The Defects: Anak-Anak dan Ekspektasi Orang Tua
Gambaran ekspektasi orang tua yang ekstrem dan anak dianggap produk gagal bila tak sempurna

Sumber Gambar: Blog Kocowa
Membeli anak melalui lelang, lalu membesarkannya sesuai keinginan dan kebutuhan. Kebanyakan dari mereka yang membeli anak, menginginkan anak yang sempurna. Anak yang cantik, pintar, sehat juga berprestasi. Apabila anak tersebut tumbuh tidak sesuai ekspektasi, maka ia akan diretur ke yayasan lelang untuk dibunuh dan dibuang.
Hal tersebut yang digambarkan di dalam salah satu drama Korea berjudul The Defects. Drama yang tayang di channel ENA berjumlah 8 episode ini merupakan drama yang menyentuh isu keluarga, khususnya orang tua dan anak. Di balik banyak adegan gila dan tidak masuk akal, drama ini sebenarnya membawa isu yang dekat dengan kehidupan.
Ekspektasi Orang Tua Tentang Anak
Ketika membeli anak melalui lelang, pasangan yang datang akan memilih bayi dari gen terbaik. Mereka berharap, anak yang mereka beli juga tumbuh menjadi anak yang sempurna. Seperti keinginan mereka.
Di dalam drama The Defects, ada orang tua yang menginginkan anak dengan bakat atletik. Ada pula yang menginginkan anak dengan bakat akademis tinggi. Bahkan, ada yang menginginkan anak dengan kondisi tubuh sempurna.
Sang pengelola yayasan lelang sendiri, Kim Se Hee (diperankan oleh Yum Jung Ah), juga turut melakukan hal serupa. Ia menuntut anak perempuan satu-satunya menjadi anak yang sempurna. Menuntut berperilaku seperti anak keluarga terhormat dan menuntutnya menjadi peringkat satu di sekolah.
Kim Se Hee beranggapan bahwa anak yang sempurna akan membuatnya bersinar. Ia mencoba menutupi inferioritas dirinya dengan anak yang ia ciptakan. Ia bahkan memanfaatkan teknologi untuk menciptakan anak melalui ibu pengganti demi mendapatkan gen yang sempurna.
Ekspektasi orang tua merupakan hal yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat. Meskipun tidak segila dalam drama yang menuntut anak sempurna tanpa celah, di dalam realita pun, tidak jarang anak-anak lahir dan tumbuh besar dengan ekspektasi orang tua yang dibebankan padanya. Banyak orang beranggapan bahwa anak yang bisa dibanggakan akan meningkatkan prestise orang tua.
Belum lagi orang tua yang menjadikan anak sebagai investasi. Menurut mereka, membesarkan anak memakan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Maka anak tersebut juga harus berguna dan meningkatkan prestise orang tua.
Lantas, bagaimana ketika anak tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tua?
Anak yang Tidak Memenuhi Ekspektasi = Produk Gagal
Dalam drama ini, anak yang tidak memenuhi ekspektasi akan dianggap sebagai produk gagal atau produk cacat. Orang tua mereka punya kuasa untuk meminta pengembalian dana.
Ada orang tua yang langsung meminta pengembalian dana dan menukar anak mereka dengan anak yang baru hanya karena tidak mampu memenuhi kualifikasi kelas matematika. Ada pula anak yang disiksa oleh orang tua mereka sebelum akhirnya dibuang. Ada pula yang memutuskan membunuh anak mereka yang mengalami cedera dan tidak bisa lagi menjadi atlet.
Mereka yang dirasa produk gagal dianggap layak untuk dibuang. Orang tua yang membeli mereka dianggap layak untuk membuang apabila mereka cacat atau tidak berguna.
Di dalam drama ini, orang tua membesarkan anak untuk memenuhi keinginan mereka sendiri. Anak hidup sesuai kemauan orang tua. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka hubungan antara anak dan orang tua itu tidak ada artinya.
Dialog di dalam drama bahkan dengan berani menyebut produk cacat untuk anak yang ternyata membawa penyakit genetik. Ketika orang tua memperhitungkan biaya pengobatannya, anak tersebut ditawarkan untuk diretur dengan alasan biaya pengobatan bisa untuk membeli anak baru yang lebih sempurna.
Fenomena tersebut dekat dengan kehidupan. Tidak jarang kita mendengarkan ungkapan-ungkapan seperti “anak tidak berguna” atau “anak yang menyusahkan”. Beruntung mereka yang tidak pernah mendengarnya. Akan tetapi, ungkapan-ungkapan tersebut -bahkan banyak ungkapan yang lebih parah dari itu- kerap dibocorkan oleh anak-anak yang mendengarnya. Melalui media sosial tentunya.
Ketika anak-anak yang dibebankan ekspektasi tidak lagi bisa memenuhinya, tidak bisa memberikan prestise seperti keinginan orang tua, pada saat itu pula orang tua mereka mulai memperhitungkan segala hal. Termasuk biaya dalam membesarkan anak.
Drama ini memperlihatkan kepada kita bagaimana ekspektasi orang tua, yang bahkan tidak disadari oleh para orang tua itu sendiri, justru menyingkirkan hubungan emosional orang tua dan anak dan malah membentuk hubungan yang transaksional.
