Resensi

Menyelami Petualangan Wartawan Investigasi

Membawa kisah bertajuk dunia kewartawanan.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Instagram

Judul Buku: Sang Pewarta

Pengarang: Aru Armando

Penerbit: Shofia

Tahun Terbit: 2019

Tebal Buku: 319 halaman

SKETSA – Wartawan merupakan profesi yang bertujuan untuk memberikan hiburan, pendidikan, kontrol sosial hingga jembatan informasi yang menjadi kebutuhan bagi masyarakat dalam kehidupan berdemokrasi.

Namun, di samping tujuan tersebut, disertai beragam stigma yang mengikutinya. Tak dapat dihindari, beragam anggapan yang melekat pada profesi wartawan berupa ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga pers hingga pandangan bahwa jurnalis hanya cenderung mencari kesalahan orang lain dengan hanya meliput kejadian-kejadian yang bernilai negatif.

Stigma tersebut melekat begitu saja tak diketahui akar atau awal kemunculannya dan tanpa mengetahui bagaimana kehidupan profesi jurnalis yang sesungguhnya.

Tak perlu berpikir panjang, dengan judul ‘Sang Pewarta’ ini telah menginformasikan bahwa novel ini membawa kisah bertajuk dunia kewartawanan. Melalui 319 halaman, penulis berhasil menelanjangi kehidupan orang-orang yang bekerja di balik terbitnya suatu pemberitaan.

Karakter tokoh utama, Tomi yang merupakan seorang sarjana hukum memilih bekerja sebagai wartawan. Ia begitu kuat untuk membawa pembaca hanyut pada petualangannya dalam melakukan investigasi terhadap suatu kasus dugaan penyelewengan proyek pengadaan alat kesehatan di suatu kementerian.

Fakta demi fakta, bukti demi bukti, ia kumpulkan dan rangkai untuk diungkap dalam laporan khusus media tempatnya bekerja pada instansi yang berlabel ‘Suara Nasional’. Namun, kian dalam ia menggali sumur informasi, semakin dalam pula ia berada dalam lubang hitam yang telah lama menganga di tanah air ini. Tangan-tangan rahasia bekerja dan tak seorang pun yang tahu apakah dirinya seorang pahlawan, korban, ataukah pecundang yang nyata.

Di lain sisi, Dara yang merupakan sosok perempuan yang hatinya tertambat untuk Tomi justru menjadi bagian dari kantor hukum pengacara rekanan perusahaan pemenang tender yang diduga bermasalah. Kantor hukum tak tinggal diam dengan liputan-liputan yang menyudutkan kliennya. Buku ini membuat kita bertanya-tanya, bisakah cinta yang disembunyikan keduanya bekerja secara rahasia, menyatukan mereka? Siapakah pahlawan, korban, atau pecundang di dalam semesta cinta?

Membawa jargon ‘Cinta, Konspirasi, Investigasi’, berhasil memikat pembaca dengan beragam konflik. Suasana investigasi ala jurnalis hukum yang kental dengan nuansa integritas dan menegangkan mendominasi dalam buku ini. Bahkan, keterkaitan Tomi dan Dara yang menimbulkan konflik cinta yang unik hingga konspirasi yang mengejutkan. Sehingga beberapa hal tersebut yang menggiring pembaca terus memburu keping demi keping puzzle cerita hingga akhir.

Berlatar belakang seorang jurnalis, penulis berhasil menyajikan alur investigasi seorang wartawan yang begitu hidup namun ringan dibaca. Membuat pembaca dapat merasakan atmosfer baru dengan bagaimana menjalani kehidupan seorang wartawan tanpa harus terjun di dalamnya.

Banyak bagian mengejutkan yang juga tak disangka-sangka di dalamnya. Tak hanya menceritakan seorang wartawan, keterlibatan tangan-tangan rahasia yang bekerja tanpa orang-orang sadari digambarkan sebagai kelompok intelijen yang ternyata mengatur suatu skenario dalam penyelesaian konflik dan mereka tersebar saat menyamar dalam posisi-posisi yang tak disangka-sangka. Hal tersebut menghasilkan akhir cerita yang mengejutkan dan sulit untuk diterka.

Tak hanya mengupas bagaimana cara kerja jurnalis investigasi atau menangkis beragam stigma yang melekat pada wartawan, namun juga menyinggung kritik terhadap kasus penyelewengan yang masih marak terjadi di tanah air. Ditambah pula dengan pembuktian tentang bagaimana intelijen di negeri ini bekerja secara sangat halus tak terendus.

Membawa kisah wartawan menjadi suatu tema yang segar dalam kesusastraan Indonesia. Siapapun yang ingin mengenal kehidupan wartawan, novel ini dapat menjadi jawabannya. Terutama seorang jurnalis pemula atau yang ingin melangkah dalam dunia kejurnalistikan.

Begitu menarik karena membawa kisah keberanian, sifat tahu diri, kecerdasan dan sekaligus kehati-hatian dalam mengungkap suatu kejahatan. Membaca buku ini membawa ilmu dan juga pengalaman baru pada setiap lembarnya.

“Menjadi wartawan adalah sebuah pengabdian dan panggilan hati. Kita, wartawan, adalah jembatan dalam setiap strata kehidupan. Kita menghubungkan penguasa dan rakyatnya dan sebaliknya. Kita menghubungkan orang tahu dan tidak tahu. Bayangkan kalau jembatan itu rusak atau bahkan tidak ada. Itulah peran kita. Peran utama dalam membangun peradaban, bukan figuran,” jelas kutipan yang tertuang dalam buku karangan Aru Armando ini. (khn/fzn)




Kolom Komentar

Share this article