Resensi

Seribu Wajah Ayah: Ketika Cinta dan Kasih Tak Terungkap Lewat Kata

Novel karya Azhar Nurun Ala yang menggambarkan cinta kasih seorang Ayah kepada anaknya

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

SKETSA - Novel Seribu Wajah Ayah ditulis oleh Azhar Nurun Ala dan diterbitkan pada tahun 2020 oleh Penerbit Grasindo. Buku ini menceritakan kisah seorang anak yang menjadi piatu di hari kelahirannya. Kesabaran dan kasih sayang seorang ayah dalam membesarkan anaknya seorang diri membuat untaian cerita pada novel ini menarik banyak pembaca. Tak heran, jika Seribu Wajah Ayah dinobatkan sebagai novel best seller.

Penulisan novel ini menggunakan sudut pandang orang kedua yang ditulis sebagai tokoh Kamu, sehingga membuat pembaca seolah menjadi tokoh utama dalam cerita. Pembaca yang tak terbiasa membaca sudut pandang orang kedua akan merasa tak biasa. Namun, tak perlu khawatir! Novel yang ditulis dengan melankolis dan penuh filosofi hidup ini dapat membuatmu berhenti sejenak untuk merenung, sebab isinya yang sarat akan makna.

Setiap chapter yang diceritakan dalam novel ditulis berdasarkan foto kenangan di album foto peninggalan milik Ayahnya. Bersama tokoh Kamu di dalam buku ini, pembaca akan diajak untuk mengenang kehidupan sang anak dan ayah melalui tiap chapter yang berisi sepuluh album foto tersebut. Memuat nasihat-nasihat keislaman yang disematkan di dalamnya, membuat novel Seribu Wajah Ayah ini relate dengan kehidupan saat ini

Singkatnya, novel ini menceritakan perihal kasih sayang seorang ayah, pengorbanan, keikhlasan, dan kehilangan. Sejatinya, tak ada kehidupan yang abadi.

Ayah merupakan sosok tegar yang tak pernah memperlihatkan kerapuhannya kepada siapa pun. Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca secara fisik.

Sebuah novel yang isinya sangat padat dengan mengangkat karakter sederhana, membuat lembaran demi lembaran Seribu Wajah Ayah membuat kita merenung berkali-kali. 

Tentang cinta dan penyesalan yang datang terlambat, tentang beberapa kenangan yang hanya bisa dikenang akan tetap, seperti kutipan pada novel ini.

“Bahwa selalu ada hal lain yang lebih bijak dari mengenang: membuat cerita baru yang lebih indah.” -Halaman 131 (sya/ems)



Kolom Komentar

Share this article