persepsi mereka dalam pasangan hidup. Sam yang berduka dan sulit membuka hati, dengan Jonah yang memiliki keyakinan tinggi akan kesempatan dan harapan yang ada.

Ini membawa kita pada kesimpulan: bahwa sebuah keyakinan yang benar dapat membawa kita kepada jawaban yang tepat. Meskipun Sam berkencan dengan rekan kerjanya, ia tetap tak merasa 'hidup' kembali. Namun ketika akhirnya ia memilih untuk percaya kepada keyakinan Jonah, ia kembali mendapat chemistry yang sama terhadap istrinya, saat melihat Annie.

Film ini cocok untuk disaksikan saat liburan tiba. Tertarik untuk mengikuti kisah mereka? (len/rst)



Kolom Komentar

Share this article