Resensi

Sebuah Pencarian Jati Diri yang Aneh dalam The End Of F****ing World

Kisah pencarian jati diri yang unik dalam The End Of F***ing World.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber: Google.com

Sutradara: Jonathan Entwistle, Lucy Tcherniak

Produser: Kate Ogborn

Pemeran: Jessica Barden, Alex Lawther

GenreDark-Comedy, Drama

Distribusi: Channel 4, Netflix

Rilis: 24 Oktober 2017

Jumlah Episode: 8

SKETSA - Usia remaja merupakan sebuah anugerah serta tantangan yang harus dihadapi kehidupan sosial. Masa pencarian jati diri seringkali tidak disertai dengan keadaan atau lingkungan yang baik. Inilah yang memulai petualangan dua remaja aneh bernama James (Alex Lawther) dan Alyssa (Jessica Barden) dalam 'melawan' dunia.

Diangkat dari novel berjudul sama karya Charles Formans, The End Of F****ing World mengisahkan tentang James, remaja laki-laki yang percaya bahwa dirinya adalah seorang psikopat dan Alyssa, seorang gadis moody yang senang bertindak sesuka hatinya dan terlihat seperti seorang sosiopat.

Sejak kecil, James mengalami trauma setelah melihat ibunya bunuh diri dan menjadi semakin kehilangan rasa kepekaannya. Ia mulai mencoba berbagai hal ekstrem seperti memasukkan tangannya sendiri ke dalam penggorengan panas dan mulai mencoba membunuh hewan-hewan. Tak hanya itu, ia juga berpikir untuk membunuh sesuatu yang lebih besar. Sementara, Alyssa hidup dengan keluarga yang kurang menyenangkan. Dengan seorang ibu yang kurang memprioritaskannya dan seorang ayah tiri yang seringkali mengucilkannya, ia menjadi muak dan mencari sebuah pelarian.

Pertemuan mereka yang singkat membawa mereka dalam keadaan yang tidak terduga. Dimulai dari ajakan Alyssa untuk kabur dan mencuri mobil ayah James, hingga menerobos masuk ke dalam sebuah rumah. Namun, nasib malang rupanya mengikuti perjalanan mereka. Di mana sang pemilik rumah datang dan mencoba menyakiti Alyssa dengan memerkosanya. Tidak menemukan jalan lain, James kemudian tak sengaja membunuh pemilik rumah tersebut dengan pisau berburu yang ia miliki.

Sadar akan keadaan yang kacau balau, mereka mulai memikirkan cara untuk membereskan segalanya dan berusaha kabur. Saat mencoba untuk membersihkan rumah tersebut dari segala barang bukti, mereka tak sengaja menemukan sebuah camcorder yang ternyata berisi berbagai foto serta video kekerasan seksual yang dilakukan oleh pemilik rumah tersebut kepada beberapa gadis muda. Setelahnya, diketahui bahwa orang tersebut adalah profesor pada sebuah universitas dan sering dirumorkan sebagai pelaku kejahatan seksual pada mahasiswa yang diajarnya.

Mereka yang kabur dan tak punya tempat untuk bersembunyi memutuskan untuk pergi jauh menuju rumah ayah kandung Alyssa. Untuk menyamarkan identitas, mereka menyamar dengan gaya rambut yang baru dan mengganti pakaian mereka. Meskipun begitu, Alyssa masih mengalami trauma atas kejadian yang menimpanya dan mulai menjauhi James tanpa alasan. Akhirnya, mereka terpisah untuk sementara sampai akhirnya kembali menemukan diri masing-masing dan memulai perjalanan mereka menuju ayah Alyssa.

Perjalanan kali ini pun tidak lantas berjalan mulus, di mana kematian sang profesor terungkap saat pembantu rumah tangganya datang dan melaporkan kepada polisi. Mereka juga terlihat dalam rekaman CCTV sebuah mini market ketika mencoba untuk mengancam sang pemilik toko. Dua detektif yang menangani kasus ini segera mencari jejak kepergian mereka dan menemukan bukti bahwa James dan Alyssa sedang menuju rumah ayahnya.

Di lain sisi, Alyssa yang sebelumnya mempercayai dan menyayangi ayahnya menjadi sangat marah ketika mengetahui bahwa sang ayah mencoba menelepon polisi setelah menonton siaran televisi yang menunjukkan sebuah imbalan apabila berhasil menemukan James dan Alyssa. Tak memiliki jalan untuk kabur, mereka berdua akhirnya berhasil ditangkap oleh polisi dan James terluka atas tembakan polisi.

Berhubungan dengan Lingkungan Sosial Pada Umumnya

Dalam serial ini, sebenarnya dapat diketahui bahwa lingkungan sosial merupakan faktor terbesar dalam membentuk jati diri seseorang. Dari sisi James yang melabeli dirinya sebagai psikopat, sebenarnya hal tersebut adalah benteng yang ia bentuk untuk dirinya sendiri sebab dihantui sedih dan trauma yang mendalam atas kematian ibunya. Ia kehilangan rasa kepekaannya dan mulai rapuh perlahan. Pada Alyssa, sikap menyebalkan dan seenaknya sendiri muncul sebagai bentuk perlawanannya atas keadaan lingkungan yang mengucilkannya. Padahal, dirinya hanya ingin mendapat perhatian dan kasih sayang yang lebih baik dari keluarganya.

Pertemuan yang dialami lama kelamaan menjadi arti tersendiri bagi James dan Alyssa. Dengan Alyssa yang seenaknya, membangkang namun realistis, James mulai menyadari arti kehadiran orang lain dan perlahan membuka hatinya yang telah lama rapuh. Sedangkan, Alyssa yang skeptis terhadap semua orang dan segala hal menyadari bahwa dirinya tidak sendirian di dunia ini, dan masih ada orang lain yang membutuhkan dirinya. 

Meskipun sebelumnya James melihat Alyssa sebagai target yang tepat untuk dibunuh dan Alyssa menggunakan James sebagai alatnya untuk kabur, mereka sadar akan rasa bergantung dan membutuhkan satu sama lain.

Hal ini juga seharusnya menyadarkan orang tua betapa pentingnya peran mereka dalam membantu proses pencarian jati diri yang dialami oleh anak-anak mereka, sehingga perasaan tak layak atau terkucil tidak menghalangi mereka untuk hidup di masyarakat.

Selain menarik untuk disaksikan, serial yang berlatar Inggris dan menggunakan aksen british ini juga memiliki penataan latar tempat dan suasana yang cocok dengan jalan cerita yang disuguhkan, meskipun terdapat banyak sekali umpatan dan kata kasar yang seringkali diucapkan oleh Alyssa di berbagai kesempatan. The End Of F***ing World juga didukung sinematografi dan soundtrack yang berciri khas tahun 80-an seperti Lonesome Town dari Ricky Nelson.

Adapun beberapa kata yang diucapkan dalam serial ini menjadi ikonik, seperti "Should we go downstairs and have a glass of wine?" yang diucapkan oleh Alyssa saat mereka berhasil menerobos rumah sang profesor.

Tertarik untuk menontonnya? (len/ann) 



Kolom Komentar

Share this article