Romansa Berbalut Fiksi Ilmiah dalam Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
Kisah cinta berbalut fiksi ilmiah
- 25 Jan 2023
- Komentar
- 1227 Kali
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
SKETSA — Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh adalah novel bergenre fiksi ilmiah yang menjadi pembuka dari serial novel Supernova yang ditulis oleh Dee Lestari. Pertama kali diterbitkan pada tahun 2001, novel ini menjadi sebuah gebrakan baru untuk dunia literasi Indonesia pada saat itu dengan kandungan fiksi ilmiah di dalamnya, yang dahulu tidak populer, bahkan tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Berceritakan sepasang kekasih Reuben dan Dimas yang telah membuat janji untuk menciptakan sebuah karya besar bersama. Sepuluh tahun setelah mengucap janji, keduanya bertemu dan mulai mengumpulkan ide untuk karya mereka. Sebuah romansa dan sains yang bercampur menjadi satu, terinspirasi dari sebuah dongeng yang berjudul “Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh”.
Secara tidak sengaja, tokoh-tokoh dari tulisan Reuben dan Dimas memiliki keterkaitan dengan tiga orang di kehidupan nyata yang masing-masing merepresentasikan tiga tokoh cerita, yaitu Ferre, Rana, dan Diva.
Kesatria diwakili oleh Ferre, eksekutif muda di sebuah perusahaan besar. Karakter sempurna yang memiliki semua hal. Hingga pertemuannya dengan Rana, representasi dari tokoh Putri, mengubah hidupnya yang monoton. Sosok Rana kembali mengingatkannya pada tokoh Putri dari dongeng yang pernah dibacanya saat kecil, membuatnya jatuh hati.
Perasaan Ferre terhadap Rana terbalas. Rana, seorang jurnalis majalah yang menginginkan kebebasan dari belenggu kehidupannya yang akhirnya ia temukan di Ferre. Berlandaskan perasaan yang sama, keduanya kemudian menjalin kasih. Namun, Rana sudah terjalin dalam ikatan pernikahan dengan orang lain, membuat hubungan mereka sebagai cinta yang terlarang.
Lalu ada sosok Diva, yang mewakili tokoh Bintang Jatuh, seorang peragawati cantik yang menjalani peran ganda dalam hidupnya. Pagi hingga sore, ia menjadi peragawati papan atas. Ketika malam tiba, ia berubah menjadi pemuas nafsu lelaki bejat dengan tarif mahal. Sudut pandangnya yang berbeda dari kebanyakan orang terkait kehidupan, membuatnya memiliki karisma misterius yang digilai banyak orang, terlepas dari lidahnya yang tajam.
Tanpa dikira-kira, sosok anonim yang bersembunyi dibalik dunia maya hadir dan berperan dalam mengaitkan cerita antara Ferre-Rana-Diva. Supernova, julukan dari tokoh cyber yang memberikan ruang dan jawaban atas segala pertanyaan yang dipikirkan oleh manusia.
Cerita dalam cerita, mungkin adalah ungkapan yang tepat untuk mendeskripsikan novel ini secara singkat. Diawali dengan Reuben dan Dimas yang saling bertukar pikiran tentang tulisan mereka yang diselingi teori-teori sains dan psikologi, kemudian ke bab selanjutnya yang menceritakan tokoh-tokoh lainnya yang mengikuti alur diskusi pasangan tadi. Kita seakan diajak membaca isi tulisan Reuben dan Dimas yang direpresentasikan melalui kisah antara Ferre, Rana, dan Diva.
Sosok Supernova tidak muncul sesering tokoh lainnya. Apalagi Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh adalah novel pertama dari seri Supernova, sehingga kemunculannya tidak begitu banyak dibandingkan novel-novel selanjutnya. Meskipun begitu, perannya dalam novel ini sangat besar sebab jalinan yang mempertemukan semua tokohnya dalam satu garis inilah yang membuat kisah di dalamnya dapat terjadi.
Novel ini mengaitkan antara percintaan dengan fisika kuantum, sebuah kombinasi yang unik yang tak pernah dipikirkan sebelumnya. Dee Lestari meracik keduanya dengan sangat apik hingga terciptalah novel ini. Siapa yang akan menyangka, teori fisika yang rumit dapat diterapkan dalam kisah cinta dua sejoli.
Selain perpaduan dua hal tadi, karakter yang hadir dalam buku ini pun dikemas dengan sangat menarik. Setiap tokohnya memiliki kepribadian yang unik. Misalnya seperti Reuben yang gila sains dan menghubungkan segala aspek di kehidupan nyata dengan teori sains yang mungkin hanya dimengerti olehnya. Contoh lainnya adalah Diva, sosok peragawati kelas atas dengan pengetahuan filsafat tinggi yang memiliki perspektif nyentrik dan berani tentang kehidupan.
Kompleksitas manusia yang digambarkan dalam novel ini pun menjadi salah satu daya tariknya. Dee Lestari berhasil menuliskan bahwa perasaan yang dimiliki manusia itu teramat rumit. Betapa rumitnya pikiran dan perasaan manusia disajikan dengan elegan bersama paduan ilmu sains yang dibawakan secara puitis.
Novel ini juga memberikan perspektif baru yang segar soal kehidupan dan pikiran dari manusia. Tidak hanya sekadar menambah ilmu di bidang sains, pembaca juga mendapat pandangan baru soal pikiran dan hati dari manusia.
Kelebihan Supernova yang menyajikan bumbu percintaan dengan sains sepertinya juga menjadi bagian dari kekurangan buku ini. Istilah-istilah dunia sains yang terdapat dalam novel ini akan menyulitkan sebagian orang yang awam akan dunia sains ilmiah.
Novel ini pun diisi dengan banyak penyimpangan-penyimpangan yang bertolak belakang dengan norma yang kini berlaku. Orang-orang yang sensitif akan hal ini mungkin kurang cocok untuk membaca Supernova.
Meskipun bukan novel fiksi ilmiah pertama di Indonesia, Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh menjadi sebuah novel yang memberikan inovasi dan memperkaya literatur Indonesia dengan penggabungan hal-hal yang dianggap tidak bisa berjalan beriringan. Terlebih, novel pertama dari keenam seri novel ini terbit pada tahun 2001 silam, yang mana novel semacam ini belum dapat ditemukan pada masa itu.
Buku setebal 231 halaman ini dapat menjadi pilihan bagi penggemar genre fiksi ilmiah, romansa, dan untuk mereka yang ingin mencari sesuatu yang tidak biasa. Bagaimana, tertarik untuk membacanya? (zrt/dre)