Rasa Bersalah dan Pemberontakan
Menyadari bahwa dirinya dianggap sebagai anak tidak berguna, dianggap sebagai produk gagal, menyebabkan anak-anak tersebut merasakan perasaan bersalah yang mendalam. Di dalam drama The Defects, anak-anak yang dibuang selalu merepetisi dialog yang sama bahwa mereka akan berusaha lebih baik lagi. Butuh waktu bagi mereka untuk kemudian menyadari, bahwa mereka tidak lagi dibutuhkan.
Perasaan tersebut tentunya akan membawa rasa rendah diri anak. Kepercayaan dirinya luruh seketika. Anak-anak tersebut jadi terisolasi, tersingkirkan, dan menarik diri dari dunia. Hal ini digambarkan melalui anak-anak dibuang yang tinggal bersama di dalam satu rumah secara sembunyi-sembunyi. Mereka tidak bisa pergi secara bebas karena diincar untuk dibunuh.
Anak-anak tersebut pada akhirnya hidup dengan tidak berdaya dan menyimpan trauma mendalam. Hal tersebut juga disebabkan oleh tekanan akibat ekspektasi orang tua. Ketika melihat raut kecewa orang tua, ketika mereka tidak memenuhi ekspektasi, maka akan timbul rasa inferioritas dan akhirnya meyakini bahwa mereka memang produk gagal.
Namun dari sana, terdapat pula anak-anak yang keluar dari rasa inferioritasnya dan melakukan perlawanan di tengah ekspektasi dan tekanan. Seperti yang dilakukan Kim Ah Yeon (diperankan oleh Won Ji Ah) yang bergerak melakukan pemberontakan terhadap sistem yang diciptakan oleh Kim Se Hee, ibu kandungnya yang membuangnya.
Bahkan, anak yang diciptakan Kim Se Hee untuk menggantikan Kim Ah Hyeon sebagai anak kandungnya juga turut melakukan pemberontakan.
Luka Antar Generasi
Dalang dari penciptaan anak dengan gen sempurna, pelelangan anak, sampai tahap retur anak yang dianggap produk cacat adalah Kim Se Hee. Ia berambisi menciptakan anak yang sempurna sambil berbisnis dengan anak-anak yang ia coba ciptakan. Hal ini berawal dari pengalaman masa lalu.
Orang tua Kim Se Hee menganggap Kim Se Hee sebagai anak yang tidak berguna. Ia ditinggalkan begitu saja dan pada akhirnya tinggal di panti asuhan. Di panti asuhan pun, ia mendapat perundungan. Kim Se Hee membawa luka tersebut hingga dewasa dan memiliki anak.
Anaknya, Kim Ah Hyeon, dituntut untuk sempurna. Ketika Ah Hyeon tidak mendapat peringkat satu, ia membuang Kim Ah Hyeon dan menciptakan anak lain dengan bantuan teknologi dan ibu pengganti. Anak tersebut kemudian ia beri nama yang sama, yakni Kim Ah Hyeon (yang diperankan oleh Kim Ji An).
Menurut Kim Se Hee, apabila ia bisa menciptakan anak yang sempurna dan berguna, maka ia juga akan dianggap sebagai anak yang berguna.
Pesan Tentang Ekspektasi Orang Tua
The Defects pada akhirnya dapat dilihat sebagai sebuah produk budaya populer yang membawa isu sosial yang dekat dengan kehidupan. Ia menunjukkan, bagaimana hal sepele dan ada dalam diri banyak orang tua, yakni ekspektasi terhadap anak, akan menimbulkan efek yang luar biasa.
Secara sadar ataupun tidak sadar, banyak orang tua yang menaruh harapan besar. Seolah-olah anak mereka akan menyelamatkan dunia. Banyak pula orang tua yang menuntut anaknya harus berprestasi dan bersinar, tetapi mereka hanya mengandalkan gen tanpa memberi dukungan pasti.
Ekspektasi orang tua terhadap anak membuat hubungan emosional berubah menjadi hubungan transaksional. Bahwa anak-anak harus hidup sesuai keinginan orang tua dan harus membalas apa yang diberikan orang tua.
Hal ini pun dapat dilihat melalui tokoh Jung Hyun (diperankan oleh Dex) yang pada awalnya merasakan hubungan emosional dengan Kim Se Hee, tetapi ia juga merasa harus balas budi kepada Kim Se Hee sehingga ia mengorbankan nyawanya sendiri.
Hal tersebut akhirnya akan menuju pada dampak psikologis terhadap anak dan mewariskan luka antar generasi.
The Defects berhasil mengangkat tema yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Dikemas melalui plot yang kompleks dan terkesan rumit. Drama ini membawa pesan tentang penerimaan serta hubungan orang tua dengan anak.
Anak-anak lahir dengan berbagai keadaan dan potensi masing-masing, sehingga orang tua harus belajar tentang penerimaan tanpa ekspektasi yang dipaksakan. Seperti yang pada akhirnya dilakukan oleh salah satu orang tua di dalam drama tersebut. Ketika diminta untuk membunuh anaknya yang dianggap cacat, ia lebih memilih menerima anak tersebut meskipun pada akhirnya harus mengorbankan dirinya. (ner)