Resensi

In This Corner of The World: Melihat Perang dari Sisi yang Berbeda

In This Corner of The World membawa premis tersebut dengan apik dan istimewa.

avatar
Sketsa Unmul

sketsaunmul@gmail.com


Sumber Gambar : Google.com

Sutradara: Sunao Katabuchi

Pengisi Suara: Rena Nonen, Yoshimasa Hosoya, Megumi Han, Shigeru Ushiyama, Daisuke Ono, Nanase Iwai

Produksi: MAPPA

Musik: Kotringo

Genre: Anime, War, Drama, Historical Fiction

Durasi: 129 menit (original)

Rilis: 8 Oktober 2016 (TIFF), 12 November 2016 (Jepang)

SKETSA – Ketika mendengar kata perang, setiap orang pasti memiliki pandangannya sendiri. Entah tentang kehancuran, perpisahan, terluka, duka hingga kematian. Memang tak dapat dipungkiri, perang membawa begitu banyak peristiwa yang akan selalu membekas bagi mereka yang pernah ada pada situasi tersebut.

Namun, pernahkah kalian melihat peperangan dengan pandangan yang berbeda? In This Corner of The World membawa premis tersebut dengan apik dan istimewa. Berkisah tentang kehidupan seorang gadis bernama Suzu Urano dan keluarganya yang tinggal di sebuah kota yang berdekatan dengan laut bernama Eba (berjarak dekat dengan Hiroshima).

Film yang berlatar belakang di tahun 1930 hingga 1940-an ini membawa kita kepada petualangan dan kehidupan Suzu yang pandai menggambar dan memiliki usaha keluarga yang mengolah nori (rumput laut yang bisa dimakan).

Di tahun 1943, Suzu yang sedang berumur 18 tahun tiba-tiba mendapat lamaran pernikahan dari seorang pria. Pria itu bernama Shusaku Hojo, seorang pegawai angkatan laut yang berasal dari Kure. Sebuah kota pelabuhan angkatan laut yang besar dan berjarak 15 mil dari Hiroshima.

Shusaku selalu mengingat pertemuannya dengan Suzu saat mereka bertemu di kota ketika masih kecil dan diculik oleh seseorang. Ia juga mengingat permen karamel yang diberikan Suzu, sehingga ia membawa permen tersebut bersamanya.

Suzu akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Shusaku dan tinggal bersama keluarganya di Kure. Rumah keluarga Shusaku yang berada di kaki gunung membuatnya merasa lebih tenang dan dapat melihat berbagai pemandangan menakjubkan.

Tak hanya mengisahkan keindahan tempat tinggalnya, ancaman dari Perang Pasifik perlahan-lahan datang seiring dengan dimulainya kehidupan Suzu di Kure. Setiap harinya, warga harus menghadapi teror udara dan bersembunyi dalam tempat pengungsian yang ada pada tiap-tiap rumah. Kelangkaan bahan makanan juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Suzu tetap berusaha positif dan menguji kreativitasnya dalam mengolah masakan.

Kehidupan selama peperangan ini tidak membuat Suzu patah semangat dan kecewa. Ia berusaha mempertahankan keceriaannya, hingga beragam tragedi menimpa dirinya dan membuatnya terluka. Ia menerima kabar bahwa kakaknya, Yoichi telah meninggal dan hanya menyisakan sebongkah kecil tulang. Tak sampai di situ, ia harus kehilangan keponakannya yang bernama Harumi serta tangan kanannya.

Hal ini terjadi karena sebuah delay-action bomb meledak tepat di dekat mereka. Ini membuatnya memiliki rasa bersalah yang dalam serta depresi yang menyedihkan. Tetapi, Suzu berusaha terus bangkit meskipun perlahan-lahan kelelahan.

Setelah merasa lebih kuat, ia dan Shusaku berdebat tentang dirinya yang ingin kembali ke Eba bersama keluarganya untuk merayakan festival musim panas di kota Hiroshima pada 6 Agustus. Akhirnya, Shusaku mengizinkannya untuk pergi berkunjung.

Saat sedang bersiap pergi pada 6 Agustus, tiba-tiba siaran radio Hiroshima dari NHK (perusahaan penyiaran Jepang) tidak aktif dan sebuah dentuman keras beserta kepulan awan yang asing terlihat jelas dari pegunungan yang mengarah ke Hiroshima. Setelahnya, ia mengetahui jika sebuah bom jenis baru (bom atom) telah diluncurkan sekutu dan meratakan Hiroshima dengan sekejap.

Lantas, bagaimana nasib keluarga Suzu dan dirinya dalam menghadapi peperangan ini? Simak filmnya hingga akhir.

Detil yang Luar Biasa

MAPPA sebagai rumah produksi In This Corner of The World berhasil menjadikan film ini sebagai karya yang begitu menyentuh dengan beragam hal detil yang tak terlewatkan. Bagaimana tidak, keindahan alam dan kultur tradisional Jepang sangat terasa dan tergambar dalam film ini. Sangat kontras dengan beragam tragedi yang kejam dan menyakitkan selama perang terjadi.

Sinematografi yang diberikan pun amat apik dan indah. Sepanjang film, kita akan ditemani dengan warna-warna pastel yang lembut. Bahkan pada setting peperangan, penggambaran ini tetap konsisten sehingga perang terlihat melankolis ketimbang kejam. Musik dari Kotringo yang lembut dan menenangkan juga menjadi nilai tambah bagi film yang meraih Japan Academy Prize untuk Best Animation of The Year dan Excellent Animation of The Year.

Meskipun fiksi, kita juga dapat belajar banyak hal terkait sejarah pada In This Corner of The World. Tak hanya itu, Kure juga merupakan kota yang nyata, loh! Jika kamu berkesempatan untuk mengunjungi Jepang, maka jangan lewatkan kota ini untuk dikunjungi sekaligus tapak tilas. Nah, tertarik untuk menontonnya? (len/fzn)



Kolom Komentar

Share this article